Cangkareman, Pusat Transportasi Laut

Ramai Setiap Hari, Lebih Ramai saat Pasaran

Cangkareman, sebuah dusun di Desa Aeng Baja Kene', Kecamatan Bluto. Di dusun ini terdapat anjungan yang dibangun pemkab 10 tahun lalu. Perahu pribadi maupun untuk angkutan umum tertambat di anjungan ini. Pascakenaikan harga BBM, perahu pengangkut barang mulai jarang. Mengapa?

Desa Aeng Baja Kene' sendiri kalah populer dibanding Cangkareman. Bila seseorang naik angkutan umum menuju Desa Aeng Baja Kene', kernet bertanya penumpang akan turun di sebelah mana. Tapi pada saat seorang penumpang mengatakan turun di Cangkareman, kernet angkutan umum di darat tahu yang dimaksud penumpangnya. Yakni, pertigaan di Dusun Cangkareman yang menghubungkan ke anjungan. Jarak dari jalan raya menuju anjungan ini sekitar 1 km.

Kemarin siang gelombang pasang. Anjungan yang menjorok ke lautan diluapi air. Badan jalan basah. Pemandangan ini bukan hal yang aneh bagi masyarakat pesisir. Bahkan, saat gelombang benar-benar pasang seperti beberapa waktu lalu, anjungan terendam. Akibatnya, penumpang yang hendak pergi ke Pulau Gili Raja maupun sebaliknya, langsung menepi ke bibir pantai.

Anjungan ini cukup ramai mengantarkan penumpang dari Cangkeraman ke Gili Raja dan sebaliknya. Setiap Selasa anjungan lebih ramai dibanding hari-hari lainnya. Sebab, Selasa merupakan hari pasaran di Kecamatan Bluto. Dulu, Bluto kecamatan bagi warga Pulau Gili Raja. Tetapi pascapemekaran wilayah, Gili Raja terpisah dari Bluto dan bergabung dengan Kecamatan Gili Genting.

Salah seorang pemilik perahu rakyat pengangkut penumpang Marzuki, 32, mengatakan, angkutan penumpang tetap ramai. Warga masih lebih senang berlayar melalui anjungan Cangkareman. Alasannya, anjungan Cangkareman tergolong panjang karena menjorok hingga 400 m dari bibir pantai. Karena itu, anjungan tetap berguna baik dalam situasi laut pasang atau surut.

Anjungan ini melayani perahu penumpang dan barang. Penumpang yang membawa barang banyak kena ongkos sesuai kesepakatan. Tarif barang bisa satu atau dua kali ongkos penumpang. Setiap penumpang pascakenaikan BBM naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 7.500.

Menurut Marzuki, angkutan barang pascakenaikan BBM mulai sepi. Dia menduga, daya beli warga kepulauan juga berkurang akibat naiknya harga barang. Warga Gili Raja menghemat dengan cara membawa perahu sendiri untuk mengangkut batu bata, genteng, besi, dan barang-barang berat lainnya.

Perjalanan dari Cangakreman menuju Gili Raja butuh waktu sekitar 30 menit sampai 60 menit, bergantung angin. Sebab, kuat tidaknya angin menentukan besar-kecilnya gelombang. Tapi, saat gelombang datar, penumpang hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Gili Raja. Jarak tempuh antara Gili Raja ke Cangkareman sekitar 17 mil. Selain itu, pemilik perahu juga menyewakan kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau-pulau di sekitar Gili Raja.

Ada empat pulau kecil di sekitar Gili Raja. Yakni, Pulau Gilingan (berpenghuni 17 KK), Pandan, Se'Pote, dan Kramat (tiga pulau yang disebut terakhir tak bertuan). Biasanya, wisatawan bermalam di salah satu pulau yang tidak bertuan itu. "Itu dulu. Kini jarang yang menyewa perahu karena tak ada wisatawan," tutur Marzuki. (ABRARI)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 05 Juni 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda