A. Taufik, Pelajar Yang Jadi Tukang Tambal Ban
Pengin Jadi Sarjana Teknik, Nabung untuk Biaya Kuliah
Demi mencapai asa, apa pun bisa dilakukan. Seperti yang dilakukan A. Taufik, pelajar SMK 2 Pamekasan. Setiap pulang sekolah dia langsung ke bengkel tambal bannya untuk mengais rezeki.
PELUH tampak masih membutir di keningnya saat remaja itu baru tiba di bengkelnya di Jalan Kabupaten. Dengan seragam lengkap plus tas yang masih melilit dipinggangnya, Taufik-sapaan akrabnya-langsung beraktivitas.
Ketika itu, jarum jam menunjuk pukul 13.15. Putra pasangan Rosidi-Mutmainah ini baru saja memarkir sepeda anginnya yang terlihat kusut. Saat seorang pengendara datang di hadapannya, nafas Taufik masih terlihat tersengal.
Tak lama berselang, seorang pengendara datang. Tentu saja, ia menjadi pertanda rezeki bagi Taufik. Masih dengan seragam lengkap, putra kedua dari tiga bersaudara tersebut membuka kotak ajaibnya yang berisi peralatan tambal ban. "Bocor di mana Pak," basa-basi Taufik bertanya kepada pemilik kendaraan.
Tidak membutuhkan waktu lama, ban belakang yang kebetulan bocor telah ditambal dengan dipanasi menggunakan alat serba manual. Setelah itu, dipasang kembali dengan penuh hati-hati.
"Berapa Dik," tanya pemilik motor. "Empat ribu Pak," jawab Taufik. Pada dasarnya, dia mengaku tidak pasang harga pas, melainkan mengikuti harga pasaran. "Kalau yang bersangkutan punya Rp 3 ribu saya ambil," tuturnya.
Menjadi tukang tambal pastilah bukan cita-cita Taufik. Meski kini dia bekerja kasar, Taufik tetap bertekad akan merengkuh gelar sarjana teknik (ST). "Saya pengin jadi ahli mesin," katanya penuh semangat.
Kenapa jadi tukang tambal ban? Taufik menegaskan, pekerjaan sampingan tersebut merupakan batu loncatan untuk biaya kuliah kelak setamat SMK. "Kalau sejak sekarang tidak menabung, untuk biaya kuliah pasti kesulitan. Sebab, orangtua saya bukan termasuk orang kaya," tuturnya.
Sekilas, Taufik memang tidak minder. Meskipun setiap hari teman sekolahnya sering melintas depan bengkelnya, Taufik tetap gigih dengan pekerjaannya. (NADI MULYADI)
Sumber: Jawa Pos, Jum'at, 30 Januari 2009
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda