Ada PSK di Taman Bunga

Kabar PSK (pekerja seks komersial) di sekitar taman bunga bukan isapan jempol. Buktinya, sejumlah wartawan yang cangkruk di taman ini menemukan PSK berkeliaran. Para PSK itu menunggu "pemakai" yang kerap datang di paruh malam.

Berdasarkan pantauan di taman ini, para SPK biasanya duduk di kursi beton. Selain itu, ada PSK yang duduk lesehan di atas rumput. Sesekali mereka dihampiri lelaki. Diduga, lelaki yang mendekati PSK itu sebagai 'pemakai'. Setelah harga disepakati lelaki itu pun menghilang disusul PSK.

Seorang PSK, Bunga (30) kepada wartawan mengaku sudah biasa menjajakan 'barang berharga' yang menempel padanya. Dia mengaku patok harga sebesar Rp 50 ribu. Itu pun tidak termasuk sewa kamar dan harus tanpa perantara. Ibu dua anak itu mengaku naikkan tarif jika ada perantara. "Yang jualan di sini biasanya langsung kok," paparnya.

Perempuan itu mengaku "jualan" karena tidak punya pekerjaan lain. Selain itu, dia mengaku terdesak kebutuhan. Apalagi, katanya, dua anaknya saat ini sedang sekolah di Surabaya. Awalnya, dia cerita masuk ke lembah maksiat ini karena ditinggal mati suaminya. Sebab dua tahun lalu, suaminya mendapat musibah kecelakan dan nyawanya tak tertolong. "Tak tahu lagi harus bekerja apa," tutur perempuan yang mengaku dari arah barat laut Kota Sumenep ini.

Hal yang sama disampaikan Melati (35). Menurutnya, pekerjaan sebagai PSK dia akui nelangsa. Selain dicibir banyak orang dia mengaku kerap diuber trantib. Jika mujur, perempuan berambut ikal itu membawa pulang Rp 1 juta/minggu. Tetapi jika sepi pelanggan, Melati hanya membawa pulang uang sekitar Rp 500 ribu.

Dia menambahkan, pekerjaannya sebagai PSK telah memberinya dua motor. Satu unit motor dia gunakan sendiri dan motor lainnya dipakai anaknya. Perempuan asal kecamatan paling timur Sumenep ini pilih kos di sekitar Kota Sumenep. Alasannya, kos merupakan cara yang paling aman agar prilakunya tidak diketahui keluarganya. Bahkan perempuan ini katakan bekerja di sebuah toko kepada anak dan suaminya. "Kalau ketahuan (suami) saya bisa dicerai," katanya terbata-bata.

Waka Komisi A Fajar Hari Pontoh menilai PSK di taman bunga sebagai lagu lama. Berdasarkan informasi, katanya, PSK agak ramai ketika musim tembakau. Tetapi di luar musim tembakau, PSK surut dari taman bunga. Selain itu, katanya, aparat terkait sudah bertindak dengan baik. Misalnya, dia contohkan, aparat pol PP menertibkan PSK dari taman bunga. Selain mengganggu, Pontoh menganggap PSK mengganggu dan melanggar perda. "Kalau begitu (ada PSK) berarti aparatnay harus lebih tegas," sarannya.

Kasi penegakan perda Abd Hadi mengaku sudah patroli di sekitar taman bunga. Menurutnya, Satpol PP setiap malam lakukan sweeping. Menurutnya, aparat Satpol PP bertekad bersihkan PSK dari arela taman bunga. Dia akui PSK mengganggu ketertiban umum dan melanggar perda. Karenanya, aparat Satpol PP akan menegakkan Perda dan menangkap PSK yang terjading operasi. (abe)

Sumber: Jawa Pos, Senin, 19 Mei 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda