Kekurangan Guru Bahasa Madura
KEBIJAKAN dinas Pendidikan (Disdik) Kab. Pamekasan mewajibkan Bahasa Madura sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah mendapat respon positif berbagai pihak. Maklum di tengah modernisasi,--apalagi menyusul dibukanya Jembatan Suramadu, ada kekhawatiran tergerusnya budaya, termasuk bahasa lokal.
Untuk meminimalisasi pengruh budaya luar itulah yang melatarbelakangi masuknya pelajaran Bahasa Madura ke sekolah mulai SD hingga SMA. “Itu mulai ajaran tahun ini.Dalam seminggu ada dua jam pelajaran Bahasa Madura,” kata M. Ramli, Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah, Dinas Pendidikan Pamekasan. “Kalau dirasa kurang jamnya bisa ditambah,” ujarnya menambahkan.
Dengan kebijakan ini diharapkan Bahasa Madura tetap lestari dan orang Madura mengetahui terhadap bahasa daerahnya sendiri. Sebab akhir-akhir ini sudah banyak orang Madura yang kurang mengerti terhadap bahasa daerahnya, meski yang bersangkutan merupakan orang Madura asli.
Meski berbagai pihak merespon positif, bukan berarti tanpa kendala. Apalagi saat ini pihaknya kekurangan pengajar Bahasa Madura. Dalam artian, mereka bukan lulusan Bahasa Madura. Ya, mungkin solusi ke depan perlu perguruan tinggi membuka fakultas jurusan Bahasa Madura. (mas)
Sumber: Surabaya Post, Senin, 19 Oktober 2009
Label: bahasa, humaniora, madura, pendidikan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda