Kerapan Sapi di Madura

Madura tidak hanya terkenal karena hasil garamnya, namun lebih daripada itu Pulau Madura dikenal dengan tradisi adu pacu sapinya yang disebut “kerapan”. Kebiasaan memacu binatang peliharaan di arena memang sudah menjadi kegemaran penduduk Madura sejak dahulu kala. Di Madura tidak hanya hewan peliharaan sapi yang diadu cepat, tetapi juga kerbau seperti yang terdapat di Pulau Kangean. Adu cepat kerbau itu disebut “mamajir”. Sapi atau kerbau yang adu cepat itu, dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas “kaleles” yang ditarik oleh sapi atau kerbau pacuan.

Pengertian dan Asal Mula

Bagi orang Madura, pengertian kata karapan atau kerapan adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Perkaitan kerapan diartikan sebagai adu/pacuan sapi karena pacuan binatang lain seperti kerbau tidak disebut kerapan, tetapi mamajir. Oleh sebab itu tidak pernah dikenal istilah kerapan kerbau.

Kata kerapan berasal dari kata kerap atau kirap yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Ada pula anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti persahabatan. Dalam pengertiannya yang umum sekarang kerapan adalah suatu atraksi lomba kecepatan sapi yang dikendarai oleh joki dengan menggunakan kaleles.

Lahirnya kerapan sapi di Madura nampaknya sejalan dengan kondisi tanah pertanian yang luas di Madura. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang peliharaan seperti sapi dan kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi.

Ada dugaan bahwa kerapan sapi sudah ada di Madura sejak abad ke 14. Disebutkan ada seorang kyai bernama Kyai Pratanu pada jaman dulu yang telah memanfaatkan kerapan sapi sebagai sarana untuk mengadakan penjelasan tentang agama Islam. Oleh sebab itu ajaran-ajarannya yang filosofis dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem) yang harus berjalan seimbang agar jalannya tetap “lurus”, agar manusia pun dapat berjalan lurus.

Cerita lain mengatakan, pada abad ke-14 di Sapudi memerintahkan Panembahan Wlingi. Ia banyak berjasa dalam menanamkan cara-cara berternak sapi yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya, Adi Poday. Sang putra lama mengembara di Madura daratan dan ia memanfaatkan pengalamannya di bidang pertanian di Pulau Sapudi sehingga pertanian semakin maju.

Karena pertanian sangat maju pesat, maka dalam menggarap lahan itu para petani seringkali berlomba-lomba untuk menyelesaikan perkerjaannya. Kesibukan berlomba-lomba untuk menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga atau lomba adu cepat yang disebut karapan sapi.

Berbagai macam “kerapan sapi”

Di Madura dijumpai beberapa macam “kerapan sapi” yang memberikan klasifikasi kepada jenis dan kategori peserta karapan tersebut. Berbagai macam karapan sapi itu adalah sebagai berikut:

Kerap Keni' (Kerapan Kecil)

Kerapan jenis ini diadakan pada tingkat kecamatan atau kewedanaan. Para peserta adalah yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Sapi kerap dari luar tidak diperbolahkan turut serta. Jarak tempuh hanya 110 meter. Dalam kategori ini yang diutamakan adalah kecepatan dan lurusnya. Kerap keni ini biasanya diikuti oleh sapi-sapi kecil dan baru belajar. Pemenangnya merupakan peserta untuk mengikuti kerap raja.

Kerap Rajha (Kerapan Besar)

Kerapan besar ini disebut juga kerap negara, umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Ukuran lapangan 120 meter. Pesertanya adalah juara-juara kecamatan atau kewedanaan.

Kerap Onjhangan (Kerapan Undangan)

Kerapan undangan adalah pacuan khusus yang diikuti oleh peserta yang diundang baik dari dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Kerapan ini diadakan menurut waktu keperluan atau dalam acara peringatan hari-hari tertentu.

Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)

Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesdenan diadakan di kotaPamekasan pada hari Minggu, merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

Kerap jhar-ajharan (kerapan latihan)

Kerapan latihan tidak tertentu harinya, bisa diadakan pada setiap hari selesai dengan keinginan pemilik atau pelatih sapi-kerap itu. Pesertanya adalah sapi lokal.

Persyaratan sapi-kerap tidaklah banyak, asalkan sapinya kuat dan diberi makanan yang cukup, dilatih lari, dipertandingkan dan diiringi dengan musik saronen. Konon beberapa pemilik sapi-kerap juga melengkapi kehebatan sapinya dengan menggunakan mantra-mantra serta sajian tertentu. Sesungguhnya hal ini tidak dibenarkan dalam aturan sebuah lomba atau kerapan.

Pelaksanaan Kerapan

Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan, berparade agar dikenal. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi karena sudah ditambatkan, juga merupakan arena pamer akan keindahan pakaian/hiasan sapi-sapi yang akan berlomba. Sapi-sapi itu diberi pakaian berwarna-warni dan gantungan-gantungan genta di leher sapi berbunyi berdencing-dencing. Setelah parade selesai, pakaian hias mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Maka dimulailah babak penyisihan, yaitu dengan menentukan klasemen peserta, peserta biasanya pada babak ini hanya terpacu sekedar untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan “papan atas” atau “papan bawah”. Hal ini hanyalah merupakan taktik bertanding antarpelatih untuk mengatur strategi.

Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak lagi ikut pertandingan babak selanjutnya.

Dalam mengatur taktik dan strategi bertanding ini masing-masing tim menggunakan tenaga-tenaga trampil untuk mempersiapkan sapi-sapi mereka. Orang-orang itu dikenal dengan sebutan: (1) tukang tongko', joki yang mengendalikan sapi pacuan; (2) tukang tambeng, orang yang menahan kekang sapi sebelum dilepas; (3) tukang gettak, orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi itu melesat bagaikan abak panah ke depan; (4) Tukang tonja, orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada kemauan pelatihnya; (5) tukang gubra, anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan. Mereka tidak boleh memasuki lapangan dan hanya sebagai suporter.

Demikian sekilas tentang kerapan sapi di Madura yang sudah merupakan acara hiburan tradisi yang masih lestari sebagai konsumsi wisatawan, tetapi juga telah membawa akibat positif bagi masyarakat Madura di bidang ekonomi, kreatifitas budaya dan sekaligus juga telah melestarikan penghargaan masyarakat terhadap warisan budaya nenek moyang.

Tulisan ini diambil dari:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Label: , ,

Pulau Karang di Madura Membawa Berkah

warga menyewakan perahu. moch andriansyah©2013 Merdeka.com


Fenomena munculnya 'Pulau Karang' di tengah laut di pesisir pantai Desa Labuhan, Kecamatan Sepuluh, Bangkalan, Madura, Jawa Timur awal Januari lalu membuat warga penasaran bercampur panik. Mereka takut akan timbul petaka karena kejadian alam itu dianggap aneh.

Meski dianggap aneh, banyak pengunjung mendatangi pulau dadakan tersebut. Karena banyak pengunjung yang datang, hal ini dimanfaatkan oleh nelayan setempat untuk mengais rezeki.

"Siapa yang tahu soal kutukan, soal balak atau apalah sebutannya. Masalah gaib ya kita kembalikan pada yang gaib, yaitu Tuhan seru sekalian alam," kata seorang pengunjung, Suharyono yang ingin menyaksikan fenomena unik di Pulau Garam, sebutan Madura tersebut, Rabu (23/1).

Pengunjung asal Surabaya ini mengaku penasaran. Setiap pengunjung yang menyewa perahu, dikenakan tarif Rp 4 ribu untuk pulang-pergi.

Sementara pengunjung yang sudah menginjakkan kakinya di 'Pulau Karang' tak merasa takut karena aura mistisnya. "Mereka malah bercanda dan berfoto ria mengabadikan momen tersebut. Kalau mereka khawatir akan terjadi kejadian gaib pasca munculnya Pulau Karang itu, tentu mereka akan pergi, atau lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan sibuk mengejar duniawi," ujarnya.

Sementara penduduk sekitar, saat awal kemunculan 'Pulau Karang' yang dihuni puluhan batu karang dengan ukuran besar, plus ribuan lebih atau bahkan jutaan lebih karang berukuran kecil itu dianggap sebagai pertanda akan terjadi bencana alam yan biasa menenggelamkan Desa Labuhan.

Salah satu warga yang juga seorang nelayan di Desa Labuhan, Subhan (56) mengatakan, semula warga kaget dan panik dengan kemunculan batu-batu karang dengan bentuk aneh tersebut. "Namun, lama kelamaan, karena banyak warga dari luar Desa Labuhan ingin melihat langsung karang ajaib itu, menjadi biasa dan memanfaatkan perahunya untuk disewakan, termasuk saya," katanya.

Subhan mengatakan, sekali antar pulang pergi, dia bisa mengangkut lima sampai tujuh orang dan setiap orang dikenakan sewa Rp 4 ribu. "Sehari lumayan banyaklah, bisa sampai ratusan," katanya.

Perahu-perahu nelayan ini akan disewakan ketika air laut pasang. Sebab, saat Subuh sampai menjelang siang, orang-orang bisa langsung melihat dengan jalan kaki ke tengah laut. Bahkan keindahan Pulau Karang bisa dilihat dari bibir pantai. Ukurannya cukup besar. Tingginya sekitar tiga meter dengan panjang sekitar 50 meter. Di bawahnya terdapat batu-batu karang dengan ukuran besar.

"Kalau Subuh atau pagi, karangnya bisa terlihat semuanya dari jauh. Kalau sore air laut pasang cuma terlihat bagian atasnya," kata Nur Afiah, salah satu warga Desa Labuhan.

Afiah juga mengatakan, kalau batu-batu karang yang berkumpul menjadi satu membentuk pulau itu, terdapat karang-karang berbentuk unik tidak seperti biasa dilihat warga di sekitar bibir pantai. "Karangnya aneh-aneh, ada yang seperti tengkorak manusia ada seperti piring dan ada juga dengan bentuk-bentuk tidak biasa kita lihat," katanya.

Sumber: Merdeka.com

Label: , , ,

Pulau Karang Muncul di Madura

pulau karang di Madura. ©2013 Merdeka.com
Pulau karang sepanjang 50 meter di tengah laut, tiba-tiba muncul di pesisir yang berada di Desa Labuhan, Kec Sepuluh, Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Fenomena kemunculan gundukan karang setinggi sekitar tiga meter ini, diyakini masyarakat sekitar sebagai tanda akan terjadinya bencana.

Menurut warga sekitar, sebelum cuaca ekstrem melanda Laut Jawa, pulau baru di tengah laut yang terdiri dari puluhan batu karang dengan ukuran besar dan ribuan lebih karang berukuran kecil itu, tidak pernah ada.

"Karang-karang dengan ukuran dan bentuk yang tidak lazim (tidak seperti yang biasa dilihat warga di bibir pantai) itu, muncul awal Januari lalu," kata Nur Afiah, warga Desa Labuhan, Rabu (23/1).

Awalnya, penduduk sekitar mengira cuma kumpulan pasir di tengah laut yang terdorong oleh ombak besar. "Tapi lama-lama tambah membesar, membentuk seperti kapal raksasa yang terdampar. Karena penasaran, penduduk akhirnya mendekat dan ternyata ada banyak karang. Bentuknya aneh-aneh, ada yang seperti tengkorak manusia, ada yang berbentuk lempengan dan karang yang kecil-kecil seperti tulang belulang."

Fenomena alam ini, dikhawatirkan sebagai pertanda akan terjadinya petaka di kawasan sekitar. "Terus terang saja, kami, warga di sini kaget dan takut, soalnya batu berukuran besar ini sebelumnya tidak ada, tapi kenapa kok tiba-tiba bermunculan, jangan-jangan ini isyarat sesuatu," sahut Firman (35), warga Desa Labuhan yang lain.

Meski demikian, misteri kemunculan pulau karang yang secara tiba-tiba ini, belum bisa dibuktikan secara pasti kalau nantinya akan terjadinya bencana. Hanya saja, kekhawatiran dan berbagai opini tetap muncul di desa setempat.

Beberapa di antaranya, menganggap kalau Desa Labuhan akan segera tenggelam disapu air laut. Ada juga yang berpikir, untuk selalu waspada saja, karena bencana apapun bakal terjadi dengan munculnya pulau karang tersebut.

"Bentuk bencana itu, kita ya nggak tahu. Hanya saja kita patut waspada dan selalu istighfar, itu saja," kata Nur Afiah lagi, menimpali ucapan Firman.

Kendati memunculkan kekhawatiran dan spekulasi bernuansa mistis, warga sekitar tetap memanfaatkan keanehan pulau karang tersebut sebagai obyek wisata baru. Para nelayan di Desa Labuhan-pun, memanfaatkan perahunya untuk mengantar wisatawan lokal melihat dari dekat keunikan batu karang di pulau karang tersebut.

Cukup Rp 4 ribu per kepala, bisa mengobati rasa penasaran warga. Tak hanya warga di Pulau Madura yang berbondong-bondong ingin menyaksikan sendiri pulau karang itu, warga dari Surabaya, Sidoarjo, Gersik pun tak mau ketinggalan ingin menyaksikan fenomena alam tersebut.

Sumber: Merdeka.com.

Label: , , ,

Batik Madura Sampai ke AS

Disayangkan, batik murni genre Madura mulai langka, terkontaminasi corak daerah lain

Elisia
Nama batik Madura memang belum terkenal seperti batik dari Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. Namun, peluang untuk lebih diminati oleh masyarakat internasional sangat besar terjadi mengingat batik Madura mempunyai banyak keunggulan dalam pemilihan warna dan motif serta bahannya. Terbukti, kini batik asal Pulau Garam ini menerobos pasar Amerika Serikat (AS).

“Namun, sayangnya kini yang terjadi, batik Madura sudah mulai terkontaminasi dengan batik dari daerah-daerah lain. Sehingga, sulit dicari batik genre Madura,” ujar Elisia, dari International Design School Amerika saat dirinya melakukan kunjungan ke kios batik di pasar tradisional 17 kecamatan Kota Pamekasan, Jumat (17/2).

Elisia mengaku sangat prihatin dengan keberadaan batik Madura pada saat ini. Menurutnya, sekarang banyak batik yang di jual di kios kaki lima, alias tidak murni khas dari Madura. “Banyak ditemukan campuran khas batik luar daerah, seperti campuran batik khas Solo, Yogyakarta, Bali dan Mataram,” katanya, belum lama ini.

Elisia menilai, batik Madura memang mempunyai banyak peluang besar diminati oleh masyarakat luar, meski saat ini keunggulan batik Madura masih di bawah 50 persen dibandingkan batik dari derah-daerah luar Madura, seperti Pekalongan, Yogyakarta, Bali, dan Mataram yang sudah 80 persen mempunyai keunggulan secara kualitas maupun kuantitasnya.

Daya tarik batik Madura, kata Elisia, salah satunya terletak pada warna, motif, dan guratan batik. Oleh karenanya, dia berharap agar seluruh pembatik jangan sampai melupakan atau menanggalkan ciri khas batik madura sesungguhnya dan disesuaikan dengan corak kebudayaan asli Madura.

Lirik Muda-mudi

Sementara itu, pengusaha batik Madura mulai membidik muda-mudi. Salah satunya dilakukan oleh Khalifah Batik yang berpusat di Terate Pandian kota Sumenep.

"Dalam perkembangannya, batik saat ini sudah mulai digemari muda-mudi. Jadi, tidak hanya seragam sekolah maupun kantoran, melainkan menjadi trend tersendiri dikalangan kaula muda," kata Ny. Hj. Dewi Khalifah kepada Surabaya Post, Sabtu (18/2).

Menurut dia, kerajinan batik harus mengikuti perkembangan pasar, baik itu warna maupun motif yang saat ini digemari. "Kalau tahun 2012 ini, warna orange, hijau pupus, dan pink sangat disukai para kawula muda," terangnya.

Ke depan, kata dia, juga diperlukan kemampuan memodifikasi warna alam, sehingga tercipta warna batik yang luar biasa. "Nah! kemampuan memadukan warna serta kemampuan melihat peluang pasar inilah yang dibutuhkan para pengrajin batik Madura. Saya, sudah memulai hal itu," ungkapnya.

Dewi Khalifah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Aqidah Usmini ini akan membentuk kampung batik. Para tenaganya, sudah menjalani pelatihan. "Sudah ada 15 kelompok yang tersebar di 15 kecamatan yang sudah ikut pelatihan dan siap mengembangkan batik Sumenep. Rencanya, peluncuran kampung batik itu, bulan Maret mendatang," pungkasnya.

Namun, kata Dewi, ada lagi keunikan batik Madura. Karena memiliki keistimewaan, batik tulis Madura plus aromaterapi memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan batik Madura lain. Sebagai contoh, untuk Batik Madura biasa ada yang harganya Rp 250 ribu per potong, maka untuk yang beraromaterapi harga bisa mencapai Rp 300 ribu per potong. Harga paling mahal bias mencapai 4 juta perpotong. Saat mendekati lebaran, batik tulis aromaterapi tersebut sangat diminati.

”Keunggulannya kalau yang beraroma terapi ini akan membuat rileks bagi yang memakai atau pun orang yang di sekitarnya,”

Hal tersebut akhirnya membuat para pejabat banyak yang suka. Belum lagi sifat dari aroma terapi ini juga bisa menyerap keringat. Artinya jika ada orang yang punya keringat banyak, aroma terapi bisa meredam bau keringat. Ada beberapa pilihan aromaterapi yakni dari melati keraton, cempaka, eksotik, mawar, coklat dan strawberry. Coklat dan strawberry ini sangat cocok dipakai untuk anak-anak.

Untuk membuat aromaterapi ini, cukup mudah. Setelah dicuci, batik direbus. Rebusan air sebelumnya diberi aromaterapi, dan batik direbus dengan posisi terbalik. Waktunya sekira lima menit saja. (md2,okz)

Terkait:

Sumber: Surabaya Post, Sabtu, 18/02/2012

Label: , , ,

Jamu Asli Madura


Salah satu daya tarik Madura yang sudah dikenal luas masyarakat, adalah jamu madura. Khalayak luas akrab menyebutnya dengan ramuan madura. Sebuah istilah yang cukup mengundang keseksian. Konon, ramuan Madura memang terkenal ampuh, sejak nenek moyang hingga turun temurun. Terutama, ramuan yang terkait dengan keperkasaan lelaki dan performa organ tubuh perempuan. Salah satu produsen jamu madura tersebut adalah Ny. Badrijah dengan merk jamu Ny. Badrijah.

Jamu merk Ny. Badrijah, meski diproduksi dengan kapasitas rumahan, pamor produk jamunya hanya beda-beda tipis dengan produk jamu pabrikan. Jika produk pabrikan selalu ditopang dengan promosi, dan iklan yang gencar, sedangkan ramuan jamu Ny. Badriyah hanya mengandalkan berita dari mulut ke mulut.

Jamu Ny. Badrijah cukup lama dikenal luas di masyarakat. Daerah Madura dan sebagian masyarakat Jawa adalah pasar utamanya. Namun, perantau-perantau Madura juga membuat jamu produksi Ny. Badrijah cukup dikenal di Kalimantan, Sumatera, Malaysia, Korea, Jerman dan juga Arab.

Seiring meluasnya jangkauan pasar jamunya, Perusahaan Jamu Ny. Badrijah melengkapi produksinya dengan perizinan dan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).


Jadi, produk rumahan Ny. Badrijah, tak lagi kalah dengan pabrikan jamu yang sudah menggunakan proses modern serta peralatan-peralatan canggih. Berikut ini ijin perusahaan milik Ny Badrijah.


“Ilmu perjamuan beliau diperoleh dari neneknya, yaitu nenek Katsiba,” kata Badrijah. Neneknya sejauh itu dikenal sebagai ahli jamu tradisonal dari Klampis, Madura.

Semula Badrijah hanya memproduksi tujuh produk jamu andalan, yaitu jamu perkasa, jamu sehat lelaki, jamu rapat (untuk wanita), delima putih, jamu keputihan, jamu singset, dan jamu kemanten. Setelah dikembangkan, tujuh jamu tersebut kini berkembang menjadi 20 jenis jamu, yang masing-masing juga diminati oleh masyarakat.


Karena kegigihan ini Presiden Habibie ketika itu sempat pula mengundangnya ke Istana Merdeka untuk menerima penghargaan bersama pengusaha-pengusaha jamu top dari seluruh Indonesia.

Meramu jamu madura, menurut Ny Badrijah, berbeda dengan meramu jamu jawa. bahan boleh sama, tetapi racikan bisa tidak sama. Begitu juga dengan hasil akhirnya. dan yang terpenting adalah khasiat dari jamu tersebut.

Bahan baku produksi mengandalkan suplay dari masyarakat dan petani sekitar. Kalaupun ada kekuarangan, atau ketiadaan bahan tertentu, baru mencari dari luar Madura. Biasanya di Pasar Panggung Surabaya. Di pasar tersebut banyak terdapat pedagang dan pengepul bahan-bahan jamu.


Perusahaan jamu Nyonya Badrijah juga aktif di berbagai rapat dan pertemuan para anggota persatuan pemilik jamu Indonesia yakni GP Jamu

Foto Ny Badrijah bersama ibu Muryati Sudibyo pemilik perusahaan "Mustika Ratu"

Yang terpenting ialah Jamu Produksi UD Ny Badrijah tidak menggunakan bahan kimia dalam peracikan maupun pembuatan jamunya, sehingga meminum jamu ini secara teratur tidak menimbulkan penyakit yakni tulang keropos dan penyakit lainnya tidak seperti kebanyakan jamu lainnya. dan juga perusahaa jamu Ny. Badrijah sudah diakui kualitasnya oleh pemerintah kota Bangkalan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Tersedia Dalam Kemasan Pil, Kapsul, Serbuk, dan Sabun.

Untuk Pemesanan, Silahkan Hubungi :
ALAMAT PRODUKSI : Jl. KH. ACH. MARZUKI NO. 6A
PANGERANAN - BANGKALAN - MADURA
NO TELPON RUMAH : (+62) 031-3091606
NO HANDPHONE : (+62) 08123527653
: (+62) 08175080799

NB. Hati-hati Barang Palsu Untuk Informasi Lebih Lanjut Silahkan Hubungi Alamat Maupun Nomor Telpon Diatas.

TERKAIT
Sumber: Narutobux

Label: , , ,

Jamu Tradional Madura Mulai Luntur

Madura tidak hanya dikenal sebagai penghasil garam, tetapi juga populer dengan ramuan jamu tradisionalnya. Namun sayangnya usaha rumahan (home industri) jamu racikan tersebut kini sulit dikembangkan. Maklum, generasi penerusnya enggan menekuni warisan tradisi leluhur sebagai aset kekayaan budaya yang harus dilestarikan.

Oleh: Achmad Hairuddin

Ditengah gencarnya arus globalisasi, tidak hanya berdampak terhadap prilaku dan pola masyarakat yang serba komsumtif, tetapi juga sangat berpengaruh dalam iklim usaha jamu ramuan Madura yang sudah kesohor khasiatnya itu, kini mulai ditinggal penerusnya. Sehingga usaha peracikan jamu itu banyak yang gulung tikar, bahkan di Kab. Sampang kini hanya tinggal 2 orang yang masih mampu bertahan mengembangkan usahanya.

Salah seorang peracik ramuan jamu Madura, yaitu Ibu Arif yang sudah meninggal dan Hj Hayati Waladi DH. Sosok Hayati Waladi di masa kecilnya sudah tidak asing dengan dunia jamu, karena dilahirkan dari keluarga pencinta jamu tradisional. Tidak heran jika dia sangat mencintai ramuan pengobatan yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Dia bertekad menekuni bisnis jamu tersebut secara total, dalam artian ingin mengangkat kembali citra Madura sebagai penghasil jamu berkhasiat.

Berangkat dari rasa keprihatinan melihat berbagai jamu tradisional Madura, tidak mengutamakan mutu tapi malah mengandung zat kimia dengan dosis tidak proporsional beredar dikalangan masyarakat luas. Maka dia berupaya memperkenalkan kembali bagaimana meracik jamu tradisional yang berkualitas, tanpa mengandung zat kimia.

Tetapi usaha yang dirintisnya, acap kali jatuh bangun karena terbentur kendala dana serta sulit dalam pemasaran. Namun rintangan itu tidak membuat langkahnya menjadi surut, justru sebaliknya wanita mempunyai 4 anak itu semakin gigih mengelola usahanya agar dapat berkembang dan semakin maju.

Sebagai pewaris generasi ke tiga dari usaha jamu yang dirintis keluarganya sejak 100 tahun lalu, dia tidak hanya semata-mata mencari keuntungan. Tetapi ingin mengembangkan peracikan jamu ramuan Madura yang telah dikelola lebih dari 10 tahun itu, tetap terjaga khasiatnya dan bisa diwariskan dari generasi ke generasi, agar tidak punah tergerus oleh modernisasi.

“Saya sangat prihatin dengan gaya hidup generasi muda yang enggan mengkonsumsi jamu tradisional, karena dianggap sudah tidak zaman lagi. Padahal jamu ramuan Madura selain khasiatnya sangat manjur bagi kebugaran tubuh, juga tidak mengandung efek samping yang membahayakan kesehatan. Karena tidak mengandung zat kimia, tetapi bahan bakunya murni dari unsur tumbuh-tumbuhan, “ kata Hayati, pemilik jamu Madura Sari, asal Jl Pahlawan, Kelurahan Rongtengah Sampang.

Setelah menerima tongkat estafet usaha keluarga, maka ia mencoba dengan berbagai resep jamu dari hasil pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya selama menekuni bisnis jamu. Semula leluhurnya hanya memiliki 6 produk jamu yang beredar dipasaran, namun setelah dia kelola sendiri, kini telah berhasil mengembangkan puluhan produk jamu untuk penyembuhan berbagai penyakit.

Selain itu, dia berinovasi dengan mengubah kemasan jamu lebih modern, sehingga terkesan menarik dan mampu bersaing dipasaran. Tidak hanya itu, melihat jamu dalam bentuk serbuk jarang disukai karena rasanya pahit, lalu dia membuat dalam bentuk butiran agar mudah diminum dan tidak terasa pahit.

“Produk jamu yang paling banyak diminati konsumen yakni jamu empot-empot ayam atau legit wangi, tongkat Madura, galian rapet, serta berbagai jamu yang mengobati masalah organ intim kewanitaan, “ ujarnya.

Hasil pengembangan terbaru yang telah dia lakukan, adalah aroma therapy yang berasal dari dupa, serta campuran rempah-rempah khusus. Agar produk jamunya tidak mudah ditiru pihak yang tidak bertanggung jawab, dia telah mempatenkan trade mark, serta mendaftarkan di Menteri Kesehatan, No. 068/IKOT/JATIM/97.

Berkat kegigihan dan ketekunannya dalam menggeluti jamu tradisional karya adiluhung warisan budaya Indonesia tersebut. Wanita yang dikarunia 4 empat anak itu, telah berkeliling ke pelbagai daerah di pelosok tanah air sambil memperkenalkan jamu Madura. Bahkan dalam segi pemasaran, tidak hanya merambah pasar dalam negeri saja, tetapi kini juga telah mampu merambah pasar Singapore dan Jerman.

Berbagai perhargaan yang diraih, antara lain, berasal dari pusat penelitian obat tradisional dan lembaga penelitian serta pengabdian masyarakat, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Penghargaan sebagai industry jamu tradisional dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Penghargaan dari Gubernur Jatim, Imam Utomo, sebagai pengusaha kecil berprestasi, jenis industry pertanian. (*)

Sumber: Surabaya Post, Minggu, 30/10/2011

Label: ,

Melestarikan Budaya dalam Festival Madura

From the album by Syafroedin Boediman
Festival Budaya Madura 2009

Mulai Rabu (21/10/2009), Festival Madura 2009 digelar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Jatim). Ajang pelestarian kebudayaan Madura yang berlangsung hingga Kamis (22/10/2009) tersebut menampilkan beragam kesenian lokal yang menarik perhatian masyarakat.

Festival Madura 2009 diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim bekerja sama dengan Komunitas Seni “Plat M”. Ketua Panitia Syafrudin Budiman mengatakan kegiatan ini merupakan upaya mengembangkan dan melestarikan kesenian dan budaya Madura. Karenanya, festival ini menampilkan aneka kesenian lokal yang merupakan warisan budaya Madura yang harus dijaga. Festival terbagi dalam tiga kegiatan utama, yakni pertunjukan kesenian khas, sarasehan, serta karnaval budaya.

Menikmati Karya Seni

Pada pertunjukan kesenian khas Madura, panitia menggelar pementasan topeng dalang dan musik saronen. Asal tahu, saronen merupakan iringan musik khas Madura yang terdiri atas bunyi-bunyian trompet dari kayu jati. Nah, pertunjukan ini digelar di Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Sumenep.

Selain di atas panggung, peserta Festival Madura juga tampil di sejumlah pusat keramaian, seperti di terminal dan pasar. Hal ini dilakukan guna memberikan kesempatan pada warga agar dapat menikmati karya seni Madura tanpa harus datang ke lokasi.

Sementara itu, sarasehan akan menghadirkan empat pembicara yang berasal dari Pimpinan Universitas Wiraraja Sumenep, Dewan Kesenian Jatim, serta Pengamat Budaya. Sebagai pamungkas acara, akan digelar pula karnaval budaya. Dalam karnaval ini, nantinya para seniman yang tampil di Festival Madura akan berjalan kaki bersama. Mereka menempuh rute dari Taman Bunga ke Labang Mesem (pintu gerbang keraton Sumenep) di kawasan Pendapa Agung. Sarasehan: pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu. (ITA/EVA)

Sumber: Berani, 22-Oct-2009

Label: , , ,

Jadikan Bahasa Madura Sebagai Muatan Lokal

Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep mewajibkan Bahasa Madura sebagai pelajaran wajib dalam muatan lokal di semua jenjang pendidikan, mulai tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, H. Moh. Rais, S.Pd, M.Si mengatakan, pihaknya memang meminta lembaga pendidikan memprogramkan mata pelajaran Bahasa Madura, mengingat keberadaan Bahasa Madura itu sebagai sarana komunikasi di kalangan anak muda mulai memudar.

Pihaknya menilai, bagaimanapun juga Bahasa Madura harus terus digalakkan di kalangan generasi muda, sebab jika tidak, orang Madura dipastikan kehilangan bahasa ibunya.

“Ini yang harus dilakukan kami dan lembaga pendidikan, guna mempertahankan Bahasa Madura agar tidak punah, sebab bagaimanpun juga generasi muda merupakan tonggak penerus yang harus mempertahankan dan melestarikan Bahasa dan budaya Madura.”tegasnya.

H. Moh. Ra’is menyatakan, untuk melaksanakan program Bahasa Madura dalam muatan lokal, pihaknya sudah melakukan kegiatan work shop yang melibatkan lembaga pendidikan tingakt SD hingga SMP.

Untuk itu, pihaknya berharap lembaga pendidikan tingkat SD hingga SMP benar-benar memasukkan pelajaran Bahasa Madura dalam muatan lokal, demi mempertahankan dan melestarikan Bahasa Badura dari gerusan jaman dan perkembangan ilmu, serta teknologi. (Yasik, Esha)

Sumber: Pemkab Sumenep, Jumat, 1 Oktober 2010

Label: , , , , , ,

Colorful Batik Madura

Foto: Chaerunnisa/Okezone

BATIK Madura tak lagi asing terdengar di telinga. Bahkan salah satu kekayaan khasanah Indonesia ini telah beredar di beberapa belahan dunia. Performa batik asal pulau garam ini juga memiliki ciri khas yang membedakannya dengan batik dari daerah lain, seperti warna-warna cerah dan motifnya yang beragam menciptakan karakter masyarakat lokal.

"Batik Madura memiliki perbedaan warna dan motif dengan batik dari daerah lain. Warna batik Madura itu khas menggunakan warna-warna berani, mulai dari merah, hijau, kuning, dan biru," ungkap Maimuna dari Pesona Batik Madura, ketika ditemui okezone dalam pameran yang diadakan di Belleza Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (21/2/2008).

Menurut perajin batik keturunan ke empat dari keluarganya itu, ciri khas batik pesisir dengan warna-warna berani dan corak bebas ini diproduksi dari daerah Bangkalan, Madura.

"Motif batik Madura berbeda karena pengaruh dari daerah pinggiran, yang biasanya ada gambar burung. Selain itu, batik Madura punya cerita masing-masing. Misal batik tipe Tasik Malaya merupakan penantian seorang istri menunggu suaminya. Ada juga cerita tentang panji suci, nyiur melambai, tar poteh yang punya latar putih bermakna sebagai kesucian seorang wanita. Dan cah keneh, yaitu perempuan cantik dari China," jelas wanita keturunan Madura ini.

Menurut Maimuna, proses pembuatan batik itu meliputi beberapa tahap. Pertama, kain yang hendak digunakan terlebih dahulu direndam dalam air bercampur minyak dempel (istilah orang setempat) dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Setelah direndam kemudian dicuci. "Biasanya kain yang digunakan adalah mentari sen atau kereta kencana," ucap wanita ramah ini.

Setelah kering, sambungnya, proses selanjutnya adalah proses kanji lalu masuk pada tahap diisen, dikurik, dan ditembok. Kemudian dilanjutkan pada tahap pewarnaan yang dapat dilakukan berturut-turut, setelah itu kain batik dilorot. Proses ini merupakan usaha untuk menghilangkan malam (lilin) yang melekat pada kain, yaitu dengan memasukan kain ke dalam air mendidih. Terakhir, adalah menjemur di tengah terik sinar matahari.

"Proses pembuatannya memang lama. Hal dimaksudkan untuk mendapatkan warna kain yang pekat. Karena itu, warna kain Madura semakin pekat semakin bagus," kata Maimuna.

Proses pembuatannya yang lama itu memang berimbas langsung pada harga kainnya menjadi lebih mahal. Meski demikian, Anda dapat memeroleh batik Madura mulai dari Rp50 ribu sampai Rp3,5 juta. Bagaimana, berani tampil dengan warna-warna cerah? (tty)

Sumber: Okezone, Jum'at, 22 Februari 2008

Label: ,

Unggulkan Jamu Pembangkit Seksual

DARI 34 produk jamu yang diracik Nyai Hj Hayati, sampai saat ini jamu yang menjadi produk unggulan adalah jamu yang memiliki manfaat untuk meningkatkan aktivitas seksual. Diantaranya, jamu Empot-Empotan atau Legit Madura, Jamu Galian Rapet Wangi, dan jamu Ma'jun Super.

Ketiga jamu tersebut diakui oleh sang peracik sebagai produk andalan. Nyai Hayati mengatakan, sebelumnya produk andalannya hanya jamu Empot-Empotan dan Galian Rapet Wangi. Belakangan, jamu Ma'jun Super ditetapkan sebagai jamu andalan. "Ma'jun Super ini adalah jamu paketan untuk pasangan suami istri," terangnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Pahlawan.

Dijelaskan, Empot-Empotan atau Legit Madura adalah jamu yang bermanfaat untuk mengembalikan masa keperawanan dan mengesatkan peranakan. Sehingga, dapat menambah keharmonisan rumah tangga. Disamping itu, menurut sang peracik, dapat memadatkan tubuh dan menghilangkan keputihan di bagian kewanitaan.

Sementara Galian Rapet Wangi, diklaim bisa memberi kepuasan hubungan suami istri. "Jamu ini juga berfungsi untuk menyerap dan menghilangkan bau badan agar tetap awet muda, rapet, dan langsing," jelas Hayati yang handal mengendarai sepeda motor ini.

Tidak hanya menjadi andalan, jamu tradisional Madura yang diracik Nyai Hayati juga didominasi oleh jamu-jamu yang bermanfaat untuk hubungan seksual. Selain tiga jamu unggulan tersebut, masih ada Sembilan jamu yang hampir memiliki manfaat yang sama. Seperti jamu Sehat dan Kuat untuk Menambah Stamina Lelaki, jamu Sehat Lelaki, Jamu Penyubur, Godakan Rapet Wangi, Tongkat Madura, Jantan Super Capsul, Pancuran Nikmat, Sabun Kesed, dan Serbuk Wasiat Untuk Wanita.

Sementara produk lainnya berupa jamu untuk kecantikan dan kesehatan. Untuk kecantikan, misalnya Galian Singset, Cebokan Madura Sari dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kesehatan, pewaris kekayaan tradisi Madura ini juga memproduksi jamu Kencing Manis, Pegal Linu, Pembersih Darah, Lancar Darah, Darah Tinggi, serta jamu untuk kesehatan lainnya.

Ditanya mengenai pembuatan jamunya, Nyai Hayati mengatakan pihaknya tidak memiliki agenda khusus pembuatan jamu. Melainkan, sambung dia, hanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. "Kalau pesanan salah satu produk meningkat, maka pembuatan produk tertentu juga ditingkatkan," paparnya.

Nyai Hayati mengatakan, untuk menjaga kualitas jamu racikannya, dirinya tidak pernah memberikan tanggung jawab untuk meracik kepada orang lain. "Untuk meracik saya lakukan sendiri. Tidak boleh dilakukan oleh siapapun. Tugas delapan karyawan saya sifatnya hanya membantu-bantu saja," pungkasnya. (fei/ed)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 29 Maret 2010

Label: , ,

Produksi Jamu Tradisional Madura yang Tetap Bertahan

Jamu Perkasa dan Perawatan Jadi Andalan

JAMU tradisional Madura lekat dengan hubungan pasangan suami istri (pasutri) dan keharmonisan keluarga. Sejumlah pembuat jamu yang ditemui koran ini hanya membuat jamu yang berkhasiat untuk menjaga hubungan seks. Jarang jamu tradisional Madura untuk mengobati penyakit kanker atau diabetes.

Hampir semua pembuat jamu tradisional membuat jamu yang serupa. Seperti, menambah gairah seks laki-laki, mencegah ejakulasi prematur, keputihan, dan mengencangkan otot-otot kewanitaan. Khasiat sama lainnya, menambah nafsu makan dan jamu perawatan wanita sehabis masa melahirkan.

Penamaan jamu juga memiliki kemiripan. Misalnya, jamu yang berkhasiat untuk mengencangkan otot-otot kewanitaan diberi nama Galian Rapet, untuk mengecilkan perut diberi nama Galian Singset, sedangkan untuk menambah gairah seks laki-laki diberi nama Perkasa Lelaki.

Tiga orang ahli pembuat jamu yang ditemui koran ini di wilayah Bangkalan produk unggulannya berbeda. Siti Maryam yang memiliki kios jamu di Jalan Moh.Toha mengatakan, konsumennya banyak menyukai jamu untuk keperkasaan lelaki buatannya. "Kalau di sini banyak yang membeli Perkasa Lelaki," ujarnya.

Maryam memasarkan produk jamunya di wilayah lokal Madura. "Di lokal saja. Bagaimana sampai keluar kalau modalnya hanya sedikit dan pinjam di bank," ujarnya yang mengaku tidak mendapat bantuan dari pemerintah.

Ny Moh. Sholeh, salah satu ahli pembuat jamu tradisional lainnya mengaku tidak pernah membuat jamu untuk beberapa penyakit seperti diabetes, kanker, dan lainnya. Ramuan yang diterima dari neneknya semua berhubungan dengan perawatan pasangan suami istri. "Jamu yang dibuat bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk perawatan," ujarnya.

Mengapa hanya memproduksi jamu dengan khasiat itu? Pemilik jamu dengan produk unggulan Galian Rapet dan Perkasa Lelaki itu mengatakan, dulu jarang orang yang mengetahui dan kena penyakit diabetes, kanker, dan sebagainya.

"Selain itu, jamu yang berkhasiat untuk menyembuhkan harus diuji klinis terlebih dahulu. Padahal, biayanya sangat mahal," ujarnya.

Produksi jamu Ny Moh. Sholeh hampir semua berurusan dengan hubungan pasutri. Menurut dia, jika perempuan menjaga dan merawat dirinya, maka pasangannya tidak akan meninggalkan. "Dari dalam dirawat dengan menggunakan jamu, dari luar menggunakan bedak, lulur, dan parfum, nanti basuhnya pakai sabun jamu. Kalau seperti itu, kamarku adalah surgaku," ujarnya.

Mengenai pemasaran jamu, Ny Moh. Sholeh mengaku mendapat pesanan sampai ke luar Madura. Sedangkan untuk sabun produksinya sudah merambah ke luar negeri. "Kalau sabun sampai ke Jepang, Korea, dan Taiwan. Sedangkan untuk jamunya pesanan banyak datang dari luar Madura seperti Jakarta, Kalimantan, dan daerah lainnya," ujarnya.

Rokayyah, salah seorang pembuat jamu yang bekerja pada pengusaha jamu Ny Badriyah, mengatakan, produk unggulannya adalah Galian Rapet dan Perut Kecil. Belum lama ini Ny Badriyah mendapat pesanan untuk membuat 200 kilogram jamu Perut Kecil dari Arab Saudi. "Ummi (Ny Badriyah, Red) sedang ke Surabaya. Setelah ngirim pesanan yang ke Arab, mampir di rumah anaknya di Surabaya," ujarnya.

Ditanya mengenai apa saja racikan ramuan tersebut, Rokayyah mengaku hanya Ny Badriyah yang tahu. "Saya hanya mengolah. Racikan yang dibuat Ummi. Racikannya kan rahasia," ujarnya. (rif/mat)

Suber: Jawa Pos, Senin, 29 Maret 2010

Label: , ,

Sebulan, Omzet Capai Rp 150 Juta

INDUSTRI jamu tradisional Madura ternyata tidak bisa diremehkan. Ini dibuktikan oleh generasi ketiga pemilik industri jamu di Kabupaten Sampang. Mengusung label Madura Sari dan berlokasi di Jalan Pahlawan Kelurahan Rongtengah, Kec Sampang, Madura Sari ternyata mampu menembus pasar nasional. Bahkan, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 150 juta.

Ditemui di sebuah ruang yang diberi nama Istana Jamu pada salah satu sudut rumahnya, Nyai Hj Hayati Waladi DH menunjukkan beberapa produk jamu tradisional buatannya. Selain itu, kepada wartawan ia juga menunjukkan beberapa penghargaan serta sertifikat yang diperoleh selama melanjutkan usaha turun temurun leluhurnya.

Istri H Waladi tersebut mengatakan, butuh ratusan tahun bagi keluarganya untuk merintis dan mengembangkan usaha jamu Madura Sari. Usaha tersebut kali pertama dirintis oleh nenek sang suami, yakni Nyai Hajrah.

"Saat awal merintis, jamu yang diracik mbah itu hanya dibuat untuk keluarga yang baru melahirkan. Setelah itu menyebar dari mulut ke mulut, tetangga sekitar lalu mulai memesan jamu ke keluarga kami," ungkapnya.

Ditambahkan, perekambangan jamu tradisional miliknya itu lebih tampak ketika dilanjutkan oleh generasi kedua yakni mertuanya sendiri, Hj Alwiya Asnawi. Di bawah kendalai ibu mertuanya, jamu tradisional kelurga tersebut mampu menembus pasar lokal Kabupaten Sampang.

Dengan bakat dan keuletan yang dimiliki, Nyai Hayati yang merupakan generasi ketiga pewaris Madura Sari tidak puas jika home industri jamunya yang memroduksi 34 jenis jamu asli Madura hanya beredar di tingkat lokal. Atas bantuan beberapa pihak dan bermodal ijin Depkes RI Nomor: 06/IKOT/JATIM/97, ibu empat anak ini mulai berkeliling Nusantara mengenalkan jamu tradisionalnya.

"Saat ini saya jarang di Sampang. Sebab, saya terus mempromosikan jamu tradisional Sampang melalui pameran tingkat nasional. Bahkan, kalau mau, setiap hari pasti ada informasi dimana ada pameran. Namun saya membatasi diri. Sebab, yang meracik jamu saya sendiri. Sedangkan delapan karyawan hanya sekedar bantu-bantu," tuturnya.

Selama mengikuti pameran tingkat nasional, Nyai Hayati mengaku lebih sering menggunakan dana pribadi. Sebab, sambung dia, kegiatan pameran yang difasilitasi oleh pemerintahan daerah dananya sangat terbatas. "Kalau kegiatan pameran yang difasilitasi dinas di sini, setahun paling hanya dua kali," terang wanita yang kemarin semestinya ke Jakarta guna mengikuti pameran.

Ditanya mengenai omzet, perempuan yang sudah mempersiapkan anak ketiganya sebagai penggantinya kelak guna mengelola industri jamu tradisional mengungkapkan, dalam sebulan omzet yang dicapai sekitar Rp 150 juta. "Tapi itu masih kotor Mas," imbuhnya.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa harga jamu yang diproduksi masih relatif sama dengan harga jamu di luaran. "Harganya mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 250 ribu. Jamu paling mahal adalah jamu bersalin lengkap. Jamu tersebut terdiri dari satu paket jamu berisi lima item jamu dan tiga param harum yang bisa digunakan untuk 40 hari setelah masa bersalin," tandasnya. (fei/ed)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 29 Maret 2010

Label: , ,

Soto Madura

Soto Madura adalah jenis soto yang berasal dari daerah Madura, Jawa Timur berbahan dasar daging sapi, telur rebus, kentang goreng dan tauge, dengan bumbu ketumbar, bawang merah , bawang putih, jahe, kunir, laos, Kemiri, jeruk purut dan garam secukupnya.

Variasi

Soto Sumenep: Soto ini disajikan dan dimakan dengan singkong, tauge goreng, bihun, bawang daun, bawang goreng, lontong, daging sapi atau usus sapi. Yang membedakan dengan Soto Pamekasan & Soto Bangkalan adalah bumbu kacangnya yang terdiri dari kacang, petis dan pisang muda yg di uleg halus.

Soto Pamekasan: terdiri dari kentang rebus, perkedel kentang, tauge, daging sapi atau daging ayam, soun, lontong, dan disiram dengan kaldu bening dengan bumbu merica dan bawang putih. Disajikan dengan bawang goreng, daun seledri, rempeyek dan bakwan jagung.

Soto Bangkalan: memakai tauge dan soun dengan daging sapi, ayam atau jeroan. Disajikan dengan ditaburi kentang goreng dan kuah kuning berbumbu kunyit dan jahe.


Sebagai kelengkapannya, segeralah anda mencobanya langsung di Kota Madura tersebut. Apalagi hidangan kuliner ini sangat mudah dijumpai di sana. Selamat bersantap Soto Madura! (id.wikipedia.org/rmb)

Sumber: Media Indonesia, Jumat, 19 September 2008

Label: , ,

Batik Madura Makin Moncer

Batik Madura memang sudah terkenal. Tapi peminat batik dulu biasanya membeli di distributor Jakarta atau Surabaya. Sebab sentra batik Madura berada jauh di pelosok seperti Tanjung Bumi, Sampang, Pamekasan, Sumenep.

Tapi sejak Jembatan Suramadu dibangun, penyuka baju batik cukup datang ke Burneh, Kab. Bangkalan. Sebab di daerah yang menjadi akses Jembatan Suramadu ini sekarang bermunculan gerai toko batik yang menjual produk perajin dari semua daerah Madura.

Dari Burneh hingga Kota Bangkalan tidak kurang berdiri 20 toko batik. Toko-toko batik itu milik perajin batik Burneh, Tanjung Bumi, atau Pamekasan yang menangkap peluang bisnis setelah Jembatan Suramadu dibangun.

Ada koleksi batik tulis yang dikerjakan secara tradisional tapi harganya mahal. Pilihan lain tersedia juga batik cap yang harganya lebih murah. Jangan khawatir, semuanya bercorak khas Madura seperti warna dominan merah, hijau dengan kembangan etnisnya.

”Saya sebenarnya jualan batik sudah lama. Namun sejak ada Jembatan Suramadu, saya membuka gerai di rumah. Memang sangat terasa, sekarang banyak pengunjung dari luar daerah mencari batik Madura ke sini,” kata Yayuk, pemilik gerai ’Baju Batik Madura’ di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh, ditemui Selasa (9/3).

Di rumah batiknya dia menjual batik produk Tanjung Bumi dan Pamekasan. Dia mengaku, sekarang kewalahan memenuhi pesanan dari luar kota. ”Saat ini saya harus memenuhi pesanan 400 potong batik Pamekasan dari ibu-ibu di Jawa,” cerita dia. ”Ibu – ibu itu ke sini datang lihat sendiri barang yang cocok dan langsung pesan," ujarnya.

Untuk menyediakan bahan baku dia membuka jaringan dengan pemilik batik di Tanjung Bumi dan Pamekasan. Dia datang sendiri mencari batik ke perajin yang cocok dengan permintaan pasar. ”Saya sudah mempunyai beberapa pemasok batik dari Tanjung Bumi dan Pamekasan," ujar aktivis perempuan ini.

Dia menjual batik dalam bentuk kain dan baju. Harganya bervariasi mulai Rp 35 ribu per potong hingga Rp 100 ribu per potong. ”Ya modal saya kecil. Pernah saya satu minggu mendapat pemasukan Rp 9 juta," ujarnya.

Selain warga Burneh, ada pula perajin batik dari Tanjung Bumi yang membuka gerainya di Kota Kecamatan Burneh. Salah satunya Siti Syamsiyah yang membuka gerai batik di Jl. Raya KH Munif. Di tokonya ini berjajar ratusan macam batik corak Tanjung Bumi. Harganya mulai dari Rp 75 ribu per potong – Rp 1,5 juta per potong.

“Kami khusus menjual batik tulis Tanjung Bumi. Kenapa agak mahal harganya, karena ini batik tulis. Beda dengan batik cap dari daerah lain. Apalagi dengan batik printing dari kota-kota di Jawa," ujar Ifah, salah satu karyawan yang menjaga tokonya.

Dia yang ditemui sedang membatik itu mengatakan cukup ramai pengunjung datang ke tokonya sejak ada Suramadu. Mereka dari Jakarta, Jateng, Malang, dan Surabaya. ”Dulu mereka kenal dengan kami saat di Jakarta saat ada pameran. Sekarang orang Jakarta yang kebetulan ke Surabaya datang ke Madura membeli batik di tempat produksinya,” katanya.

Jembatan Suramadu juga menjadikan gerai batik di Kota Bangkalan makin ramai. Ada tiga gerai yakni Nusa Indah Jl. KH Kholil, Tresna Art, Jl. KH Kholil. Satu lagi rumah batik di komplek perumahan Kelurahan Mlajah, Jl. Sidingkap.

Seperti akhir pekan kemarin di gerai batik Nusa Indah menjelang siang hari hingga sore ramai dikunjungi pembeli dari Surabaya, Jogjakarta, Jakarta, Bandung, hingga Balikpapan.

Gerai batik ini paling strategis karena di pinggir jalan raya. Di sini tersedia batik produk Tanjung Bumi, Bangkalan, Pamekasan, Sumenep dan Sampang. Karena itu di etalase toko dituliskan ‘Batik Madura’.

”Saya dari Sidoarjo membawa teman-teman dari luar kota. Ada dari Jogjakarta, Jakarta, Kalimantan. Mereka kebetulan ada acara di Surabaya. Usai acara mereka ingin melihat Suramadu, lalu dilanjutkan ke Bangkalan mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang ke daerahnya masing-masing," ujar pengunjung Ny. Umi Latifah.

Di toko ini ada kain hingga pakaian jadi. Batik produk Bangkalan ternyata harganya paling mahal namun banyak diminati karena corak dan warnanya lebih ngetrend dibandingkan batik Madura lain.

Seperti seorang ibu dari Jogjakarta ini memborong empat kain batik dengan harga masing – masing Rp 250 ribu. “Saya tahu mana batik yang berkualitas dan tidak. Meski harganya cukup mahal tak masalah, yang penting mantap. Ini untuk oleh-oleh keluarga di rumah," ujar ibu muda ini.

Ada juga batik yang sudah jadi dalam bentuk baju. Baju pendek harga Rp 75 ribu dan baju batik lengan panjang Rp 100 ribu. Selain itu juga tersedia kaos khas Madura loreng warna merah-putih harga Rp 30 ribu. Gantungan kunci berhias patung kecil orang Madura berpakaian Madura, pecut, udeng, dan lainnya.

“Mumpung barangnya ada, saya beli baju batik. Ini untuk oleh–oleh teman–teman kerja di kantor, selain untuk keluarga," kata seorang bapak yang memborong baju–baju batik Madura.

Embun, pemilik gerai batik Nusa Indah mengatakan, pada akhir pekan pengunjung sangat ramai hingga dia kewalahan melayani pembeli yang datang silih berganti. ”Kalau stok batik tersedia cukup. Karena kami selalu mendapatkan pasokan barang yang diinginkan selera konsumen," ujarnya di sela melayani pengunjung.

Tak lama kemudian datang lagi rombongan ibu-ibu naik bus dari Malang datang ke toko ini. “Mumpung di Madura, kami cari batik yang katanya bagus," ujar seorang ibu bergegas menuju gerai batik begitu turun dari bus.

Hampir semua pengunjung yang datang mencari batik mengatakan tujuan utama piknik ini melihat Suramadu. Setelah itu mencari oleh-oleh khas seperti batik tulis Madura.

“Kalau kita ke Jogjakarta, mesti mampir di Malioboro. Di sana kita bisa mencari beraneka macam batik dan baju khas Jogja. Coba di Bangkalan, di buat seperti di Jogja, lebih bagus lagi. Kalau di Solo mencari batik pasti ke pasar Klewer. Di Bangkalan, rombongan ini bingung, kalau tidak ada yang menunjukkan tempatnya di mana dijual batik madura,’’ tanya pengunjung ini.

Embun menceritakan, sebelum ada Jembatan Suramadu, toko Nusa Indah tidak ada yang menoleh karena dulu berjualan mebeler dan makanan kering khas Madura. Setelah ada Jembatan Suramadu, banyak warga luar daerah berdatangan bertanya sesuatu yang khas Madura seperti batik. Dia langsung menangkap peluang bisnis. Langsung saja tokonya diisi kain dan baju batik Madura yang ternyata diminati pembeli.

Kepala Bappeda Bangkalan, Moh. Muhni mengakui saat ini ada perkembangan di Bangkalan pasca Suramadu seperti rumah makan dan toko batik. Bupati Bangkalan RKH Fuad Amin SPd, katanya, mempunyai gagasan mendirikan sentra kerajinan batik di sekitar Suramadu tapi anggarannya belum tersedia.

“Kita serahkan ke masyarakat untuk menangkap peluang ini. Pemerintah daerah akan memfasilitasi, di antaranya mempermudah periziannya dan lainnya," ungkapnya. (KASIONO)

Sumber: Surabaya Post, Rabu, 10 Maret 2010

Label: , ,

Soto Bangsawan Madura


Selama ini makanan Madura yang paling mudah dijumpai di sudut Kota Surabaya berupa soto daging, rujak, dan bebek goreng. Rasanya mantap dan konon racikan Madura memang paling berani bumbu. Nah, salah satunya warung Reng Oneng.

Secara geografis, Madura memang dekat dengan Surabaya. Tentu saja banyak ditemui warung yang menyajikan makanan Madura di sekitar Surabaya. Penjualnya sebagian besar juga berasal dari daerah sama.

Umumnya makanan yang dijual sama. Berkisar antara soto daging, rujak, dan bebek goreng. Bahkan makanan terakhir membuat Surabaya memiliki makanan khas tersendiri. Agak melenceng dengan warung biasanya, seluruh menu di Reng Oneng Waroeng Madura berupa makanan khas Madura.

“Sebenarnya menu makanan yang kami sajikan biasa dimasak oleh ibu-ibu rumah tangga di Madura. Setidaknya angkatan nenek atau ibu saya,” ucap Riyano Dwi Permana, 31, pemilik Reng Oneng.

Permainan bumbu juga berperan di sini. Seperti pada soto ayam Pamekasan yang rasa kuahnya sangat segar meski lebih merah. Isinya berupa irisan telur ayam, daging ayam disuwir, bihun, keripik kentang, perkedel kentang, dan irisan tepung goreng. “Tepung goreng tersebut dibuat dari kecambah goreng yang dicampur tepung terigu,” kata Riyano.

Zaman dahulu hanya kalangan bangsawan yang boleh mencicipi segarnya kuah soto ayam Pamekasan. Tidak heran, sebab resep soto bangsawan Madura yang dipakai Riyano merupakan turun temurun dari kakeknya yang dulu pernah menjadi Residen Madura.

Harga soto ayam Pamekasan ini Rp 17.000 per porsi. Mungkin agak mahal untuk jenis soto ayam dibanding biasanya yang dijual di kaki lima. Namun, rasanya memang beda. Sehingga sebanding dengan harganya.

Berikutnya, ada rujak Madura. Bahan petis yang dipakai pada rujak Madura berbeda dengan rujak petis atau cingur. Petis rujak Madura terbuat dari ikan cakalan (tongkol), sedangkan rujak petis biasanya berbahan petis udang.

Lauk rujak Madura juga berbeda. Selain sayuran, tempe, tahu, rujak Madura memakai rumput laut dan kripik singkong sebagai lauk. Kripik tenggang yang terbuat dari singkong menambah keunikan sajian makanan Madura ini.

Setelah melahap banyak sajian sedap dan lezat ini, rasa haus terpuaskan dengan minuman wedang pokak. Sekilas mirip wedang jahe, tetapi terasa lebih manis dan tidak terlalu pedas. Pokak terbuat dari daun serreh dan gula merah, bisa dinikmati hangat atau dingin. Khasiatnya menambah nafsu makan, menghangatkan tubuh, dan memperbaiki pencernaan. Segelas pokak harganya Rp 6.000.

Asal Sebuah Nama

Riyano dilahirkan dari pasangan ayah Pamekasan dan ibu Sumenep. Usaha kulinernya dimulai sejak 2006. Selain di Hotel Surabaya Plaza, Reng Oneng juga ada di kawasan G-Walk.

Reng Oneng sebenarnya dari kata Oreng Oneng, artinya orang tahu. “Bahasa Madura jika ada suku kata sama di depan, maka harus dihilangkan. Jadilah Reng Oneng,” jelas Riyano.

Nama juga yang membuat semua menu Reng Oneng jadi unik. Seperti nasi jajhan, nasi serpang, atau soto sabrang. Nasi jajhan berupa nasi putih dengan bihun goreng, telur ayam berbumbu santan kuning, kering tempe, dendeng daging sapi, sambal, daging osik-osik (daging bumbu rendang), serta serundeng kelapa.

“Daging dendengnya renyah dan pesan langsung dari Pamekasan. Beda dengan dendeng daging biasa,” ujar Riyano.

Sedangkan nasi serpang diambil dari nama sebuah desa yang terletak beberapa kilometer dari Kota Bangkalan. Desa tersebut jadi terkenal karena kelezatan nasi yang memakai lauk dari laut, yaitu udang. Lauk yang dipakai pada nasi serpang hampir sama dengan nasi jajhan. Hanya ditambah udang goreng dan tahu bumbu kuning. Serta ditemani renyahnya peyek kacang.

“Soto jenis lainnya yang ada di Reng Oneng, soto sabrang. Sabrang artinya singkong dalam bahasa Madura Sumenep,” terang Riyano. (ida/mg1)

Sumber: Surabaya Post, 28/02/2010

Label: , , , ,

Eksotisme Batik Madura

Ketika menyebut Madura, yang terlintas di benak sebagian orang adalah “sangar”. Maklum saja, selain perawakan orang Madura yang rata-rata tirus, gempal, kaku, berkulit legam dengan logat bicara yang temperamental (seperti orang marah) salah satu stereotip miring soal Madura adalah carok. Peristiwa carok di tanah kelahiran Jokotole ini selalu menjadi pembicaraan serius banyak kalangan. Mulai dari orang awam sampai antropolog.

Tapi jangan salah. Tak semua tanah Madura berwarna darah. Sama seperti laut, tak semua laut penuh dengan badai dan gelombang. Jauh di dasar laut yang keras itu, pasti tersimpan mutiara yang tak ternilai Indahnya. Begitu juga Madura.

Madura juga penuh dengan eksotisme. Barangkali yang paling eksotis dari Madura bagi sebagian orang adalah karapan sapi. Tiap kali even karapan sapi piala presiden, tak sedikit turis yang rela turun ke pulau garam ini. Kesenian-kesenian lain seperti daol, saronen, tayup, dan tari-tarian lainnya juga mulai jadi referensi para wisman untuk menjelajahi keunikan Madura. Soal oleh-oleh khas Madura? Tak perlu risau, ada camilan khas Madura dan Batik.

Tapi Tulisan ini tak akan berbicara semua eksotisme Madura. Melainkan hanya akan mengulas panjang lebar soal Batik.

Hingga saat ini batik Madura yang dikenal luas oleh para pelancong adalah Batik Tanjung Bumi, Bangkalan dan Batik Banyumas Pamekasan. Dalam beberapa kali pameran UKM nasional dua jenis batik itu yang paling ditonjolkan. Motif dari kedua batik itu beragam. Bahkan disinyalir bisa mencapai ratusan motif. Mulai dari motif aslinya maupun kombinasi satu sama lain dari motif aslinya. Diantara motif yang banyak dikenal (dan diminati) diantaranya; Sessek, Ramok, Rawan, Carcena, Memba, Panji, Napasir, Katupat, Kembang Pot, Pereng Basa, Truki Melati, dan Okel.

Sebenarnya apa yang membuat Batik Madura mempunyai citra estetik tinggi? Pertama, aroma lilinnya (malan) yang khas. Pasalnya campuran malan batik kerap dicampur dengan Madu. Dengan campuran sari bunga yang dikumpulkan lebah itu, bau karbon yang menyengat pada malan jadi netral. Bahkan baunya jadi unik. Berikutnya, cipratan warnanya yang bukan hanya terkesan sangar tapi juga magis. Warna batik Madura biasanya dididominasi oleh kesan warna yang ‘berani’ (merah, kuning, hijau).

Pemilihan warna itu tentu saja tidak tanpa alasan. Sekedar diketahui, kebudayaan Madura sejatinya adalah titisan kebudayaan Majapahit. Warna merah dipilih karena panji Majapahit adalah warna merah dan putih (itu pula yang menjadi cikal bakal bendera Indonesia ). Warna hijau, karena berhubungan dengan religi. Masa kejayaan Majapahit adalah masa kejayaan agama Hindu. Dalam hindu Pepohonan termasuk bagian dari pemujaan terhadap para dewa. Sementara kuning dipilih sebagai pembatisan terhadap bulir-bulir padi sebagai penopang ekonomi masyarakat agraris. Dengan lain kata pemilihan warna itu sebenarnya hendak bercerita tentang akulturasi kebudayaan Majapahit-Madura.

Ketika awal-awal perkembangan batik di zaman Majapahit, motif-motif batik hanya didominasi oleh motif binatang dan tumbuhan. Itu menunjukkan betapa kuatnya spiritualitas Majapahit( baca hindu). Dari kedua motif itu, motif binatang paling banyak diminati dibandingkan tumbuhan. Bahkan motif burung garuda menjadi motif paling sakral karena hanya boleh dipakai oleh tentara Bhayangkara yang dikomandani oleh Patih Gajah Mada.

Awalnya busana batik hanya dikenakan raja, punggawa kerajaan dan tentara majapahit. Namun sering dengan perkembangan waktu serta semakin meningkatnya kemajuan ekonomi kerajaan majapahit, aktivitas membatik dan mengenakan busana batik mulai diikuti masyarakat di sekitar kerajaan. Bahkan dari situpulalah muncul para perajin batik, yang bersanding dengan para perajin keris yang pada masa itu juga tak kalah larisnya. Begitulah, terus menerus hingga kini home industri batik juga mulai merambah di berbagai penjuru hingga akhirnya sampai juga ke tanah Madura. Dan kini juga mulai menggeliat lagi seiring dengan mulai tumbuhnya usaha pariwisata berbasis lokalitas di negeri ini. Tentunya dengan berbagai variasi motif yang beragam.

Satu hal yang tidak bisa disangsikan dari keunikan batik Madura adalah proses pembuatannya. Tradisi membatik di Madura salah satunya yang terkenal dengan Batik Genthongan. Disebut genthongan karena proses pewarnaanya terlebih dahulu direndam dalam wadah mirip gentong. Konon katanya kain direndam selama dua bulan, kemudian lembaran kain batik disikat untuk menghilangkan sisa lilin/malamnya. Proses macam ini, selain untuk membuat warna batik lebih awet, juga memunculkan warna terang dan gelap pada kain batik. Batik Genthongan cukup dikenal luas karena kekuatan warnanya yang bisa bertahan hingga puluhan tahun. Karenanya jangan heran jika batik ini cukup mahal harganya dibandingkan dengan batik biasa. Selain bahan kainnya dipilih yang terbaik, juga pewarnanya menggunakan pewarna alami. Yang diracik dari sari tumbuhan pilihan. Soga alam khas Madura berasal dari Mengkudu dan Tingi untuk menghasilkan warna merah. Hijau berasal dari kulit Mundu ditambah tawas, Daun Tarum digunakan jika ingin memberikan efek warna biru.

Kesemuanya itu diramu oleh tangan-tangan terampil dengan imajinasi seni tingkat tinggi sehingga menghasilkan motif batik yang beragam dan unik, khas pulau Madura. Jadi tidak terlalu berlebihan jika batik Madura menjadi pilihan bagi mereka yang menyukai busana-busana bernuansa etnik tapi tidak kampungan. (by Mr. EM)

Sumber: Batik Madura, Selasa, 11 Agustus 2009

Label: , , ,

Tergoda Kerenyahan Snack Madura

Ternyata, jajanan asli Madura begitu beragam. Tidak sekadar keripik singkong yang sudah moncer dalam khazanah jajanan Tanah Air. Jajanan asli dari Pulau Garam, Madura ini begitu kaya rupa, sekaligus kaya rasa.

Dalam ragam kacang-kacangan misalnya, dikenal ada kacang tolo, kacang beras, kacang hijau, hingga kacang tanah Madura bertabur lorjuk yang benar-benar pas membagi rasa gurih dan asinnya saat digerus bersamaan dan menyentuh lidah perasa.

Demikian pula dengan ragam keripik. Ada pilihan yang benar-benar menggiurkan. Ada keripik paru yang sungguh kemripik begitu dipilah dengan gigi. Demikian pula keripik sukun, keripik tales, hingga rengginang ketan tabur lorjuk, yang sama-sama renyah.

Di mana titik keunikan semua jajanan Madura ini? “Pada cara mengolahnya,” ujar Diana Syahrini, pengelola Dee’s Past@ and Snack mengenai aneka kacang dan keripik yang diusungnya langsung dari sentranya di Pamekasan, Madura.

Diana sendiri awalnya spesialis penyedia ragam pasta dan macaroni schotel. “Namun saat mencoba menambahkan variasi dagangan dengan ragam snack Madura ternyata banyak juga yang menyukainya,” ujar ibu dua jagoan cilik ini mengenai keragaman dagangannya.

Di saat ramai karena even tertentu (seperti Lebaran, Natal, dan liburan hari-hari besar nasional) ia bisa mengirimkan puluhan kilo snack Madura ini ke luar kota. “Baru saja habis karena harus dikirim ke Jakarta,” imbuhnya menginfokan kosongnya stock snack Madura.

Diana membenarkan, ragam jajanan khas Madura ini juga banyak ditemukan di tempat-tempat lain. Namun, ia menilai sentra tempat ia memutuskan mengepul jajanan di kawasan Pamekasan ini karena citarasa yang disuguhkan mampu bertahan selama berpuluh tahun.

“Mereka mampu menjaga kualitas dan tetap tidak berubah citarasanya yang khas, ya renyahnya, ya gurihnya, juga garingnya terasa pas di lidah semua orang,” ujar Diana yang mengendalikan bisnis rumahannya dari daerah Pacar Kembang VCI No 5 Surabaya ini.

Ia mencontohkan keripik paru balut tepung. Dalam kemasan kantong plastik berisi 250 gram, kerenyahan keripik paru sapi dan rasa gurihnya benar-benar terasa bahkan hingga remahan tepung yang membalutnya.

“Ada yang dijual dalam bentuk lembaran seperti ini, yang kemudian bisa digoreng sendiri setelah dipotong-potong sesuai selera. Atau yang tidak ingin ribet dan repot, bisa langsung memilih keripik yang sudah dalam kemasan siap santap,” saran perempuan berdarah Madura ini.

Rasa gurih, garing, dan renyah keripik paru berbalut tepung ini memang bisa disuguhkan sebagai snack yang beda dari biasanya. Selain bisa disantap begitu saja, keripik paru ini juga bisa dimanfaatkan laiknya kerupuk teman menyantap nasi.

“Kalau yang suka, silakan saja, karena citarasa tetap tidak berubah kok,” benar Diana mengenai keripik paru yang dalam kemasan 250 gram itu dibanderol dengan harga Rp 40.000.

Citarasa unik lainnya dari jajanan khas Madura ini adalah rengginang lorjuk dan kacang Madura lorjuk. Jika biasanya rengginang (snack berbahan dasar beras ketan putih, dibentuk bulat lalu digoreng garing) ini hanya sekadar dibumbui campuran garam dan bawang putih.

Maka, rengginang Madura masih diimbuh dengan taburan lorjuk. Yakni sejenis ikan laut berbentuk mungil dan memiliki citarasa gurih. Memang renyah dan gurih karena imbuhan lorjuk di bagian atas tubuh rengginang yang dalam satu kemasan berisi 250 gram dengan harga per kemasan Rp 15.000.

Demikian pula dengan kacang (tanah) Madura campur lorjuk. Jika biasanya kacang tanah digoreng garing dengan taburan irisan bawang putih goreng. Sebagai gantinya bawang putih goreng adalah lorjuk goreng. Sebungkus berisi 400 gram dengan harga Rp 30.000 rasanya kurang, meski hanya disantap sendirian.

“Ada yang bilang kalau sudah kena kacang-kacangan terasa susah menghentikan untuk ngemil,” canda Diana menirukan salah satu pelanggannya. Hmm boleh juga ya… (tri)

Sumber: Surya, Sabtu, 30 Januari 2010

Label: , , ,

Kenalkan Budaya Madura Sejak Dini

Suasana ruang kelas 2A SD Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya berubah total Sabtu (16/1) pagi tadi. Bangku dan kursi siswa yang biasanya memenuhi kelas ini tak tampak.

Yang terlihat justru sebuah meja besar dengan beraneka macam makanan dan minuman di atasnya. Beberapa dari makanan dan minuman ini cukup asing di telinga warga Surabaya.

Sebut saja, es ko’buk, minuman dingin berbasis gula jawa, jahe dan cincau hitam ini sekilas mirip dawet. Namun ini adalah salah satu minuman khas madura yang disajikan untuk menyambut tamu-tamu penting kerajaan. Selain es ko’buk, ada juga nasi serpang, makanan nasi campur yang mirip dengan nasi krawu khas Gresik, topak ladhah, setup salak serta tajin sobik.

Makanan dan minuman ini disajikan untuk mengenalkan kuliner khas Madura kepada siswa-siswi perguruan Al Azhar Kelapa Gading Surabaya yang tadi pagi mengadakan pekan budaya Madura di sekolah mereka. Selain memamerkan makanan dan minuman khas madura, para siswa TK hingga SMP di sekolah ini juga disuguhi penampilan aneka macam kesenian khas Pulau Garam seperti tari pecut.

Yang menarik, seluruh siswa dan orang tua Tk dan SD diwajibkan memakai pakaian adat khas Madura. Mereka juga didaulat untuk melakukan peragaan busana di hadapan para undangan dari Dewan Kesenian Surabaya (DKS), tokoh masyarakat Madura, serta undangan yang hadir dalam acara tersebut. Lenggak-lenggok murid TK dan SD bersama orang tuanya tersebut, tak jarang disambut gelak tawa hadirin.

Menurut Drs Najib Sulhan MA yang merupakan ketua panitia acara, kegiatan kali ini diadakan dalam rangka milad ke-8 sekolah yang berlokasi di Perumahan Bhaskara Jaya, Mulyorejo ini. Tujuan utamanya adalah untuk mengenalkan budaya Madura sebagai salah satu budaya lokal yang harus dilestarikan. “Ide awalnya kita ingin membantu mempromosikan kebudayaan Madura setelah dibangunnya jembatan Suramadu,” kata Najib Sulhan. Selain itu, menurut Najib sekolah juga ingin mengenalkan kebudayaan Madura ini agar para siswa paham dan ikut mencintai salah satu budaya khas Indonesia tersebut.

“Kita tidak ingin budaya khas seperti ini hilang atau diklaim bangsa lain seperti yang sudah-sudah,” tegas Najib. Selain memperkenalkan budaya dan kesenian Madura, dalam rangkaian acara ini juga diadakan seminar Seni Komunikasi Orangtua dalam Membingkai Karakter Anak dengan pembicara Arno Kernaputra, dosen dari London School Jakarta. (den)

Sumber: Surabaya Post, Sabtu, 16 Januari 2010

Label: , , , , ,

Nasi Serpang Kuliner Madura

Nasi Serpang sebagai pusaka kuliner pantas diselamatkan. Ia diracik berdasarkan resep masakan para leluhur warga Madura. Nasi Serpang merupakan masakan paduan dari bahan makanan segala penjuru, maksudnya dari penjuru daratan, pantai sampai dengan lautan. Dari ikan laut sampai dengan daging hewan daratan.

Bahan makanan yang dimaksud, antara lain:
  • Nasi
  • Pepes ikan tongkol
  • Kerang dimasak sambal goreng
  • Soun bumbu kecap
  • Telor asin masir
  • Sambal terasi
  • Krupuk rambak bumbu rujak
  • Dendeng daging sapi Madura
  • Kripik paru
  • Rempeyek ikan teri dan kacang
Bagaimana? Lauknya colour full, khan? inilah Kekhasan Nasi Serpang. Satu lagi kekhasan Nasi Serpang, yaitu nyaris tak ada sayur yang nongol di belantara lauk pauknya. Hal ini juga akan Anda jumpai hampir di setiap masakan made in Madura. Mau yang Sate Madura, Soto Madura, Topa’ Ladha.

Kesimpulannya: Kaya Lauk, Minim Sayur. Bermacam-macamnya lauk Nasi Serpang mengajak kita menjelajah cita rasa masakan pedalaman hingga pesisir.

Belantara cita rasa pedalaman dapat Anda temui pada lauk dendeng daging sapi yang bahan dasarnya adalah daging Sapi Madura. Cita rasa pedalaman juga bisa Anda gali dari secuil telor asin masir yang bahan dasarnya telur bebek.

Sementara cita rasa pesisir dapat Anda telusuri dari pepes ikan tongkol yang berwarna merah karena ada keterlibatan unsur cabai merah dan tomat. Rasanya? Pasti ada asinnya dong, khan bernuansa pesisir. Anda juga bisa memergoki rasa pesisir bercampur pedalaman dari kerang yang dimasak dengan bumbu sambal goreng.

Sambal terasi Nasi Serpang pasti dengan mudah dapat Anda bedakan dengan sambal terasi ala masakan Jawa. Sambal terasi khas Madura teksturnya kasar dan liat menyerupai petis, jadi tidak cair. Konsep sambal terasi seperti ini juga dapat Anda jumpai pada masakan khas Kabupaten Gresik, Jawa Timur: Nasi Krawu. Maklum, kreator Nasi Krawu tak lain adalah orang-orang Madura yang merantau ke Gresik. Akhirnya cita rasa Nasi Krawu tak jauh dari masakan khas Madura. Mari kita lanjutkan pengembaraan di belantara cita rasa Nasi Serpang.

NASI

Sumber karbohidrat pada Nasi Serpang ini memiliki rasa punel. Cita rasa ini diperoleh bukan hanya dari bahan dasar beras yang berkualitas namun juga dari tata cara pendinginan nasi.

Nasi dalam penyajian masakan khas Madura, mayoritas disajikan dalam keadaan dingin. Mulai dari Soto sampai dengan Sate, bila dalam penyajiannya disandingkan dengan nasi, maka nasi tersebut lebih sering dijumpai dalam keadaan dingin.

Teknik pendinginan ini sangat khas sehingga tak hanya berdampak pada suhu nasi menjadi dingin, namun juga mengakibatkan rasa punel mendekati tingkat liatnya ketan. Ini tidak mengada-ada.

Cobalah Anda bandingkan antara nasi dingin buatan jenis masakan lain dengan Nasi Serpang. Sensasi liat dari Nasi Serpang meski dalam keadaan dingin membawa kita pada sudut lain dari dunia makan-memakan.

Teknik pendinginan inilah yang membedakan nasi dalam unsur masakan Madura dengan nasi pada masakan asal daerah lainnya. Hal serupa dapat Anda jumpai pada kasus jamu. Jamu ramuan Madura tentu berbeda sensasinya dengan ramuan daerah lain. Meski nama, atau jenis atau manfaatnya sama yaitu jamu. (http://nasiserpang.blogspot.com/)

Sumber: kabarmadura On Thursday, 4 December 2008

Label: , , ,

Telur Petis Ola Madura

Bahan:
  • 6 butir telur, direbus
  • 2 lembar daun jeruk purut
  • 500 ml santan (1/2 butir kelapa)
  • 1 sendok makan petis
  • 10 buah cabai rawit utuh
Bumbu halus:
  • 5 siung bawang putih
  • 2 cm jahe
  • 2 cm kunci
  • 2 cm kunyit
  • garam
Cara membuat:
  • Kupas telur rebus, sisihkan.
  • Tuang santan ke dalam panci.
  • Tambahkan daun jeruk, petis, dan bumbu halus.
  • Lalu rebus sambil diaduk hingga mendidih.
  • Masukkan telur dan cabai rawit.
  • Masak hingga bumbu meresap.
  • untuk 6 porsi (kulinerkita.com)

Sumber: kabarmadura On Thursday, 4 December 2008

Label: , ,