Potensi Kripik Talas di Kecamatan Pegantenan

Diproduksi Tradisional, Pembelinya Pejabat

Tak banyak yang tahu jika talas bisa menjadi sesuatu yang mahal. Terutama, ketika diproduksi menjadi kripik. Ketika umbi-umbian ini dikemas dengan indah, harganya pun menjadi berlipat.

Salah satu potensi kripik talas ini berada di Dusun Teratai, Desa/Kecamatan Pegantenan. Dari pusat kota, Dusun Teratai berkisar 17 km ke arah utara. Jika berangkat dari arah timur, tepatnya Kecamatan Pakong, berkisar 8 km ke arah barat.

Kemarin pagi koran ini bertandang ke Dusun Teratai. Disana, ada beberapa orang warganya dikenal memiliki usaha produksi kripik talas. Salah satunya Ibu Salima, 65. Saat koran ini datang, nenek empat cucu itu sedang mengemasi hasil usahanya.

Meski masih menggunakan sistem manual, kemasan kripik talas Ibu Salimah cukup bagus. Menggunakan sablon tangan, Ibu Salimah memasang tulisan 'Kripik Talas Teratai' pada kemasan kripik talasnya. Memang terkesan sangat sederhana, tapi membuat orang yang melihat tertarik.

Salah satu alasannya karena model kripik talas ini tergolong baru. Tentu saja, di pasaran masih jarang. Di pasaran yang banyak hanya kripik singkong atau kripik pisang. "Silahkan coba Nak," ujar Ibu Salimah.

Untuk memproduksi kripik talasnya, Ibu Salimah masih menggunakan teknologi sederhana. Alat-alatnya pun masih terbilang sederhana. "Ta' andi' biaya mon melle alat anyar (tidak punya biaya, untuk membeli alat-alat baru, Mdr.)," ujarnya dengan logat Madura mengeluh.

Ibu Salimah mengaku, usaha satu-satunya itu telah geluti selama lima tahun terakhir. Dia mengaku mendapatkan keuntungan dari usaha kripik talasnya. Tapi sayang, ketika ditanya berapa laba yang didapat dalam satu hari, dia tidak menjelaskan detail.

"Tidak tentu, kalau pas mujur seperti ada acara di kecamatan, biasanya pesan sampai 50 bungkus," jelas istri Murawan (alm) ini.

Dalam setiap kemasan, harga kripik talas Ibu Salimah dihargai Rp 2.500. Meski terbilang usaha kecil, kripik talas produksinya itu mampu menghidupi diri dan anak cucunya. Dan, untuk pemasaran, Ibu Salimah masih menggunakan sistem tradisional. Dia dengan dibantu anak-anaknya menjajakan kripik talas ke toko-toko terdekat.

Selain itu, pemasaran kripik talas Ibu Salimah dibantu kebutuhan kondisional instansi. "Kalau ada acara, Pak Camat pasti pesan. Termasuk, beberapa pegawai di Puskesmas, Cabang Dinas P dan K, dan sebagainya," pungkasnya. (BUSRI THAHA)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 24 Juni 2008

Label: , , ,