Perempuan Pencari Tiram

Pekerjaan Sampingan yang Topang Nafkah Keluarga

Laut pasang membawa berkah bagi perempuan-perempuan pencari tiram. Sebab pasca pasang biasanya tiram berlimpah dan mudah diburu.

Tak diragukan lagi, kekayaan laut tidak pernah ada batasnya. Karena itu, warga Desa Taddan, Kecamatan Camplong, Sampang yang dekat sekali dengan laut tidak menyiakan hal itu. Tidak hanya para lelakinya yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan pencari ikan. Namun perempuan Taddan juga tidak ingin kehilangan kesempatan menikmati hasil laut. Para kaum hawa ini memilih bekerja sebagai pencari tiram saat menjelang sore.

Jarak yang ditempuh untuk sampai di lokasi pencarian tiram memang cukup jauh. Sekitar 1 km dari bibir pantai. Wartawan Radar Sampang yang coba mendekati langsung ke tempat pencarian tiram cukup kesulitan. Tidak hanya terkendala jarak, juga akses ke tempat pencarian tiram tersebut cukup sulit. Harus melewati aliran air serupa sungai kecil yang di sekitarnya ditumbuhi pohon bakau.

Pekerjaan mencari tiram memang tidak semudah ketika kita menikmatinya. Sebab, untuk mendapat 1 ember tiram diperlukan waktu sekitar 4 jam lebih. Itupun jika saat itu sedang beruntung.

Azizah, salah satu pencari tiram asal Desa Taddan katakan, waktu berburu tiram paling pas adalah jelang sore sekitar jam 15.00. Sebab saat itu air laut surut dan tiram mudah didapat.

Azizah yang ditemui saat mencari tiram mengungkapkan, pekerjaan mencari tiram tersebut merupakan pekerjaan sampingan. Selain memang sulit mendapat tiram yang masih berisi, juga yang didapat hanya cukup untuk sekali makan. "Dijual di pasar juga tidak terlalu mahal. Kalau dipaksakan malah hanya cukup untuk uang sekali makan," akunya.

Tiram untuk satu keranjang ukuran kecil saja hanya dihargai Rp 5 ribu. Alhasil, dalam sehari Azizah hanya mampu menjual ke pasar dengan membawa pulang uang sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. "Kalau dapatnya hanya sedikit, cukup dibawa pulang saja. Yakni dimakan di rumah," ungkap Azizah.

Lain halnya dengan Marsiyah, 23, yang juga berprofesi sebagai pencari tiram dari Desa Gunung Maddah. Dia mengaku sangat menggantungkan hidup dari mencari tiram. Sebab tiram hasil pencariaannya mampu menambah nafkah bagi keluarganya. "Anak saya masih kecil, hasil jual tiram saya cukupkan untuk jajan anak semata wayang tersebut," ungkap Marsiyeh.

Setiap pagi Marsiyah menjual hasil tiramnya tersebut ke pasar Juklanteng Sampang. Meski dinilai tidak seimbang dengan sulitnya mencari tiram, namun Marsiyah manganggap hal itu sudah biasa. "Dari dulu harganya seperti itu. Meskipun BBM naik tidak ada pengaruhnya," keluh Marsiyah.

Puluhan perempuan pencari tiram di sekitar pantai Desa Taddan ini cukup tangguh. Pasalnya di tengah teriknya matahari, mereka tetap setia di pinggir pantai mencari tiram beralat tangan. Tiram-tiram tersebut kemudian dibersihkan dari cangkangnya dan siap dijual di pasar. Atau dimakan sebagai lauk bagi keluarga. (SARI PURWATI)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 03 Juni 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda