Di Madura Ternyata Ada Wayang
"UMURNYA bisa dipastikan lebih dari 200 tahun. Sekarang ada di Kelenteng dan dirawat di Yayasan Vihara Avaloki Testavara, di pantai Talang Siring," ungkap A. Hamzah Fansuri B., ketika diminta menjelaskan latar belakang penelitiannya mengenai keberadaan Wayang Kulit di Madura.
Menurut dia, wayang kulit merupakan salah satu seni teater tradisional di masa lalu. Tak heran, dia langsung tertarik meneliti asal-usul keberadaan wayang kulit di Madura yang konon datang dari Jawa sejak 200 tahun silam.
Informasi pertama mengenai wayang kulit di Madura dia peroleh dari seorang penggiat seni teater di Madura. Saat itu dia diajak untuk melihat langsung pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh sesepuh Yayasan Vihara Avalokitesvara, tempat ibadah umat Budha di daerah pantai Talang Siring, Pamekasan.
"Waktu itu saya baru semester awal dan sangat tertarik melakukan penelitian lanjutan mengenai keberadaan dan membandingkan isi teater tradisional itu dengan teater ala Eropa," paparnya.
Realisasi penelitian itu baru benar-benar dia garap di semester akhir kuliahnya sebagai syarat kelulusan. Masuk penelitian fakta-fakta baru mulai dia temukan. Di antaranya, keberadaan wayang kulit di Pamekasan ternyata berasal dan didatangkan dari Bangkalan. Artinya, wilayah pertama yang dimasuki Wayang Kulit dari Jawa di Madura adalah Kabupaten Bangkalan. Bentuk wayang Kidung Kencono yang berasal dari Bangkalan itu lebih kecil dari wayang yang ada di tanah Jawa. Hanya tersisa 1 set dan kini berada di Pamekasan.
Perkembangan kesenian wayang di Madura berawal sejak tahun 1630-an, sebelum Kerajaan Mataram menginvasi Madura. Hampir di semua wilayah Madura masyarakat mengenal dan pernah menikmati pertunjukan wayang. "Jadi benar, di Madura itu memang pernah ada kesenian wayang. Tapi kemudian mati karena satu sebab. Wayang-wayang yang ada di Madura pun akhirnya menjadi koleksi museum. Yang dari Bangkalan ada di Museum Empu Tantular Surabaya dan wayang Sumenep ada di museumnya sendiri," jelasnya.
Diterangkan, cerita wayang di Madura mengikuti cerita pewayangan yang ada di Jawa. Kisah Mahabarata dan Ramayana tak bisa dipisahkan dari kesenian tersebut. Kematian seni wayang di Madura kemudian berubah dan menjelma menjadi kesenian Topeng Dhalang. Bedanya, kesenian ini tak menggunakan wayang yang digerakkan oleh dalang. Melainkan menggunakan manusia yang suaranya berasal dari sang dalang. "Ceritanya relatif sama, yaitu Mahabarata dan Ramayana. Hanya wayangnya pakai manusia," ungkapnya.
Jadi, imbuhnya, kesenian wayang kulit yang hanya tersisa di Pamekasan itu hingga kini dibawakan oleh dalang Topeng Dhalang. Sehingga, secara estetika pewayangan mirip Topeng Dhalang. Dalang pertama yang membawakan wayang kulit Pamekasan dengan latar belakang Topeng Dhalang adalah Saleh Kerte. Dia membawakan wayang kulit untuk dipertunjukkan di seluruh Madura. Selanjutnya sosok bernama Taharun, dalang Topeng Dhalang asal Sumenep.
Adaptasi lain dari wayang kulit di Madura adalah Topeng Getthak. Lakon dalam kesenian tersebut menampilkan beberapa tokoh bala dewa yang dianggap mewakili masyarakat Madura dalam pewayangan. "Ada tokoh Raja Mandura yang katanya seperti orang Madura dalam pewayangan," tandasnya.
"Sekarang penelitian ini masih terus saya lakukan. Tujuannya untuk mengetahui asal-muasal wayang dan membandingkannya dengan kebudayaan Eropa. Jika ternyata adaptasi dari akar kebudayaan yang ada di Madura itu kuat, berarti ke depan bisa dikembangkan seperti di Eropa. Sebab, saya berpendapat bahwa ketertinggalan kita hanya bisa dikejar melalui jalur kebudayaan," katanya optimis. (nra/ed)
Sumber: Jawa Pos, Selasa, 18 November 2008
Baca juga:
Ada Persamaan Antara Bali dan Madura
Wayang Berbahasa Madura
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda