Batik Madura Sampai ke AS

Disayangkan, batik murni genre Madura mulai langka, terkontaminasi corak daerah lain

Elisia
Nama batik Madura memang belum terkenal seperti batik dari Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. Namun, peluang untuk lebih diminati oleh masyarakat internasional sangat besar terjadi mengingat batik Madura mempunyai banyak keunggulan dalam pemilihan warna dan motif serta bahannya. Terbukti, kini batik asal Pulau Garam ini menerobos pasar Amerika Serikat (AS).

“Namun, sayangnya kini yang terjadi, batik Madura sudah mulai terkontaminasi dengan batik dari daerah-daerah lain. Sehingga, sulit dicari batik genre Madura,” ujar Elisia, dari International Design School Amerika saat dirinya melakukan kunjungan ke kios batik di pasar tradisional 17 kecamatan Kota Pamekasan, Jumat (17/2).

Elisia mengaku sangat prihatin dengan keberadaan batik Madura pada saat ini. Menurutnya, sekarang banyak batik yang di jual di kios kaki lima, alias tidak murni khas dari Madura. “Banyak ditemukan campuran khas batik luar daerah, seperti campuran batik khas Solo, Yogyakarta, Bali dan Mataram,” katanya, belum lama ini.

Elisia menilai, batik Madura memang mempunyai banyak peluang besar diminati oleh masyarakat luar, meski saat ini keunggulan batik Madura masih di bawah 50 persen dibandingkan batik dari derah-daerah luar Madura, seperti Pekalongan, Yogyakarta, Bali, dan Mataram yang sudah 80 persen mempunyai keunggulan secara kualitas maupun kuantitasnya.

Daya tarik batik Madura, kata Elisia, salah satunya terletak pada warna, motif, dan guratan batik. Oleh karenanya, dia berharap agar seluruh pembatik jangan sampai melupakan atau menanggalkan ciri khas batik madura sesungguhnya dan disesuaikan dengan corak kebudayaan asli Madura.

Lirik Muda-mudi

Sementara itu, pengusaha batik Madura mulai membidik muda-mudi. Salah satunya dilakukan oleh Khalifah Batik yang berpusat di Terate Pandian kota Sumenep.

"Dalam perkembangannya, batik saat ini sudah mulai digemari muda-mudi. Jadi, tidak hanya seragam sekolah maupun kantoran, melainkan menjadi trend tersendiri dikalangan kaula muda," kata Ny. Hj. Dewi Khalifah kepada Surabaya Post, Sabtu (18/2).

Menurut dia, kerajinan batik harus mengikuti perkembangan pasar, baik itu warna maupun motif yang saat ini digemari. "Kalau tahun 2012 ini, warna orange, hijau pupus, dan pink sangat disukai para kawula muda," terangnya.

Ke depan, kata dia, juga diperlukan kemampuan memodifikasi warna alam, sehingga tercipta warna batik yang luar biasa. "Nah! kemampuan memadukan warna serta kemampuan melihat peluang pasar inilah yang dibutuhkan para pengrajin batik Madura. Saya, sudah memulai hal itu," ungkapnya.

Dewi Khalifah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Aqidah Usmini ini akan membentuk kampung batik. Para tenaganya, sudah menjalani pelatihan. "Sudah ada 15 kelompok yang tersebar di 15 kecamatan yang sudah ikut pelatihan dan siap mengembangkan batik Sumenep. Rencanya, peluncuran kampung batik itu, bulan Maret mendatang," pungkasnya.

Namun, kata Dewi, ada lagi keunikan batik Madura. Karena memiliki keistimewaan, batik tulis Madura plus aromaterapi memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan batik Madura lain. Sebagai contoh, untuk Batik Madura biasa ada yang harganya Rp 250 ribu per potong, maka untuk yang beraromaterapi harga bisa mencapai Rp 300 ribu per potong. Harga paling mahal bias mencapai 4 juta perpotong. Saat mendekati lebaran, batik tulis aromaterapi tersebut sangat diminati.

”Keunggulannya kalau yang beraroma terapi ini akan membuat rileks bagi yang memakai atau pun orang yang di sekitarnya,”

Hal tersebut akhirnya membuat para pejabat banyak yang suka. Belum lagi sifat dari aroma terapi ini juga bisa menyerap keringat. Artinya jika ada orang yang punya keringat banyak, aroma terapi bisa meredam bau keringat. Ada beberapa pilihan aromaterapi yakni dari melati keraton, cempaka, eksotik, mawar, coklat dan strawberry. Coklat dan strawberry ini sangat cocok dipakai untuk anak-anak.

Untuk membuat aromaterapi ini, cukup mudah. Setelah dicuci, batik direbus. Rebusan air sebelumnya diberi aromaterapi, dan batik direbus dengan posisi terbalik. Waktunya sekira lima menit saja. (md2,okz)

Terkait:

Sumber: Surabaya Post, Sabtu, 18/02/2012

Label: , , ,