Pondok Pesantren Matsaratul Huda Pamekasan

Tak Tabu Ajari Santri dengan Bahasa Asing

Ponpes Matsaratul Huda Panempan Pamekasan didirikan oleh (alm) KH Ach. Syarqawi Miftahul Arifin pada 1968. Konsep pengelolaan Matsaratul Huda layaknya ponpes lainnya di Madura. Yakni, salafiyyah. Namun dalam perjalanannya, Matsaratul Huda tidak tabu dengan lembaga pendidikan formal. Sehingga, sejak 1991 mendirikan dan mengembangkan taman kanak-kanak Al-quran sampai madrasah aliyah (MA).

Pada awal pendiriannya, sebagian besar santri Matsaratul Huda adalah para pelajar SMA dan sederajatnya yang banyak bertebaran di Pamekasan. Kala itu, Matsaratul Huda memang belum memiliki lembaga pendidikan formal. Gagasan perlunya memiliki lembaga pendidikan formal di bawah naungan pondok pesantren dilakukan sejak diasuh oleh KH Kholilurrahman.

Kholil - sapaan KH Kholilurrahman, yang sekarang menjabat bupati Pamekasan, mengelola Matsaratul Huda sejak 1990. Kholil sendiri adalah keponakan sekaligus menantu KH Ach. Syarqawi Miftahul Arifin yang wafat pada 1990 lalu.

Satu tahun memegang Matsaratul Huda, Kholil mendirikan lembaga pendidikan formal. Mulai dari TK Alquran, SD Islam, MI Diniyah, MTs dan MA.

Tak hanya lembaga pendidikan formal, lembaga pengembangan bahasa asing pun diretas oleh Matsaratul Huda. "Kita mengajarkan bahasa Inggris, Jerman dan tentunya Arab. Artinya, kita tidak tabu dengan bahasa asing selain Arab," katanya.

Upaya pengembangan lembaga pendidikan formal maupun lainnya, lanjutnya, tidak berarti Matsaratul Huda melupakan konsep awal pengelolaan, salafiyyah. "Kita tidak akan meninggal salafiyyah. Pengajian kitab kuning tetap secara rutin kita lakukan pada santri sesuai tingkat kemampuannya. Kajian kitab kuning itu mulai tingkatan pemula sampai intermedite dan high level (level menengah dan atas, Red.)," katanya.

Konsep salafiyyah dengan tetap mengembangkan lembaga pendidikan formal adalah satu upaya Matsaratul Huda untuk merealisasikan visi makronya. Yakni: terwujudnya masyarakat dan bangsa yang memiliki sikap agamis; berkemampuan akademis; berakhlaqul karimah; dan trampil.

"Kita ingin santri menjadi pemimpin dengan dasar agama dan ilmu yang kuat serta berakhlaqul karimah," katanya lugas.

Kholil juga mengaku, sejak berkiprah di jabatan publik sejak beberapa tahun lalu, dirinya memang berbagi tugas dengan sejumlah pengasuh lainnya. Tujuannya, agar Matsaratul Huda tetap berjalan sebagaima mestinya. "Tidak ada masalah kok. Matsaratul Huda tetap akan berjalan untuk mewujudkan visi dan misinya. Saya tidak akan pernah berhenti untuk mengembangkan Matsaratul Huda. Ini amanah ummat," katanya. (SLAMET HIDAYAT)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 29 Apr 2008

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda