Pahlawan Madura itu Bernama Sakerah

Dengan tegas, Sakerah meminta kepada mandor untuk memberikan hak para kuli sepenuhnya.

Cerita kepahlawanan Sakerah bermula ketika tokoh berdarah Madura itu membela para kuli kebun tebu milik pabrik gula Kancil Mas Bangil. Upah para kuli dipotong oleh mandor bawahan Sakerah.

Dengan tegas, Sakerah meminta kepada mandor untuk memberikan hak para kuli sepenuhnya. Tindakan itu dianggap sebagai tantangan, Sakerah pun dilaporkan pada pimpinan pabrik. Sakerah yang buta huruf, berada di posisi yang salah, karena membubuhkan cap jempol di bukti pembayaran. Sakerah dituduh korupsi.

Apalagi saat Herman, administratur pabrik gula menodongkan pistol di kepalanya. Tak kuasa menahan emosi, ia tepiskan pistol Herman dan langsung membacoknya dengan celurit. Akibatnya, hukuman penjara 25 tahun harus ia terima.

Ia mendekam di penjara kolonial Kalisosok Surabaya. Sakerah, sosok yang tidak bisa melihat wong cilik diperlakukan semena-mena. Saat dipenjara, tiba-tiba ia bertemu pamannya. Paman Sakerah sengaja mencuri agar dapat menemui keponakannya. Menurut penuturan sang paman, perilaku mandor semakin tidak terkendali. Selain itu istri muda Sakerah, Marleena kerap dirayu Brodin, keponakan Sakerah.

Sakerah kabur dari penjara. Dengan sekali tebas, dia membunuh Brodin. Tak hanya itu, Sakerah juga membunuh carik dan petinggi. Tak ayal, dirinya pun jadi target pengejaran Gupermen. Sakerah dijebak dalam suatu pesta tayub. Tokoh legendaris Madura itu berhasil ditangkap, dan akhirnya dihukum mati.

Jumat 27 Februari 2009 malam, Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki terlihat padat. Dibuka dengan Tari Remo dan diselingi parikan khas Jawa Timuran, Kartolo sang maestro ludruk berhasil memancing tawa ratusan penonton. Selain Kartolo, tampak pula beberapa petinggi, layaknya Basofi Sudirman, Oetojo Oesman dan Sony Wibisono.

Tapi kehadiran petinggi-petinggi itu bukan sebagai penonton. Mereka tengah mementaskan pagelaran ludruk berlakon 'Sakerah'. Selain itu pagelaran juga dimeriahkan oleh Ludruk Metropolis, tampak pula Miss Indonesia, Kamidia Radisti, yang berperan sebagai Noni Belanda. Sedangkan pemeran utama Sakerah dilakoni Sutan Remy Sjahdeini, Komisaris utama PT Danareksa.

Pementasan berdurasi tiga setengah jam itu riuh oleh tawa. Tak jarang terdengar celetukan dari bangku penonton. Mereka tampak melebur dalam cerita 'Sakerah'. Iring-iringan gamelan pun kian menghangatkan malam. Penonton juga diajak mengenal lagu daerah Jawa Timuran, Tanduk Majang. Pagelaran Sakerah kian meriah.

Sayang, di akhir adegan, tepat saat pistol ditodongkan ke Sakerah, lampu panggung pun padam. Penonton sempat mengira jika hal ini bagian dari cerita, ternyata bukan. Namanya juga ludruk, listrik mati bukanlah penghalang.

Meski penonton mulai berteriak, "Sakerah nggak jadi mati, cerita bersambung ke Sakerah Dua," teriak para penonton. Sakerah tetap lanjut. Beruntung tiga menit kemudian listrik kembali menyala. Dan "Dor, dor, dor !!!" Sakerah pun akhirnya mati. Dan penonton yang rata-rata orang Jawa Timur riuh bertepuk tangan.

Sumber: Vivanews, Sabtu, 28 Februari 2009

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda