Soto Rujak Sumenep Cocok Menu Makan Siang

Anda ingin mencari menu makan siang yang berbeda. Cobalah Soto Rujak Sumenep, Madura. Pastinya makan siang ini mampu menggoda lidah para pemburu kuliner.

Soto rujak Sumenep ini makanan yang sangat sederhana meski baunya menggugah selera. Bahannya hanya lontong, sayur, dan kuah yang sudah diberi bumbu. Cara membuatnya mirip soto pada umumnya. Namun soto rujak ini diberi kacang, kecap dan bawang daun mentah.

Tak ayal, jika soto rujak Sumenep ini sering dicari pecinta kuliner. Terutama saat jam makan siang. Cara penyajiannya pun sangat cepat, hingga tidak membuat pemburu kuliner kelaparan karena menunggu. Apalagi tersedia krupuk lokal Sumenep juga menjadi penambah rasa soto rujak tersebut.

Para pemburu kuliner ini dari semua kalangan. Baik PNS, pekerja swasta, kalangan
umum. Bahkan, jurnalis dari luar kota yang kebetulan bertugas di Sumenep juga tak ketinggalan mencicipinya.

Salah satu penjual soto rujak di Sumenep yang ramai dikunjungi orang yakni milik Ibu Hj. Ranti (43) yang biasa mangkal di Jalan Meranggi, Pangarangan. Di warung itu sehari-harinya diserbu pembeli hingga 300 orang lebih.

"Pembeli soto rujak membludak mas. Mereka dari instansi pemerintah dan swasta," kata Ranti kepada detiksurabaya.com di sela-sela kesibukannya melayani pelanggan, Kamis (8/7/2010).

Dia mematok per porsi hanya Rp 4.000. Dengan didampingi es teh atau soft drink yang disiapkan dengan es batu, sudah memenuhi perut Anda. (fat/fat)

Sumber: detikSurabaya, Kamis, 08/07/2010

Label: , , ,

Warung Rujak Mesum di Desa Kebunan #02

Adik Bu Mar Juga Kelola Empat 'Kamar Khusus'

Kasabaran warga Desa Kebunan tidak bisa ditahan lagi. Setelah melaporkan pemilik warung, Bu Mar, ke Polres Sumenep, warga mengancam akan membakar 'warung daging mentah' itu. Bahkan, rumah Satnawiyah, adik Bu Mar, juga menjadi incaran. Mengapa?

MENCARI nafkah untuk kebutuhan hidup keluarga memang kewajiban. Tapi yang dilakukan Marwiyah alias Bu Mar sungguh memalukan. Istri mantan pensiunan pegawai negeri ini rela melakukan perbuatan melanggar norma untuk mendapatkan uang.

Informasi yang dirangkum koran ini dari warga Desa Kebunan, warung rujak dengan 'kamar khusus mesum' itu dibuka Bu Mar cukup lama, sejak suaminya, Saleh, pensiun. Meski telah diberi peringatan beberapa kali oleh pemerintah desa, Bu Mar tidak menggubris. Para pembeli rujak yang ingin menyewa kamar khusus, terus dilayani.

Mungkin, dengan menyewakan kamar khusus itu Bu Mar tanpa susah payah mendapat banyak duit. Sebab, tiap konsumen yang menyewa kamar ditarik Rp 25 ribu setiap pakai.

Abdurrahman, mantan Kades Kebunan, mengatakan, warga masih mengancam warung itu akan dibakar. Sebab, dikhawatirkan setelah keluar dari tahanan pemilik warung akan membuka lagi warung rujak dengan kamar khususnya itu.

"Sebelumnya warga ngelurug pemilik warung itu agar tidak melayani hal yang seperti itu (sewa tempat mesum, Red), namun tidak lama dibuka lagi," ungkapnya kemarin (17/3).

Selain itu, kata dia, agar dijadikan pelajaran bagi penyedia tempat khusus perbuatan mesum lainnya. Sebab, di Dusun Senmasen juga, saudara Bu Mar, Satnawiya, 45, juga menyediakan sewa 'tempat perbuatan mesum'. Bahkan, tempatnya lebih vulgar dibanding warung milik Bu Mar. Kamar khususnya tidak di warung, tapi di rumahnya. "Dalam waktu dekat ini kami juga akan melaporkan saudaranya yang juga melayani sewa tempat mesum ke Mapolres Sumenep," kata Abdurrahman.

Ketua RT 05/RW 01 Dusun Senmasen, Desa Kebunan, Suharjo, membenarkan jika selain warung Bu Mar, di wilayahnya ada tempat yang sama, yaitu milik Satnawiyah. Di tempat itu menyediakan empat kamar khusus untuk perbuatan mesum.

"Letaknya sekitar 25 meter ke arah barat dari warung Bu Mar. Bahkan, kami sering menemukan obat-obat kuat yang berbau seks di sekitar lokasi," katanya.

Menurut dia, warga mendesak agar tempat itu juga ditutup. Sebab, sebelumnya sekitar 80 warga mendatangi tempat itu minta pemiliknya tidak menyediakan kamar untuk perbuatan mesum. Namun, Satnawiyah tidak menghiraukan desakan warga.

Yang sangat memalukan bagi warga Kebunan, orang yang datang ke tempat itu sering kesasar ke rumah warga yang lain. "Bukan hanya satu kali atau dua kali Mas. Orang yang mau menyewa sering salah masuk ke rumah warga yang lain dan langsung bilang mau menyewa kamar," ungkapnya.

Suharjo juga berencana melaporkan Satnawiyah ke polres. "Ini benar-benar memalukan Mas. Sebab, jika tempat itu terus dibiarkan, warga mengancam membakarnya," tandasnya.(FAISAL WARID)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 18 Maret 2010

Label: , , , ,

Warung Rujak Mesum di Desa Kebunan

Dikenal dengan "Warung Daging Mentah", Lama Jadi Incaran Warga

Warung rujak milik Marwiyah yang biasa disapa Bu Mar di Dusun Senmasen, Desa Kebunan, Kec Kota Sumenep, cukup dikenal. Bukan karena rujaknya yang enak, tapi karena ada 'ruangan khusus' bagi pembeli yang mau menyewa. Seperti apa kisahnya?

PENGGEREBEKAN dua pasangan remaja yang berbuat mesum di warung Bu Mar (14/3) masih hangat dibicarakan warga. Meski itu penggerebekan ketiga oleh warga setempat. Warung mesum itu memang jadi incaran warga karena dinilai mencemarkan desa.

Warung rujak Bu Mar bukan mendadak terkenal. Sudah lama warung itu dikenal orang-orang luar dengan sebutan 'warung daging mentah'. Sebutan lain yang cukup populer adalah 'warung babat'.

Ironisnya lagi, warung itu dijadikan patokan arah oleh warga dari luar daerah. Sejumlah warga Desa Kebunan ketika berkunjung ke luar daerah, selalu menanyakan 'warung daging mentah' itu . "Kalau dari Desa Kebunan, rumahnya di sebelah mananya warung itu (warung mesum)," tutur Kepala Desa Kebunan Waqiah kemarin (16/3).

Karena itu, dia didesak warga agar menutup paksa warung Bu Mar. Apalagi, setelah dua pasangan remaja tertangkap basah berbuat mesum di warung itu, dia didatangi puluhan warganya agar menutup warung tersebut. "Setelah kejadian itu, kami didemo warga yang menuntut agar warung itu ditutup," ungkapnya.

Bahkan, sempat menjadi opini warga, khususnya di Dusun Senmasen, jangan jadi ketua rukun tetangga (RT) jika tidak bisa menutup "warung daging mentah" itu. Karena itu, di dusun itu sempat tidak punya ketua RT karena tidak ada orang yang siap jadi ketua RT.

"Ketua RT-nya baru dibentuk setelah satu tahun lebih vakum. Sebab, setelah ketua RT sebelumnya meninggal, seolah jadi syarat jika RT yang baru tidak bisa menutup warung itu," terangnya.

Suharjo, ketua RT 5/RW 1 Dusun Senmasen, membenarkan jika wilayahnya sempat punya ketua RT. Itu karena tidak ada warga yang siap menutup warung Bu Mar.

Dia mengaku sudah melakukan berbagai upaya agar warung itu ditutup. Selain mendatangi pemilik warung, juga melaporkan kepada pihak yang berwajib. Dia pernah lapor ke polres dan satpol PP agar memperketat keamanan di warung tersebut.

"Yang sangat disayangkan, di sana (warung Bu Mar, Red) juga melayani sejumlah pelajar yang menyewa kamar. Makanya, kami juga melaporkan ke satpol PP sebagai penegak perda," paparnya.

Namun, hingga kini tidak ada tindakan apa pun dari satpol PP. "Saat itu kami melaporkan, namun katanya operasi akan dilakukan setelah ada perda," ungkap Sunarjo.

Terpisah, Kasatpol PP Sumenep Kafrawi menepis adanya laporan tersebut. Namun, dia mendengar jika sejumlah warga menggerebek dua pasangan remaja yang berbuat mesum di warung Bu Mar.

Menurut dia, satpol PP sedang mengumpulkan data-data otentik untuk merazia tempat tersebut. Itu pun, operasi akan dilakukan jika ada kerjasama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Sumenep. "Itu kan persoalan pidana. Kami tidak bisa melakukan operasi, karena itu kewenangan polres," katanya kamarin. (FAISAL WARID) (bersambung)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 17 Maret 2010

Label: , , ,