Kerapan (Masih) Luar Biasa
Kerapan sapi dan kesenian pendukungnya masih memukau. Sekitar 500 dokter anak se Indonesia kemarin betah berpanas ria di Alun-Alun Selatan Bangkalan untuk melihat langsung olahraga dan seni tradisional khas Madura itu.
Rombongan dokter itu kunjungan wisata Bangkalan ke dalam rangkaian acara Kongres Ikadan Dokter Anak Indonesia (IDAI) XIV di Surabaya. "Alhamdulillah, kita berhasil mengajak mereka ke Bangkalan. Apalagi yang kita tawarkan yakni kerapan sapi sudah tidak perlu diragukan lagi," ujar dr Hamid Nawawi, anggota IDAI asal Bangkalan.
Hamid yang ditunjuk sebagai panitia pelaksana kunjungan wisata berusaha mengemas kerapan sapi secara lebih baik dan menarik. Selain kerapan enam pasang sapi, panitia Bangkalan menyajikan beberapa bentuk kesenian, baik berupa tarian maupun musik.
Sebelum rombongan yang dibawa 11 bus pariwisata itu datang, musik por-campor mulai mengalun sejak pagi hari. Ada kejungan (kidungan) Madura. Saat rombongan datang, mereka disambut saronen.
Setelah itu enam pasang sapi kerap dikirab keliling lapangan. Namun, prosesi kirab sempat terganggu ketika puluhan wisatawan yang berada di atas tribun berebut turun untuk berfoto di dekat sapi kerap yang tampak gagah.
"Biar saja. Yang penting pelayanan kita pada tamu-tamu kita maksimal. Mereka harus pulang dengan perasaan gembira sehingga bercerita pada rekan-rekannya," ujar dr Hamid
Usai kirab, dilanjutkan tarian pecut yang dibawakan secara kolosal oleh sekitar 75 penari dari sanggar Tarara Bangkalan. Mereka menceritakan segala proses kerapan sapi dari perawatan, persiapan kerap, pelaksanaan hingga pesta kemenangan dalam bentuk olah tari.
Sebelum acara inti kerap dilaksanakan, Bupati Bangkalan Fuad Amin menyampaikan sambutan selamat datang yang dibacakan oleh Sekkab H Sudarmawan. Dikatakan, pemkab merespons positif kepercayaan panitia Kongres IDAI memilih Bangkalan menjadi tujuan wisatanya.
"Selamat datang di Bangkalan. Inilah kebudayaan kami rakyat Madura yang tak ada duanya," ujarnya.
Meski kerapan sapi baru dilaksanakan setelah azan duhur, namun para dokter anak itu tetap tidak mau beranjak dari lapangan. Mereka bahkan berebut berada di garis start dan finish untuk melihat langsung sapi yang dikerap.
"Ternyata kerapan sapi memang luar biasa Mas. Anak-anak maksa untuk bisa dekat dengan sapinya. Padahal, saya takut nih," ujar salah seorang dokter asal Jakarta yang membawa kedua putranya dalam acara wisata kemarin.
Setelah disuguhi kerapan sapi, rombongan IDAI diajak ke Pendapa R Pratanu untuk menikmati makan siang berupa segala masakan khas Madura. Mereka mencicipi, topa' ladhah, soto Madura, sate, tajin Sobih, dan beberapa masakan dan minuman lainnya khas Bangkalan. Mereka juga disediakan segala kerajinan dan produk unggulan untuk bisa dijadikan oleh-oleh pulang. (ale/mat)
Sumber: Jawa Pos, Senin, 07 Juli 2008
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda