Sentra Produksi Petis Madura
Berdiri Puluhan Tahun, Kini Gunakan Teknologi Modern
MENEKUNI usaha pembuatan petis asli Madura, di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Kota Sampang, sudah dilakoni keluarga besar Hj Diya sejak puluhan tahun silam. Kini, usaha yang sudah merambah hampir di semua kabupaten dan kota di Jawa Timur ini dipimpin Daiman. Pria bergelar sarjana ekonomi ini ditahbiskan sebagai generasi penerusnya.
"Saya hanya penerus yang diberi kepercayaan oleh Ummi (Hj Diya, Red.), dan ini tanggung jawab saya untuk membesarkan usaha keluarga ini," ujar Daiman.
Berbekal ilmu yang didapat dari orangtuanya tersebut, Daiman berusaha membuat usaha pembuatan petis miliknya makin sukses dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas lagi. Tapi bukan hanya itu tujuan utamanya. Soal rasa yang khas juga menjadi perhatian untuk kelangsungan usahanya tersebut.
"Yang saya nomorsatukan adalah kepuasan konsumen dalam hal rasa. Sebab rasa itu mencerminkan kualitas usaha yang kita geluti saat ini," terangnya.
Setidaknya, ada sekitar 30 jenis pilihan rasa yang ditawarkan oleh Daiman selama ini. Semua jenis rasa itu tidak lain adalah hasil racikan antara rasa asin yang dihasilkan oleh ikan dan manis yang dihasilkan oleh gula serta aroma petis yang dihasilkan oleh rempah - rempah sebagai bumbu campuran. "Diantaranya adalah petis asin, petis asin manis, petis manis pedas, dan asin manis yang ada dicampuri bumbu - bumbu khas," terang Daiman.
Bahkan, baru - baru ini ia mulai meracik petis rasa baru yang cocok di lidah warga Jawa yang cenderung kurang menyukai rasa asin, layaknya petis khas Madura. "Kalau petis Madura sudah pasti tidak jauh - jauh dari rasa asin. Tapi kalau di lidah orang Jawa, rasa asin ini kurang cocok," ujarnya.
Pada koran ini kemarin (28/2) Daiman mengajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan petis di tempat usahanya tersebut. Sekitar 20 pekerja dilibatkan dalam proses pembuatan petis hingga proses pembungkusan petis dalam kemasan. "Sudah tiga tahun ini kita menggunakan teknologi modern pada proses pengentalannya. Sebab untuk menggunakan tenaga manusia, kita sangat kewalahan," terang Daiman.
Sejak menggunakan alat - alat yang modern tersebut, praktis proses pembuatan petis lebih higienis dan cepat. Bahkan proses awal dari hasil kukusan ikan hingga proses pengentalan menjadi petis kini hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua hari. "Selain lebih bersih, kalau pakai alat modern jelas lebih cepat. Bahkan dalam sehari bisa lebih dari 1 ton petis kita hasilkan," ujarnya yang bisa menjual petis hingga dua kuintal dalam setiap harinya.
Maka jangan heran jika untuk bahan - bahan mentah pembuatan petis - seperti air hasil kukusan ikan pindang, ia memiliki suplier khusus. "Kalau mencari setiap hari, kita pasti akan kelabakan untuk memenuhi kebutuhan. Jadi kita datangkan dari orang - orang tertentu," ujar warga Desa Banyuanyar tersebut.
Kini, produksi petis yang dikenal dengan petis Hj Diya tersebut sudah merambah hampir di berbagai daerah. Bahkan, para TKW (tenaga kerja wanita) maupun TKI (tenaga kerja Indonesia) yang bekerja di negara - negara besar di dunia selalu menyempatkan untuk membeli petis sebelum berangkat lagi ke negeri rantaunya masing - masing. "TKI dan TKW dari Malaysia dan Arab Saudi sudah banyak yang membeli petis kita sebelum kembali bekerja. Umumnya untuk bekal agar tetap mengingat daerah asal Madura," terang Daiman. (sari purwati/ed)
Sumber: Jawa Pos, Senin, 02 Maret 2009
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda