Universitas Trunojoyo Madura
setelah Delapan Wisuda
Fokus Benahi Kualitas Lulusan, Kejar World Class University
Sejak didirikan pada 2001, Universitas Trunojoyo Madura (Unijoyo) telah meluluskan ribuan mahasiswa. Dari tahun ke tahun pihak kampus pun berupaya memperbaiki kualitas lulusannya. Bagaimana dan sejauh mana dampaknya? Berikut petikan wawancara khusus Radar Madura dengan Rektor Unijoyo Prof DR Ir H Ariffin MS.
Hari ini Unijoyo menggelar wisuda untuk ke delapan kalinya. Bagaimana Anda menilai perkembangan peserta wisuda dari tahun ke tahun?
Ada dua hal yang saya perhatikan. Yaitu, perkembangan indeks prestasi dan ketepatan waktu lulus kuliah.
Dari tahun ke tahun saya melihat selalu ada perkembangan pada IPK (indeks prestasi kumulatif). Kalau di tahun-tahun sebelumnya hanya ada segelintir mahasiswa yang lulus dengan pujian, maka tahun ini beda. Dari 367 peserta wisuda, ada sedikitnya 60 persen yang lulus dengan pujian pada IPK minimal 3,55. Sedangkan mereka yang lulus dengan IPK terendah ada di rata-rata 2,50.
Selain peningkatan kualitas pada hasil evaluasi belajar, saya juga melihat mahasiswa yang lulus di atas semester bisa dihitung dengan jari. Itu sisa mahasiswa lama-lama dulu. Saya hitung ada paling sedikit 15 orang yang berhasil lulus dengan hanya menempuh kuliah selama 3,5 tahun atau tujuh semester. Itu merata di semua fakultas.
Lalu apa jaminan para lulusan itu siap menghadapi dunia kerja?
Ditanya tentang kesiapan tentu sangat relatif. Dari segi intelektual insya Allah mereka (lulusan Unijoyo, Red) siap. Namun, untuk mental masih harus terus dipompa.
Apa yang sudah dilakukan kampus untuk persiapan mental itu?
Masuk 2009 kami telah berupaya menyiapkan kemampuan mahasiswa secara mental. Sehingga, para lulusan bisa siap secara mental dan profesional menghadapi dunia setelah lulus kuliah. Pendidikan soft skill mutlak kami nilai perlu. Itu yang kami berikan pada mahasiswa.
Namun, bagaimanapun kampus ini ada di Madura. Selain kecakapan intelektual dan profesional, kami juga fokus memberi mahasiswa kecakapan religius dan moralitas.
Kecakapan dan kualitas lulusan, fasilitas, dosen dan mahasiswa selalu jadi sorotan. Setelah delapan kali wisuda bagaimana sekarang?
Dari segi fasilitas, terus terang 80 persen bangunan di kampus ini adalah peninggalan Universitas Bangkalan dengan usia bangunan rata-rata 20 tahun. Namun, program-program pembangunan terus direalisasikan. Anda bisa lihat sendiri bagaimana kami sedang membangun ruang-ruang kuliah baru, melengkapi fasilitas laboratorium hingga fasilitas untuk pengembangan minat bakat.
Tahun ini kami tengah membangun 20 lokal ruang kuliah untuk 2000 mahasiswa. Itu untuk mengantisipasi minat yang makin tinggi untuk masuk Unijoyo. 2009 kami terpaksa hanya menerima 1300 mahasiswa dari 3300 yang mendaftar. Sekarang jumlah mahasiswa kami lebih dari 5000 dengan jam kuliah hingga pukul 20.00.
Bagaimana dengan kualitas dosen?
Tiap tahun 40-50 dosen kami tugaskan untuk belajar. Banyak yang tugas belajar S2, menempuh S3 sekitar 38 dosen, yang sudah S3 sebanyak 14. Tiga tahun mendatang kami akan punya sedikitnya 50 dosen S3 dan banyak dosen S2. Tidak ada lagi dosen S1 di kampus ini.
Mereka yang menempuh kuliah di luar negeri untuk S2 dan S3 tersebar di Jepang, Philipina, Australia, Rusia, Amerika hingga Jerman. Penugasan belajar ke luar negeri ini juga merupakan upaya kami mencapai apa yang didengung-dengungkan oleh Dirjen Dikti World Class University (Universitas Bertaraf Dunia).
Kualitas mahasiswa dan alumni?
Seperti yang saya jelaskan di awal tadi. Ada dua tantangan meningkatkan kualitas mahasiswa. Melihat banyaknya alumni yang bergerak di birokrasi dan politik, kami merasa penting memberikan bekal kemampuan leadership dan managerial pada mahasiswa. Sehingga, saat lulus mereka telah memiliki kemampuan entrepreneur yang hebat. Kami yakin, semua orang memiliki potensi untuk menjadi lulusan berkualitas. Tinggal bagaimana memoles kualitas mereka menjadi lebih baik dengan keilmuan, teknologi dan etika.
Apa yang sudah ada dan diupayakan, sejauh mana semuanya bisa menjawab harapan mahasiswa berikut orangtuanya?
Yang jelas 3-4 tahun lalu masih ada gengsi untuk tidak memilih Unijoyo. Tapi, dua tahun belakangan kondisinya sudah jauh berubah. Ada lonjakan luar biasa minat untuk masuk kampus ini. Saya rasa ini merupakan salah satu indikasi bagaimana kampus ini menjadi harapan. Hal ini juga berarti kepercayaan masyarakat pada Unijoyo juga semakin tinggi.
Untuk menjawab harapan dan menjaga kepercayaan kami telah berupaya membuat kurikulum bagi mahasiswa agar benar-benar siap menghadapi dunia luar. Kami terus meningkatkan cara mendidik mahasiswa agar bisa bersaing di luar sana. Kami memberi mereka apa yang dibutuhkan di dunia luar. Sehingga, selesai kuliah mereka sudah punya sesuatu yang dibutuhkan untuk membangun usaha sendiri maupun bersaing di dunia kerja. (nra/*)
Baca juga:
Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 17 Oktober 2009
Label: humaniora, pendidikan, unijoyo
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda