Ranjang Pale' Dongkrak
Gengsi Pengantin

Ukiran kayu Jepara, memang sudah lebih dulu dikenal luas hingga luar negeri. Namun Bangkalan juga mempunyai karya serupa yang tidak kalah kelasnya, meski baru sebatas di pasar lokal dan regional. Meski begitu karya tangan ini kepopulerannya dikalangan masyarakat Bangkalan, Madura, tidak pernah luntur.

Salah satunya adalah hasil karya perajin yang cukup popular adalah Ranjang Pale'. Itu terkenal hasil perajin Desa Buduran, dan Desa Berbeluk, keduanya Kec. Arosbaya, Kab. Bangkalan. Bila konsumennya merasa tertarik dan berminat untuk membeli, harus datang sendiri ke lokasi pembuatan.

Sebab tidak dijual disembarang tempat, alias harus pesan dulu. Peminat harus datang sendiri alias memesan lewat order yang telah disepakati bersama dengan pengrajin. Baru barang yang diinginkan dikirim ke almat pemesan, tentunya setelah dilakukan pembayaran.

Kegunaan Ranjang Pale', bukan hanya sekedar berfungsi sebagai tempat tidur biasa. Keberadaannya sudah ada sejak jaman dulu dan tetap dijaga kelestariannya. Dengan tidak mengubah pernak-pernik ukiran yang telah ditetapkan sebagai sebuah warisan pakem.

“Biasanya pemesannya, orang–orang yang mau meminang seorang gadis. Kebiasaan orang Madura khususnya di desa masih membawa tempat tidur lengkap dengan kasur dan bantalnya dibawa mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Nah dengan membawa ranjang pale', akan meningkatkan gengsi kedua keluarga mempelai. Karena tidak semua orang bisa memesan ranjang ini, karena harganya mahal,” terang Azis warga Buduran.

Jadi tidak semua masyarakat mampu menggunakan Ranjang Pale sebagai barang yang digunakan untuk meminang anak gadis orang. Tergantung dari kekuatan kocek (dana) yang dimiliki dari pihak mempelai pria. Harga sebuah ranjang Pale kelas menengah bisa puluhan juta rupiah. Namun ada juga yang harganya Rp 3,5 juta. Sedangkan harga sebuah lemari berukuran jumbo dan telah di ukir dengan ciri khas Buduran, harganya bisa mencapai Rp 3 juta - Rp.4 juta.

“Orang–orang tertentu yang mempunyai uang lebih yang bisa memesan Ranjang Pale dan lemari ukiran untuk meminang gadis. Tanpa dana yang memadai, masyarakat lebih memilih ranjang dan lemari biasa yang dijual di toko mebeler,” tambah Sidik, pengrajin lainnya.

Bila ingin membuat ranjang Pale' maupun lemari pakaian, desainnya harus mengikuti kebiasaan yang dilakukan secara turun–temurun, dan itu tetap diikuti oleh para pengusungnya. Menurut cerita masyarakat setempat, home industry ranjang Pale, nama besarnya sudah dikenal bukan hanya di Bangkalan tetapi hingga ke kabupaten lainnya di Madura (Kab.Sampang, Pamekasan dan Sumenep).

Pembuatan ranjang Pale’ secara turun-temurun dijadikan gantungan hidup bagi sebagian penekunnya di kedua desa itu. Sudah legenda masyarakat di sana keunikan ranjang Pale sebagai tradisi ‘seserahan’. Tradisi seserahan adalah pelengkap mahar atau barang bawaan dari kaum pria jika hendak melakukan pernikahan dikediaman mempelai wanita.

Camat Arosbaya, Drs.Ahwan Effendi mengatakan menggunakan ranjang Pale dan lemari ukiran produksi Desa Berbeluk dan Buduran sebagai ‘seserahan’. Umumnya lebih banyak dipergunakan masyarakat kelas menengah ke atas. Karena secara tidak langsung telah menunjukan status sosial dari keluarga mempelai pria.

Bahkan tak kurang masyarakat Madura yang sukses meniti kehidupan di negeri orang (merantau di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali dll), bila putra atau putrinya bertemu jodoh sesama dari Madura, biasanya datang langsung atau memesan Ranjang Pale dan lemari ukiran khas Berbeluk dan Buduran.

“Secara khusus mereka tidak ingin ingin meninggalkan jati dirinya sebagai seorang putra Madura,” ujarnya. (kas)

Sumber: Surabaya Post, Senin, 10 Nopember 2008

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda