Romo Eli: Imam Paroki Gereja Katolik Maria Fatima

Aktif di FKUB, Sering Bertemu Kiai Bahas soal Keumatan

Kesan gereja yang eksklusif, berusaha dibuang jauh-jauh. Romo Eli melakukannya dengan aktif di kegiatan sosial di luar gereja. Termasuk berinteraksi dengan ulama dan kaum miskin.

Ditemui di ruang kepasturan di kawasan Gereja Katolik Maria Fatima, Romo Eli Heri Harianto, menyambut ramah koran ini. Romo yang setahun memimpin gereja di Jl Letnan Mestu 13 Kelurahan Keraton, Bangkalan ini menuturkan pengalamannya sampai ke Bangkalan.

Awalnya, Romo Eli tak terbersit sedikit pun untuk menjadi seorang pastur. Setelah lulus SPG (sekolah pendidikan guru), dia mengajar selama dua tahun. Kemudian dia kembali berkelana dengan menjadi pekerja tambang di Muara Enim, Sumatra Utara. Itu juga berlangsung dua tahun.

Kemudian, ia memutuskan mengikuti pelatihan dari dinas pertanian dan peternakan yang diadakan di Ngawi, Jawa Timur. Di sanalah ia mulai bertemu dan berinteraksi dengan romo dan pastur. Itulah awal benih-benih imannya meningkat. Ia mengaku merasakan kedamaian dan ketentraman ketika bisa melayani Tuhan sepenuhnya.

"Awalnya saya ingin jadi rahib, (komunitas biarawan yang hidup dalam lingkungan khusus dan tidak terkontaminasi dengan dunia luar, Red). Tapi, kemudian niat itu saya urungkan. Akhirnya saya pergi ke sekolah seminari di Malang" ujar lelaki yang lahir 4 oktober 1964 ini.

Romo Eli mengaku senang bisa meluangkan waktunya dalam pelayanan. "Inikan sudah risiko dari pilihan saya untuk menjadi imam. Lebih banyak sukanya daripada dukanya. Dukanya kalau sudah tidak bisa berkarya," kata lelaki asli Probolinggo ini.

Romo Eli mengaku lebih dekat dalam pergaulan dengan orang di luar Katolik. "Saya suka olahraga. Kalau olahraga kan tidak menegal suku, ras, dan agama. Itu saya jadikan alat untuk menjalin komunikasi dengan siapa pun," katanya.

Saat ini ia mendapat mandat untuk membidani bidang Pengembangan SDM dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). FKUB merupakan forum komunikasi antarpemuka agama di Bangkalan yang misinya untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama.

Karena membidani bidang pengembangan SDM, ia harus sering berinteraksi dengan masyarakat luas. Di forum itu pula ia banyak bertemu dengan ulama dan kiai untuk membahas masalah keumatan.

Menurut dia, banyak reformasi yang terjadi di dalam gereja Katholik. "Yang pertama adalah adanya prinsip extra ecclesia nulla salus yang artinya ada keselamatan bagi orang-orang di luar gereja. Dulu, tidak ada keselamatan untuk orang-orang di luar gereja. Tapi setelah adanya keputusan Konsili Fatikan Kedua 1962, prinsip itu berubah. Yaitu, diakuinya ada keselamatan di luar gereja" terangnya.

Perubahan yang lain adalah tumbuhnya semangat gereja untuk membangun kerukunan dan keterbukaan pada masyarakat. Karena itu, gereja harus membuka diri.

Selama ini ada anggapan dari masyarakat bahwa gereja itu tertutup dan eksklusif. Karena itu, gereja harus mengambil langkah agar tidak dianggap tertutup oleh masyarakat. Pihaknya sangat berharap agar umat beragama lain mau menjalin persaudaran dengan gereja. Ia mempersilakan siapa saja yang ingin mengenal gereja.

"Kadang, ada Pak Haji teman saya yang main ke sini, meskipun tanpa urusan formal. Ya, ngobrol saja" katanya. "Selama ini saya sering sekali main ke pondok pesantren. Nah, saya harapkan umat beragama lain juga bisa menjadikan gereja sebagai saudaranya," tambahnya.

Pada 2008 Gereja Maria Fatima bertekad untuk membangun kepedulian dengan orang-orang miskin. Misalnya, memberikan lapangan kerja untuk orang yang tidak mampu. Sebab, jika orang hanya diberikan materi dia akan selalu bergantung dan tidak mandiri.

Aksi sosial lainnya, memberi sumbangan kepada panti sosial dan anak-anak tidak mampu. Pihaknya tidak khawatir bahwa aksi ini akan dituduh punya misi untuk memaksa umat agama lain masuk Katolik. Ia mengatakan, biasanya pihak gereja menjalin kerjasama dengan pemerintah desa atau pemkab tanpa menggunakan nama gereja. Dalam misi sosial ini, pihaknya juga tidak meminta umat beragama lain untuk masuk Katolik.

Romo Eli juga memuji Bupati Bangkalan Fuad Amin secara rutin memfasilitasi pertemuan tokoh antaragama dalam FKUB. Di sana ia bisa sharing untuk membangun kerukunan antarumat beragama. Juga membangun kepedulian dan persaudaraan antarumat beragama. Menurutnya, forum-forum seperti ini penting agar perbedaan-perbedaan yang bisa potensial menimbulkan konflik bisa diredam. (RINAYATI)

Sumber: Jawa Pos, 25/12/07

Label: , , ,