Alquran Terjemahan Madura Disempurnakan

Penyempurnaan Alquran terjemahan Bahasa Madura terus dilakukan. Mulai kemarin malam lokakarya telaah dan tashih digelar di Aula STAIN Pamekasan.

Selanjutnya, selama kurang lebih tiga bulan (Juni-Agustus), lokakarya akan dilaksanakan di sejumlah pondok pesantren. Pembahasan akan melibatkan puluhan budayawan dan ratusan ulama Madura, serta ulama Situbondo dan Probolinggo.

"Malam ini (kemarin malam, Red) hanya pembukaan. Sedangkan pelaksanaannya kita serahkan kepada koordinator masing-masing tim," kata Ketua Pelaksana Lokakarya M. Zahid.

Dijelaskan, lokakakarya dibagi enam tim. Yakni, tim konsultan dengan koordinator KH R Abdullah Sachal, tim pengkaji dengan koordinator KH A. Warits Ilyas, tim pembanding terdiri dari ulama Forum Musyawarah Ulama Madura, dan tim Bahasa Arab dengan koordinator H. M. Bashri Asyari.

"Sedangkan tim Bahasa Madura dikoordinatori Kadarisman Sastrodiwirjo, tim editor atau penyelaras bahasa dengan Achmad Mulyadi sebagai koordinator," katanya usai pembukaan.

Menurut Zahid, Alquran terjemahan Bahasa Madura ini bukan kali pertama. Sudah ada tiga daerah yang telah menerjemahkan. "Kalau tidak salah, terjemahan Bahasa Madura yang ke empat. Sebelumnya terjemahan ke Bahasa Jawa, Bahasa Aceh, dan Bahasa Sunda," tuturnya.

Dengan adanya Alquran terjemahan Bahasa Madura, dia berharap menjadi langkah awal untuk perubahan yang lebih baik menuju masyarakat yang islami, beriman, dan bertakwa kepada Allah. "Dengan berbahasa ibunya, saya yakin masyarakat akan lebih giat dan semangat memelajari dan mengamalkan kitab suci orang Muslim itu," katanya di hadapan wartawan.

Sementara Ketua STAIN Pamekasan Mariatul Qibtiyah optimistis, dengan berkumpulnya ratusan ulama dan budayawan Madura bisa menyempurnakan Alquran terjemahan Bahasa Madura. "Mudah-mudahan dengan adanya lokakarya ini kita semua bisa membaca Alquran dengan bahasa ibu kita sendiri. Tentunya, otentitasnya harus terjaga," katanya.

Pembukaan lokakarya di Aula STAIN Kemarin malam dihadiri sedikitnya 250 jamaah pengajian Surabaya. Mereka naik 10 bus, termasuk pengasuhnya, KH Sattar. (c1/mat)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 11 Juni 2008