Pondok Pesantren Falahun Nasirin, Senenan

Didirikan di Atas Tanah yang Dibeli dari Uang Syaichona Cholil

Pondok pesantren (Ponpes) Falahun Nasirin berdiri di pusat Kota Bangkalan. Pesantren yang didirikan KH Nasir Bin Yasin pada 1971 silam ini masih menerapkan sistem salaf. Hingga kini, penerusnya tetap teguh menjalankan pengajaran dengan ciri khas tradisional religius ini.

Tidak sulit mencari lokasi Ponpes Falahun Nasirin. Itu karena lokasinya berada di belakang Pasar Senenan, Bangkalan. Meskipun di pusat kota, suasananya masih asri. Di sekeliling pesantren banyak ditumbuhi pohon perdu yang diselingi pohon bambu yang menjulang ke udara.

Di tempat tersebut ada dua bangunan tua yang masih terjaga. Yakni, rumah yang terbuat dari kayu jati dan sebuah langgar (musala) dari bambu. Dua bangunan itu dibangun pendirinya.

Pesantren yang dipisah jalan raya ini juga memiliki kolam air yang berada persis di bawah asrama pondok putra. Tampaknya, penetapan lokasi bukan tanpa pertimbangan. Konon, lahan yang menjadi area pesantren masih ada kaitan dengan Syaichona Cholil.

"Menurut Ummi (Nyai Hj Hadami, Red.) tanah ini pemberian Ba Ummi (Nyai Asma, putri Syaichona Cholil, Red.). Sedangkan Ba Ummi diberi seseorang yang membeli tanah itu dengan uang yang berasal dari Syaichona," terang KH Moh. Cholil Nasir, pengasuh Ponpes Falahun Nasirin yang juga putra pertama pendiri pesantren, KH Nasir.

Ceritanya, pasangan suami istri (H Ismail dan Hj Halimah) punya kebun salak. Nah, salak hasil panen dari kebun Ismail sering dibeli Syaichona Cholil. Uang dari Syaichona itulah yang dikumpulkan hingga bisa dibelikan tanah. Lalu tanahnya diberikan pada Nyai Asma. Selanjutnya diberikan ke KH Nasir (putra Nyai Asma). "Jadi, tanah pesantren ini ada kaitannya dengan Syaichona Cholil," jelasnya.

Mengenai sosok pendiri pesantren, Kiai Cholil enggan membeber secara detail. Sebab, abahnya (KH Nasir) tidak suka menonjolkan kharismanya sebagai keturunan Syaichona Cholil. "Waktu wafat (tahun 2001, Red.) ada kiai dari Jawa yang mengatakan abah orangnya tertutup. Beliau tidak suka mengungkap sosoknya sebagai salah satu keturunan Syaichona. Orang sekarang bilang low profile," ujarnya.

Sebagai keturunan Syaichona Choilil, KH Nasir juga memiliki karomah. "Abah pernah nyuruh orang bikin passport untuk berangkat umroh. Padahal orangnya tidak punya uang. Ternyata, setelah passport selesai, dia mendapat rizki hingga bisa berangkat umroh," kisah kiai Nasir.

Selama hidup, Kiai Nasir juga suka berziarah dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga, pendiri ponpes Falahun Nasirin ini banyak teman. "Abah orangnya tidak suka merepotkan orang lain. Malah sukanya membantu orang," jelasnya.

Meskipun menerapkan sistem pembelajaran salaf, Ponpes Falahun Nasirin memiliki lembaga pendidikan madrasah diniyah. Dengan jumlah santri putra dan putri yang masih bermukim sekitar 30 orang. "Dulu sampai 80 orang. Sekarang berkurang," katanya.

Tapi, ada kebanggan tersediri bagi pesantren. Sebab, Menteri Sosial (Mensos) Bachtiar Chamsah pernah datang ke pesantren ini. "Itu acara adik saya. Kebetulan acaranya di pesantren," kata Kiai Cholil merendah. (TAUFIQURRAHMAN)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 12 Apr 2008

Label: , , ,