Sri Wahyuni Juara I Lomba Atletik Usia Dini
Anak Keluarga Miskin yang Pemalu
Ekonomi keluarga yang pas-pasan bukan kendala meraih prestasi. Buktinya dialami Sri Wahyuni, asal Pakong. Meski tinggal di rumah gubuk berukuran 4x5 meter, dia berhasil menjadi juara I di kejuaraan atletik tingkat Jatim pertengahan Mei lalu.
Siapa yang tak kenal Sri Wahyuni di Kecamatan Pakong? Namanya melambung usai membubuhkan prestasi pada kejuaraan atletik di Surabaya 11 Mei lalu. Yakni, sebagai juara I lomba atletik usia dini kelompok umur (KU) 12-13 tahun 60 meter yang diselenggarakan Perwosi Jatim.
Ketika koran ini bertanya kepada salah seorang petugas di Polsek Pakong, langsung menunjukkan sekolah Sri di SDN Pakong II. Kebetulan, sekolahnya itu memang berada di Mapolsek Pakong. "O..anaknya (Sri, Red.) sekolah di depan," kata seorang polisi sambil mengantar ke sekolah Sri.
Sesampainya di sekolah, koran ini langsung menuju ruang guru. Suasananya cukup lengang. Tampak seorang pria paruh baya mengenakan kaos dengan model sporty. Setelah mengetahui maksud kedatangan koran ini, pria tersebut langsung memanggil Sri di kelasnya.
Tak lama berselang, akhirnya Sri pun datang. Kesan pemalu langsung ditunjukkan gadis kelahiran 16 Agustus 1997 ini. Misalnya, Sri tak berani masuk ke dalam ruangan yang ditujunya. Bahkan, putri pasangan Kusnadi-Siami ini juga tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Itu berlangsung sampai seorang guru mengajak Sri masuk ke ruangan berukuran 8x6 tersebut.
Setelah masuk, Sri akhirnya duduk. Koran ini mencoba menanyakan nama, namun Sri hanya termenung. "Namanya Sri Wahyuni, Mas," ujar seorang guru saat tahu Sri termenung.
Pelatih atletik SDN Pakong II M. Surahman yang juga menemani Sri di ruangan mengatakan, Sri berasal dari keluarga yang ekonominya menengah ke bawah. Kedua orang tua Sri hanya bekerja sebagai buruh tani. Untuk keperluan sekolah, seperti sepatu, seragam, dan tas, Sri mendapat bantuan dari sekolah.
"Mungkin hal itulah yang membuat Sri malu dan jarang berkomunikasi dengan orang yang bukan sebayanya. Makanya, kalau kemana-mana kita selalu ajak dengan bapaknya," ungkap Rahman-sapaannya.
Ingin membuktikan kebenaran ceritanya, Rahman mengajak koran ini mengunjungi rumah Sri. Rahman mengajak Sri pulang menaiki kendaraannya. Namun, Sri lebih memilih pulang dengan berlari. "Ya begitu itu, memang anaknya pemalu," kata Rahman.
Bakat Terlihat Sejak Kelas II
Kemampuan Sri dalam bidang atletik sungguh luar biasa. Meski berasal dari anak keluarga miskin, bakat atletiknya luar biasa. Bagaimana Sri bisa jadi juara lomba atletik usia dini Perwosi Jatim?
Menuju rumah Sri dibutuhkan waktu sekitar 3 menit jika mengendarai motor. Jarak antara SDN Pakong II dengan rumah Sri mencapai 1,5 km. Namun, Sri hanya membutuhkan waktu dua menit lebih lama dari pada pengendara sepeda motor.
Sesampainya di rumah Sri, Kusnadi, bapak Sri, tampak sedang melakukan rutinitasnya sebagai buruh tani. Namun, pria berusia 40 tahun ini rela menghentikan aktivitasnya sambil menyalami Rahman. "Maaf, ya begini adanya," kata Kusnadi dengan bahasa Madura.
Melalui Rahman, Kusnadi menjelaskan kehidupan sehari-harinya. Dia hanya bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, Kusnadi juga mengatakan, jika penghasilannya tergolong pas-pasan untuk menghidupi keluarganya. Termasuk, untuk membiayai kebutuhan sekolah anaknya. Sebab, hanya berpenghasilan Rp 10 ribu per hari.
Dengan penghasilannya itu, Kusandi mengaku hanya memberi uang Jajan Sri sebesar Rp. 1.000. Namun, hal itu juga tergantung dari pengeluaran Kusnadi saat itu. "Kalau tidak ada uang, ya tidak diberi sangu," kata lalu tertawa ringan.
Apakah Sri pernah mendapat bantuan dari pemerintah atas prestasinya? Kusnadi hanya menggelengkan kepala. Hingga kini, belum ada satu pun bentuk apresiasi dari pemerintah atas prestasi Sri. "Kalau berangkat lomba memang semua dibiayai. Karena tidak punya baju, Sri dibelikan baju salin. Hanya itu saja," cerita Kusnadi.
Sementara itu, menurut Rahman, dirinya menemukan bakat terpendam pada Sri sejak masih kelas 2. Saat itu, Sri kerap menjuarai kejuaraan atletik tingkat SD di Kecamatan Pakong. Atas dasar itulah akhirnya Rahman mencoba menurunkan Sri pada ajang Haornas 2007 lalu.
Ternyata, harapan Rahman tidak meleset. Sebab, dalam kejuaraan itu Sri yang turun di nomor 60 meter membubuhkan waktu tercepat. Sejak itulah semangat Rahman semakin menggebu melatih Sri. Akhirnya, Rahman memutuskan melatih Sri untuk di diproyeksikan pada even-even atletik.
Dan, lagi-lagi prediksi Rahman tidak meleset. Selain dapat menyabet juara di ajang Jatim Sprint beberapa waktu lalu, Sri juga berhak mewakili kontingen atletik Pamekasan dalam ajang POPDA mendatang. Setelah berhasil menyingkirkan pelari-pelari terlatih Pamekasan. (ADITIA GILANG RHAMADHANI)
Sumber: Jawa Pos, 03/04 Juni 2008
Label: atletik, dik, kelompok umur, pakong
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda