Buah Srikaya Pamekasan


Pedagang menggelar buah srikaya, dagangannya, di kawasan Sedangdang, Pamekasan, Madura, Jatim, Selasa (27/2). Buah musiman itu, dipasarkan ke Surabaya dan Malang dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 40.000/keranjang dengan isi sekitar 20 buah.

Sumber: Surabaya Post, Rabu, 29/02/2012

Label: , ,

Inilah Saat Berburu Buah Nona ke Madura


foto: zonaberita/nen
Anda penggemar buah Nona? Ups.. jangan keburu berpikir negatif. Buah Nona adalah nama lain buah Srikaya (Annona squamosa), yang meski berbiji banyak dengan kulit bermata jamak, rasanya sangat manis. Jika Anda menjawab “Ya“, inilah saatnya Anda berburu ke Kabupaten Pamekasan, Madura.

Hari-hari belakangan ini, beberapa ruas jalan protokol di Kabupaten Pamekasan mulai dibanjiri pedagang buah yang termasuk famili Genus Annona ini. Di antaranya anda bisa membeli di sepanjang Jl Kemayoran atau kawasan Sedangdang Kecamatan Kota.

Suprapti, pedagang asal Desa/Kecamatan Proppo Pamekasan mengaku pembeli yang datang tidak saja warga lokal. “Yang membeli dalam jumlah banyak, biasanya untuk dikirim ke luar Madura. Tapi lebih banyak yang beli untuk oleh-oleh pulang ke Jawa,” katanya kepada zonaberita.com, Minggu (6/2/2011).
Memang banyak pendatang dari Jawa yang menjadi warga tetap Pulau Madura. Mereka inilah sasaran para pedagang. Karena musim panen buah yang tanamannya tergolong tanaman hoki ini memang hanya sekali dalam setahun, tepatnya sekitar bulan Februari, mereka biasa membeli berkeranjang-keranjang untuk dijadikan oleh-oleh pulang ke kampung halaman.

Harga buah Srikaya sendiri terbilang sangat terjangkau. Pedagang biasanya mengecer dengan satuan per sepuluh. Hatganya hanya berkisar antara Rp.5.000- hingga Rp.15.000 - tergantung besar kecilnya buah srikaya itu sendiri.

Namun jika Anda ingin menjadikan buah Srikaya sebagai oleh-oleh sanak keluarga, disarankan membeli dengan satuan keranjang. Per keranjang buah Srikaya mencapai Rp.30.000 hingga Rp.50.000 - tergantung besar kecil dan banyaknya buah srikayanya. Kalau ada belilah yang masih mentah, karena buah ini tergolong cepat masak. (nen/ijo)

Sumber: zonaberita, Minggu, 6 Februari 2011

Label: , ,

Srikaya Butuh Sentuhan Pengembangan

Para pedagang dari Sampang menjual buah Srikaya yang berukuran besar hanya dengan harga Rp 1.000/buah, sedangkan untuk yang ukuran kecil seharga Rp 40 ribu dalam satu keranjang penuh.

“Untungnya memang tidak seberapa, karena dipotong ongkos pekerja serta biaya angkutan pengiriman ke Surabaya. Tapi, daripada dibiarkan membusuk tidak laku, kan lebih baik dijual. Sebagian buah-buah itu juga saya berikan kepada para tetangga, “ kata Sulaihah, warga Desa Temoran, Kec. Omben, sambil mengemasi buah Srikaya ke dalam keranjang, pekan lalu.

Aminah, juga pemilik tanaman srikaya, menuturkan, selama musim panen ia bisa memperoleh hasil penjualan sebesar Rp 1 juta dari 4 pohon srikaya yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Biasanya, dia menjual kepada para pedagang yang langsung datang memborong buah srikaya untuk dibawa ke Surabaya.

“Jadi, saya tidak perlu repot-repot menjualnya ke pasar, karena sudah ada pengepul yang langsung memborong seluruh buah yang sudah matang. Uang hasil penjualannya saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,“ ujarnya.

Salah satu penyebab nilai jual buah srikaya masih rendah, karena proses pengemasannya yang sangat sederhana, sehingga buah itu mudah rusak dan busuk. Padahal secara kualitas, srikaya asal Omben itu rasanya sangat manis dan segar. Tapi, sampai saat ini belum ada kepedulian dari pihak mana pun untuk mengembangkan dan menggalakkan komoditi unggulan tanaman pangan dan holtikultura tersebut. Karena itu, perlakuan terhadap srikaya yang masih seadanya itu belum mampu mengangkat kesejahteraan ekonomi para petani.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Ir H Maryoso, menyatakan, dibandingkan dengan jenis tanaman holtikultara yang lain, buah srikaya sulit diketahui tingkat produktivitasnya karena kebanyakan tumbuh liar di halaman rumah penduduk.

“Berbeda dengan bentul, semangka maupun jambu air, yang sudah dibudidayakan menjadi tanaman pertanian. Hasil tanaman ini sudah dikembangkan dari segi pemasaran dan pengemasannya, agar mempunyai nilai jual lebih tinggi. Namun, untuk jenis buah srikaya kita memang belum begitu menyentuh secara teknis, karena masih kesulitan dalam pendataannya, “ jelas Maryoso.

Diakuinya, beberapa kelemahan dari tanaman holtikultura tersebut adalah masa berbuahnya hanya bersifat musiman, sehingga tidak efektif untuk dikembangkan sebagai produk olahan, misalnya dibuat sirup atau selai. Tingkat produktivitasnya pun setiap tahun cenderung menurun, dan belum adanya kemasan buah yang baik.

“Kita memang belum berani mengembangkan menjadi produk olahan yang bisa dilempar ke pasaran. Namun, secara bertahap kita sudah berupaya mengarah ke sana dengan mengadakan berbagai pelatihan tentang teknik pengolahan hasil produk unggulan itu sebagai bahan olahan agar dapat meningkatkan kesejahteraan para petani, “ katanya.

Maryoso menambahkan, untuk mengarah ke sana, perlu diadakan program pengembangan sentra-sentra produksi dengan memperkenalkan penggunaan pupuk penyubur tanaman secara tepat, serta melakukan pemeliharaan tanaman pasca berbuah. Selain itu, perlu juga adanya percontohan tentang teknik pengemasan buah yang lebih baik sehingga potensi sumber daya alam yang ada dapat dikembangkan dan dikenal oleh daerah lain sebagai produk unggulan yang cukup berkualitas.

Sumber: Surabaya Post, Senin, 23 Februari 2009

Label: , , , ,

Berduyun-Duyun Jual Sarikaya

Tanaman Alternatif, Jual dengan Harga Murah

Semangat berwirausaha masyarakat pedesaaan tak pernah surut. Semua peluang dimasuki dan dicoba. Seperti semangat warga Desa Saronggi berlomba-lomba menjajakan buah sarikaya di sepanjang tepian jalan raya.

Gerimis yang jatuh satu persatu tak dihiraukan pedagang buah sarikaya di sepanjang jalan raya Desa/Kecamatan Saronggi. Mereka, sama-sama serius menata buah sarikaya yang baru saja dipetik dari dahannya.

Sarikaya yang rata-rata terlihat segar itu dijejer di atas hamparan tanah lapang di pinggiran jalan beraspal. Namun, mengantisipasi hempasan debu Sarikaya-sarikaya tersebut ditata rapi dalam sebuah kuali ukuran sedang terbuat dari bambu. Sementara, di atas tumpukan buah sarikaya itu kain sarung atau kertas koran menjadi tudungnya.

Jam 07.00 pagi, saat koran ini menyempatkan mampir, sejumlah warga mulai tumplek blek mengerumuni jejeran buah sarikaya tersebut. Menurut informasi yang didapat koran ini, mereka (warga) sedang melakukan negoisasi harga.

Masyarakat di desa tersebut biasa menentukan harga jual sesuai dengan ukuran buah. Untuk buah sarikaya ukuran besar Rp 20 ribu per sepuluh biji. Sementara ukuran kecil Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu persepuluh biji (Sajina: Madura).

"Harga jual tidak terlalu tinggi, yang penting laku," ungkap Marhamah (45). Menurut pengakuannya, warga di Desa Saronggi mulai berbondong-bondong menjual buah sarikayanya sejak dua minggu yang lalu. Buah sarikaya, akunya berbuah subur ketika musim penghujan mulai hampir mencapai puncaknya. Sehingga, bisa dipastikan dalam setiap tahun sekali warga yang menanam bisa menjual buah sarikaya dengan jumlah banyak.

Selain dijual secara eceran, dia dan sejumlah pedagang lainnya biasa menjual buah sarikayanya kepada tengkulak. Menurut keterangan yang dia dapat, buah sarikaya tersebut akan dikirim ke Surabaya dan daerah kota lainnya. Dia menambahkan, dari hasil penjual itu dalam satu hari dia bisa menghasilkan uang Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.

Hal senada juga disampaikan Syafi'e, 50, dia mengatakan buah sarikaya membantu meringankan kebutuhan ekonomi keluarganya. Setelah tanaman jagung dan padinya tumbuh tidak normal, tanaman yang lain masih bisa diandalkan. "Syukurlah, buah sarikaya masih terus laku dan dicari banyak orang,"ujanya.

Diakui, dari hasil penjualan sarikaya tersebut beban hidup yang ditanggung sedikit berkurang. Dia berjanji, ke depan akan belajar mencari tanaman alternatif yang lebih memberi peluang bisnis.(ZAITURRAHIEM)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 17 Februari 2009

Label: , , ,