Iniyatul Jannah: Juara Pidato Bilingual
Grogi sebelum Tampil, Ragu saat Juri Umumkan Pemenang
Ada siswa yang benar-benar mendalami penguasaan Bahasa Inggris. Bahkan, lebih cepat daripada berbahasa Indonesia. Salah satunya Iniyatul Jannah, siswi SMAN 2 Pamekasan, yang diuji kemampuan bilingualnya di Surabaya. Pada lomba yang digelar CICS (Centre for Indonesia Communities Studies), Iniyatul merebut peserta terbaik dari Madura dan peringkat ketiga Jatim.
PADA 28 Oktober, Pamekasan mengirim siswi SMAN 2 untuk mengikuti lomba pidato (bilingual) di Balai Pemuda Surabaya. Lomba ini diikuti 80 peserta dari SMA/SMK/MA se Jatim. Di dalam lomba ini, siswa mengintegrasikan sejarah, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Semua peserta diuji kompetensi kesejarahan (nasionalisme) dan kebahasaan dalam waktu yang bersamaan.
Ketika ditemui di sekolahnya kemarin, Iniyatul mengaku kelelahan. Sebab, sejak sepekan terakhir dia mempersiapkan bahan pidato. Ketika di Surabaya pun, siswi kelas XII-IPA ini bertarung dalam kondisi lelah dan kantuk. Sebab, lomba digelar mulai pukul 08.00 hingga 21.00.
Semula dia tidak berpikir menjadi tiga besar dalam lomba yang diikuti siswa dari berbagai sekolah unggulan setingkat SMA/SMK/MA di Jatim. Iniyatul sempat grogi ketika menyaksikan penampilan siswa-siswi dari SMA favorit Surabaya. Usai sidang juri, dia nyaris tidak percaya ketika juri menyebutnya sebagai the big three (tiga besar) dalam lomba ini. "Benar-benar tidak nyangka (menang)," akunya.
Menurut dia, guru pembina di sekolahnya telah menyiapkan keberangkatannya selama sepekan. Dia juga dituntut kembali mengingat kosa kata dan struktur bahasa yang harus diintegrasikan dengan sejarah.
Dalam lomba ini, terangnya, penyelenggara menggabungkan tiga bidang studi dalam satu kali pidato. Itu agar remaja tidak mudah lupa terhadap sejarah bangsanya meski belajar bahasa asing di satu sisi. "Pelaksanaannya kan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda," ujarnya.
Kepala SMAN 2 Pamekasan Muyanto mengaku bangga dengan prestasi yang diraih siswinya. Dia menilai kemenangan ini bukan hanya keberhasilan siswi dan sekolahnya. Menurut dia, itu kemenangan Pamekasan secara umum.
Menurut dia, sekolahnya memiliki kebiasaan untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi. "Jangan dilihat apa hadiahnya, tapi substansinya kan apresiasi kepada siswa berprestasi," tuturnya.
Dukungan moral juga diberikan dinas pendidikan (disdik). Kepala Disdik, Achmad Hidayat, menilai kemenangan pidato (bilingual) yang diraih Pamekasan menguatkan hasil riset. Dalam riset disdik, penguasaan bahasa asing siswa menunjukkan tren positif. Ada siswa yang lebih lancar berbahasa Inggris dibanding bahasa ibunya. "Semoga siswa yang lain termotivasi untuk menguasai bahasa asing," dia berharap. (ABRARI)
Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 30 Oktober 2009
Label: humaniora, iniyatul jannah, juara, pendidikan, pidato
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda