Tumbuhkan Kesadaran Bahaya Merokok
Itulah kesimpulan umum dari Seminar Sehari Bahaya Rokok yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Pamekasan, Kamis (17/12) lalu, di Ruang Pertemuan SMKN 3 Pamekasan. Seminar yang dibiayai dari dana Bagi hasil Cukai (BHC) tahun 2009 itu diikuti oleh berbagai elemen masyarakat. Selain mendatangkan pemateri pakar kesehatan dari Dinas Kesehatan Jatim, juga mendatangkan pakar hukum agama dari STAIN Pamekasan.
Selain seminar, kegiatan lain yang juga didanai dari dana bagi hasil cukai adalah melakukan sosialisasi bahaya rokok melalui penyebaran spanduk, poster, baliho dan sebagainya. Juga melalui siaran media elektroknik, termasuk talk show di berbagai radio.
Sosialisasi dan penetapan kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah dan pesantren, serta pembangunan smoking area sebanyak 19 buah, di antaranya di terminal, rumah sakit, Kantor Pos, Puskesmas dan kantor milik pemerintah lainnya.
Kepala Bidang Pengembangan Sumberdaya Kesehatan Dinas Kesehatan Pamekasan, Drs HM Ismail Bey Apt MSi, mengatakan sulit melarang masyarakat Pamekasan untuk tidak merokok. Selain merokok menjadi kebiasaan masyarakat, tembakau juga menghasilkan cukai yang cukup besar dan selama ini pula tembakau telah menjadi mata pencaharian utama sebagian warga Pamekasan.
“Satu sisi merugikan kesehatan, namun di sisi yang lain menjadi penghasilan masyarakat. Karena itu, saya setuju dengan kesimpulan seminar kemarin bahwa tidak perlu mempersoalkan hukum merokok. Mari kita ambil sisi yang lain bahwa untuk mengurangi rokok dengan mengatakan bahwa rokok jelas merugikan kesehatan dan ekonomi masyarakat,” katanya.
Yang dibutuhkan, kata Ismail Bey, masyarakat memahami bahwa merokok merugikan. Selain itu, perlu upaya untuk bisa memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang selama ini menjadi prioritas pemerintah. Dari 10 unsur PHBS, salah satunya hidup tidak merokok. Selain itu, juga perlu upaya pemanfaatan tembakau untuk produk non rokok.
“Mari kita gunakan momentum Tahun Baru Hijriyah 1431 H ini untuk tidak merokok. Untuk memulainya harus dari para pejabat pemerintah selaku penentu kebijakan atau pihak terkait lainnya, misalnya komite kesehatan, tenaga kesehatan, maupun komunitas pemerhati kesehatan,” paparnya.
Saat ini Indonesia berada pada peringkat kelima dunia dalam hal pengguna rokok. Di tingkat Asia Tenggara, Indonesia pengguna rokok terbesar. Secara ekonomi, rokok juga merugikan karena pemasukan dari cukai rokok lebih kecil dibanding dana yang dikeluarkan untuk konsumsi dan mengatasi dampak negatif rokok, yang mencapai 7,5 kali dari dana bagi hasil cukai yang diterima negara.
Kendala utama mengurangi kebiasaan merokok karena masyarakat masih menjadikan tembakau sebagai komoditas pertanian andalan. Pada saat yang bersamaan juga masih banyaknya pejabat belum memberi contoh menghentikan kebiasan merokok. Solusinya adalah mengupayakan diversifikasi pemanfaatan tembakau untuk non rokok, juga perlunya kesadaran para pejabat publik untuk tidak merokok sebelum menyarankan orang lain tidak merokok.
“Soal diversifikasi pemanfaatan tembakau untuk non rokok, misalnya, bisa dipakai untuk minyak atsiri, pestisida maupun untuk kebutuhan kosmetik dan farmasi. Yang perlu kita tekankan juga adalah apakah para pejabat mau memberi contoh untuk tidak merokok? Nah, inilah di antara persoalan kita. Tapi, saya yakin itu akan bisa kita dilakukan selama ada upaya,” ujarnya.
Untuk itu, Ismail Bey memberikan beberapa tips untuk bisa berhenti merokok, antara lain bersihkan rumah dari atribut rokok. Bersabar jika dalam proses berhenti merokok ada perselisihan dengan keluarga. Memberi ucapan selamat pada keluarga yang berhenti merokok. Berhenti merokok sama dengan kehilangan sahabat, karena itu harus berusaha menggantikannya. Mengajak keluarga pada kesibukan pada waktu biasa merokok untuk mengurangi gejala ketagihan. Bagi guru sebagai pendidik dan penggerak masyarkat sangat dibutuhkan kepeduliannya untuk membantu program ini baik bagi siswa maupun masyarakat luas. (adv)
Sumber: Surabaya Post, Rabu, 23 Desember 2009
Label: bahaya merokok, humaniora, lingkungan hidup, pamekasan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda