Unijoyo Bangun Gedung Tertinggi di Madura

Untuk Gedung Rektorat Unijoyo

Universitas Trunojoyo Madura (Unijoyo) punya proyek besar. Universitas negeri satu-satunya di Madura ini membangun gedung 10 lantai untuk pelayanan administrasi yang nantinya akan dikenal sebagai Gedung Rektorat. Gedung ini sementara akan menjadi gedung tertingi di Madura sebelum ada gedung lain dibangun lebih tinggi.

Tak tanggung-tanggung pembangunan gedung tersebut akan menelan dana sebesar Rp 105 miliar. Dana tersebut datang dari menteri pendidikan nasional (Mendiknas) melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Diprediksi pembangunannya baru akan selesai lima tahun mendatang.

Pembangunan gedung tersebut diresmikan kemarin usai melantik pimpinan baru di lima fakultas di Unijoyo. Peresmiannya dilakukan langsung oleh Rektor Unijoyo Prof DR H Ariffin MS.

"Gedung ini dibangun berdasarkan hasil evaluasi inspektorat dirjen dikti. Menurut mereka, situasi administrasi rektorat yang ada sekarang ini tidak layak. Bahkan, mereka menyebutnya seperti pasar yang begitu padat," ungkap Ariffin saat memberi sambutan. Sehingga, sambungnya, kondisi demikian membuat pekerjaan administrasi tidak bisa optimal dan sering terganggu.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dirjen dikti membuat rekomendasi pada Mendiknas. Rekomendasi itu berbalas, selanjutnya dirjen dikti dipercaya untuk merealisasikan proyek besar itu.

Seperti rencana awal, gedung tersebut akan dibangun setinggi 10 lantai. Total luasnya 18 ribu meter persegi dengan besar pembiayaan mencapai Rp 105 miliar. Sebagai penunjang pembangunan gedung tersebut, senat kampus juga telah memutuskan Unijoyo jadi Kampus Tanean Lanjang. "Jadi, akan ada jalan terusan mulai dari depan kampus hingga gedung rektorat ini," jelas Ariffin.

Jadwal penyelesaian gedung tersebut lima tahun. "Tapi, itu semua bergantung pada kondisi ekonomi Indonesia. Ini-lah tujuan saya mengajak para pimpinan fakultas dan semua bagian datang ke acara ini. Saya berharap semua berdoa agar gedung ini bisa selesai cepat dan tepat," tuturnya.

Menurut Ariffin, selain untuk memenuhi kebutuhan, gedung tersebut diharapkan dapat meningkatkan kebanggaan warga kampus. "Kampus ini tidak lagi mewah (mepet sawah, Red) tapi akan menjadi kampus yang megah. Saya harap siapa pun memiliki kebanggaan ada di kampus ini," ungkapnya.

Ditambahkan, saat ini Unijoyo juga tengah memenuhi kebutuhan ruang kuliah. Sebab, setiap tahun makin banyak minat untuk masuk kampus tersebut. "Tahun ini kita hanya menerima sepertiga mahasiswa yang mendaftar. Itu sudah membuat mahasiswa kuliah sampai pukul delapan malam. Mudah-mudahan semua kebutuhan itu secara bertahap bisa kami penuhi," harapnya.

Sebelumnya peresmian, Ariffin melantik lima pimpinan fakultas dan memberhentikan dengan hormat pimpinan sebelumnya. Mereka yang dilantik sebagai pimpinan baru di antaranya DR Drs Suryo Tri Saksono MPd sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Drs H Kaswan Badami MSi dekan Fakultas Pertanian, DR H Moh. Nizarul Alim SE MSi Ak dekan Fakultas Ekonomi, Yudi Widagdo Harimurti SH MH sebagai dekan Fakultas Hukum dan Ir H Soeprapto MT. (nra/*)

Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 30 Oktober 2009

Label: , , ,

Pembangunan Madura dan Universitas Trunojoyo

UNIVERSITAS Trunojoyo Madura (Unijoyo) adalah satu-satunya universitas negeri di Madura. Tak heran jika kampus ini menjadi salah satu penentu keberhasilan pembangunan di Madura.

Pihak kampus tak bisa mengingkari tanggung jawab untuk membangun Madura. Sebab, membangun Madura tidak akan cukup hanya dengan mengandalkan bangunan fisik yang tinggi dan megah. Semua harus diiringi oleh persiapan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM).

"Kami paham tanggung jawab itu. Sejak awal kami sudah berkomitmen agar jangan sampai kemajuan di Madura pascapembangunan Suramadu memarjinalan generasi Madura sendiri," papar Ariffin. Nah, untuk bisa terlibat dalam berbagai pembangunan, maka generasi Madura harus memiliki kemampuan yang dibutuhkan gerak pembangunan itu sendiri.

"Universitas ini berfungsi untuk mempersiapkan SDM. Kami sudah berkomitmen untuk mengisi generasi Madura dengan berbagai ilmu yang dibutuhkan dalam pembangunan Madura ke depan," katanya mantap.

Menindaklanjuti hal tersebut, Ariffin mengungkapkan telah menelaah apa yang akan dibutuhkan generasi muda untuk membangun Maduranya. Berbagai kerjasama sudah dijalin untuk memberi pendidikan dengan beasiswa pada puluhan bahkan ratusan generasi muda di Madura.

"Dengan dinas pendidikan se Madura kami menjalin kerjasama di bidang IT (informasi teknologi). Sebanyak 180 mahasiswa kami rekrut dari empat kabupaten Madura untuk diberi pendidikan IT. Tahun depan mereka lulus," tandasnya. IT dipilih karena ke depan teknologi informasi di masa pembangunan harus semakin canggih. Sehingga, 180 mahasiswa itu diharapkan dapat mengembangkan IT di kabupatennya masing-masing.

Di samping itu Unijoyo juga membuka berbagai vokasi (program diploma) untuk menyiapkan SDM tenaga ahli yang siap pakai di semua sektor. Di antaranya program studi Diploma 3 (D3) Manejemen Informatika, Mekatronika, Akuntansi dan Kewirausahaan. "Tidak hanya diploma, kami juga tengah menggagas pendidikan pascasarjana. Sebab, disamping SDM tenaga ahli yang siap kerja, Madura juga membutuhkan tenaga magister di bidangnya," jelasnya. (nra/*)

Baca juga:
Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 17 Oktober 2009

Label: ,

Ciptakan Lulusan Pembuat Lapangan Kerja

PEPATAH ekonomi tentang harus berani meminjam di bank bisa menjadi salah satu dasar Unijoyo membangun laboratorium wirausaha. Laboratorium ini dibangun untuk melatih mahasiswa Unijoyo menjadi seorang entreprenuer sejak kuliah. Sebuah upaya untuk meluluskan pembuat lapangan kerja, bukan pencari kerja.

Pihak kampus meyakini latihan sejak dini dengan pengawasan dan pendidikan yang benar akan membuat seseorang punya jiwa entreprenuer mantap. Laboratorium wirausaha disiapkan menjadi arena latihan untuk menanamkan jiwa usaha.

"Kami tidak ingin melahirkan lulusan yang takut meminjam uang di bank," tegas Ariffin, rektor Unijoyo. Karena itu, sambungnya, semua yang ada di laboratorium wirausaha dibuat senyata mungkin laiknya seorang memulai usaha baru.

"Nanti ada dosen yang akan membimbing. Ada juga dana yang akan digulirkan sebagai modal usaha. Mahasiswa akan diajari mulai dari membuat proposal usaha hingga bagaimana mereka harus berurusan dengan lembaga keuangan," ujarnya. Semua simulasi usaha itu dibuat agar tak ada lagi kata 'kekurangan modal' dalam kamus lulusan Unijoyo. Sebab, banyak pengangguran bertitel sarjana terpaksa tak melakukan apa-apa karena tak paham entreprenuer dan gagap memulai usaha.

Pemanfaatan gedung laboratrium wirausaha itu akan dimulai 2010 mendatang. Segala persiapan terus dimatangkan untuk menjadikan laboratorium itu sebagai lembaga yang diurus sepenuhnya oleh dan untuk mahasiswa. "Tentunya diawasi oleh para dosen. Sehingga, tata kelola usahanya bisa berjalan optimal. Jika berhasil, usaha yang dirintis itu akan menjadi bekal sebelum lulus kuliah," terangnya.

Untuk menggugah peran mahasiswa di laboratorium wirausaha itu, civitas akademik telah sepakat memasukkan mata kuliah soft skill wirausaha di setiap program studi. "Kami yakin, setiap ilmu dan teknologi harus disentuh dengan pengetahuan usaha. Semuanya untuk masa depan mahasiswa," tutur pria asal Malang ini. (nra/*)

Baca juga:

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 17 Oktober 2009

Label: ,

Universitas Trunojoyo Madura
setelah Delapan Wisuda

Fokus Benahi Kualitas Lulusan, Kejar World Class University

Sejak didirikan pada 2001, Universitas Trunojoyo Madura (Unijoyo) telah meluluskan ribuan mahasiswa. Dari tahun ke tahun pihak kampus pun berupaya memperbaiki kualitas lulusannya. Bagaimana dan sejauh mana dampaknya? Berikut petikan wawancara khusus Radar Madura dengan Rektor Unijoyo Prof DR Ir H Ariffin MS.

Hari ini Unijoyo menggelar wisuda untuk ke delapan kalinya. Bagaimana Anda menilai perkembangan peserta wisuda dari tahun ke tahun?

Ada dua hal yang saya perhatikan. Yaitu, perkembangan indeks prestasi dan ketepatan waktu lulus kuliah.

Dari tahun ke tahun saya melihat selalu ada perkembangan pada IPK (indeks prestasi kumulatif). Kalau di tahun-tahun sebelumnya hanya ada segelintir mahasiswa yang lulus dengan pujian, maka tahun ini beda. Dari 367 peserta wisuda, ada sedikitnya 60 persen yang lulus dengan pujian pada IPK minimal 3,55. Sedangkan mereka yang lulus dengan IPK terendah ada di rata-rata 2,50.

Selain peningkatan kualitas pada hasil evaluasi belajar, saya juga melihat mahasiswa yang lulus di atas semester bisa dihitung dengan jari. Itu sisa mahasiswa lama-lama dulu. Saya hitung ada paling sedikit 15 orang yang berhasil lulus dengan hanya menempuh kuliah selama 3,5 tahun atau tujuh semester. Itu merata di semua fakultas.

Lalu apa jaminan para lulusan itu siap menghadapi dunia kerja?

Ditanya tentang kesiapan tentu sangat relatif. Dari segi intelektual insya Allah mereka (lulusan Unijoyo, Red) siap. Namun, untuk mental masih harus terus dipompa.

Apa yang sudah dilakukan kampus untuk persiapan mental itu?

Masuk 2009 kami telah berupaya menyiapkan kemampuan mahasiswa secara mental. Sehingga, para lulusan bisa siap secara mental dan profesional menghadapi dunia setelah lulus kuliah. Pendidikan soft skill mutlak kami nilai perlu. Itu yang kami berikan pada mahasiswa.

Namun, bagaimanapun kampus ini ada di Madura. Selain kecakapan intelektual dan profesional, kami juga fokus memberi mahasiswa kecakapan religius dan moralitas.

Kecakapan dan kualitas lulusan, fasilitas, dosen dan mahasiswa selalu jadi sorotan. Setelah delapan kali wisuda bagaimana sekarang?

Dari segi fasilitas, terus terang 80 persen bangunan di kampus ini adalah peninggalan Universitas Bangkalan dengan usia bangunan rata-rata 20 tahun. Namun, program-program pembangunan terus direalisasikan. Anda bisa lihat sendiri bagaimana kami sedang membangun ruang-ruang kuliah baru, melengkapi fasilitas laboratorium hingga fasilitas untuk pengembangan minat bakat.

Tahun ini kami tengah membangun 20 lokal ruang kuliah untuk 2000 mahasiswa. Itu untuk mengantisipasi minat yang makin tinggi untuk masuk Unijoyo. 2009 kami terpaksa hanya menerima 1300 mahasiswa dari 3300 yang mendaftar. Sekarang jumlah mahasiswa kami lebih dari 5000 dengan jam kuliah hingga pukul 20.00.

Bagaimana dengan kualitas dosen?

Tiap tahun 40-50 dosen kami tugaskan untuk belajar. Banyak yang tugas belajar S2, menempuh S3 sekitar 38 dosen, yang sudah S3 sebanyak 14. Tiga tahun mendatang kami akan punya sedikitnya 50 dosen S3 dan banyak dosen S2. Tidak ada lagi dosen S1 di kampus ini.

Mereka yang menempuh kuliah di luar negeri untuk S2 dan S3 tersebar di Jepang, Philipina, Australia, Rusia, Amerika hingga Jerman. Penugasan belajar ke luar negeri ini juga merupakan upaya kami mencapai apa yang didengung-dengungkan oleh Dirjen Dikti World Class University (Universitas Bertaraf Dunia).

Kualitas mahasiswa dan alumni?

Seperti yang saya jelaskan di awal tadi. Ada dua tantangan meningkatkan kualitas mahasiswa. Melihat banyaknya alumni yang bergerak di birokrasi dan politik, kami merasa penting memberikan bekal kemampuan leadership dan managerial pada mahasiswa. Sehingga, saat lulus mereka telah memiliki kemampuan entrepreneur yang hebat. Kami yakin, semua orang memiliki potensi untuk menjadi lulusan berkualitas. Tinggal bagaimana memoles kualitas mereka menjadi lebih baik dengan keilmuan, teknologi dan etika.

Apa yang sudah ada dan diupayakan, sejauh mana semuanya bisa menjawab harapan mahasiswa berikut orangtuanya?

Yang jelas 3-4 tahun lalu masih ada gengsi untuk tidak memilih Unijoyo. Tapi, dua tahun belakangan kondisinya sudah jauh berubah. Ada lonjakan luar biasa minat untuk masuk kampus ini. Saya rasa ini merupakan salah satu indikasi bagaimana kampus ini menjadi harapan. Hal ini juga berarti kepercayaan masyarakat pada Unijoyo juga semakin tinggi.

Untuk menjawab harapan dan menjaga kepercayaan kami telah berupaya membuat kurikulum bagi mahasiswa agar benar-benar siap menghadapi dunia luar. Kami terus meningkatkan cara mendidik mahasiswa agar bisa bersaing di luar sana. Kami memberi mereka apa yang dibutuhkan di dunia luar. Sehingga, selesai kuliah mereka sudah punya sesuatu yang dibutuhkan untuk membangun usaha sendiri maupun bersaing di dunia kerja. (nra/*)

Baca juga:

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 17 Oktober 2009

Label: , ,

Arif Rahman: Calon Wisudawan
Universitas Trunojoyo dengan IPK Tertinggi

Pernah Dicibir karena Masuk Unijoyo

Meraih sukses di bangku kuiah bukan hal yang mudah. Sebab, kesuksesan tidak hanya diperoleh dari tatap muka dengan dosen atau ujian semata. Kesuksesan di masa kuliah berarti seimbang memperlakukan diri di pergaulan dan lingkungan belajar. Bagaimana Arif Rahman bisa meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi?

MASUK Universitas Trunojoyo Madura (Unijoyo) pada 2005, pemuda yang akrab disapa Arif ini berhasil lulus tepat waktu. Di samping lulus tepat waktu, hal yang paling membanggakan adalah lulus dengan predikat cumlaude. IPK-nya 3,87, tertinggi dari semua calon wisudawan yang akan dikukuhkan besok di kampus Unijoyo.

Pemuda kelahiran Sumenep, 28 Februari 1987 itu masuk fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Sejak semester I dia telah mendapatkan nilai di atas rata-rata.

Di akhir kuliahnya dia membuat karya tulis akhir skripsi tentang akuntansi yang berkaitan dengan perpajakan. Yaitu, Pengaruh Pemahaman Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak di Kecamatan Kota Kabupaten sumenep.

Judul skripsi akuntansi yang berhubungan dengan pajak di Unijoyo masih sangat langka dan penerimaan pajak yang kurang maksimal melatarbelakanginya membuat skripsi tentang pajak. Kesimpulannya dalam penelitian tersebut bahwa faktor yang memengaruhi pembayaran pajak hanya kesadaran. Artinya, minimnya pembayaran pajak PBB di Sumenep Kota disebabkan kesadaran yang rendah.

Saat ditemui koran ini, Arif ternyata sosok yang cukup pemalu. Kepada koran ini dia menceritakan bagaimana awal hingga akhir dia kuliah di Unijoyo. "Saya masuk lewat jalur PMDK (penelusuran minat dan kemampuan). Jadi, memang sejak awal niatnya masuk Unijoyo," tuturnya.

Saat memutuskan masuk Unijoyo, teman-temannya sempat mencibirnya. Sebab, kebanyakan temannya banyak memutuskan kuliah di luar Madura. "Saya lalu aktif di kegiatan mahasiswa. Saya akhirnya bisa mengunjungi kampus di luar Madura sana. Saya melihat kualitas kami sama saja dengan yang di luar sana," ungkapnya.

Hanya, sambungnya, yang membedakan Unijoyo dengan kampus luar Madura adalah kurangnya fasilitas pendukung belajar. "Tapi bagi saya yang penting bukan itu. Yang penting semangat dan niat belajar. Soalnya, meski ada fasilitas kalau mahasiswanya tidak niat ya tetap saja ketinggalan," ungkapnya.

Minimnya fasilitas di Unijoyo menurutnya akan segera berlalu dengan makin banyaknya pembangunan dan upaya melengkapi berbagai perlengkapan pendukung belajar. "Saya yakin, akan makin banyak yang berminat kuliah di kampus ini. Masak sudah banyak yang minat mau tetap seperti dulu. Saya sudah melihat perubahan dan peningkatan fasilitas sekarang," ujarnya.

Keberadaan fasilitas itu tidak akan membuahkan hasil jika tak diimbangi dengan semangat dan niat belajar. Bisa jadi, banyak mahasiswa kurang punya niat belajar dan semangat karena lingkungannya. Namun, lingkungan belajar yang menciptakan niat dan semangat bisa diciptakan.

"Seperti saya, barangkali mahasiswa yang kurang niat dan tidak semangat itu bisa diingatkan untuk bagaimana mencapai hidup yang lebih berkualitas. Ingatkan mereka pada jerih payah orang tuanya untuk membiayai kuliah anak-anaknya," imbaunya.

"Jujur saja, saya tidak terlalu rajin belajar. Saya hanya berusaha fokus pada pelajaran yang saya terima dan membahasnya dengan teman," paparnya. Dengan begitu, imbuhnya, dia tak perlu harus belajar tiap malam untuk menghadapi ujian. (NUR RAHMAD AKHIRULLAH)

Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 16 Oktober 2009

Label: , ,