Pondok Pesantren Al Kautsar Lawangan Utara

Tanamkan Aqidah, Bina Santri dengan Manajemen Zikir

Pondok pesantren (Ponpes) Al Kautsar, berada di Lawangan Daja, Kecamatan Pademawu, pinggiran Kota Pamekasan. Memasuki pesantren ini seperti hadir di pondok salaf. Sebab, santri menghuni bilik-bilik bambu yang mirip deretan gardu. Tetapi di belahan pekarangan pesantren lainnya, terdapat lembaga pendidikan serupa TK, SMP, dan SMA. Di pondok ini, santri mendapat pelajaran zikir dan pembentukan moralitas.

Sepintas, Al Kautsar tak nampak sebagai pondok pesantren. Sebab, tanah pekarangan pesantren tanpa pagar dan menyatu dengan warga sekitar. Di bagian tengah pekarangan, ada sebuah musala yang menjadi pusat kegiatan pengajian kitab dan zikir. Di dekat musala terdapat TK, SMP, SMA, dan MD (madrasah diniyah).

TK sampai SMA di ponpes ini mengikuti kurikulum konvensional. Sedangkan MD dan pengajian kitab bermuatan lokal pesantren. Di antaranya, ada kegiatan berzikir, penguatan aqidah, syariah, dan akhlakul karimah. Pada kegiatan zikir, santri taqarrub sambil membaca lafal tariqah qadiriyah naqsabandiyah Suryalaya. Untuk penguatan syariah, santri mendapat bimbingan beribadah sesuai ajaran syariat. Sedangkan membiasakan berbudi pekerti luhur, santri menerima ilmu al akhlaq dan wajib merealisasikan setiap hari.

Pesantren ini lahir di era 80-an. Sebagian santri sekolah (formal) di lembaga di bawah yayasan Al Kaustar. Sebagian lainnya, santri memilih sekolah di luar pesantren. Pengasuh ponpes Al Kaustar KH Athorid Siraj memberi kebebasan bagi santrinya untuk sekolah di luar atau di dalam Al Kautsar. Tetapi sebagai santri di ponpes Al Kaustar, pesantren telah menggariskan aturannya yang sebisa mungkin tidak dilanggar santri. Misalnya, santri wajib salat berjamaah yang dilanjutkan dengan zikir bersama.

Pesantren ini agak berbeda dengan yang lain. Buktinya, pesantren sangat respek untuk mengkampanyekan narkoba. Pengasuh pondok menganggap pecandu narkoba sedang menderita kedangkalan aqidah, syariah, dan akhlaqul karimah. Athorid menganggap pecandu narkoba pantas disembuhkan. Baik secara medis maupun spiritualitas. Karena Al Kaustar memiliki gerakan spiritualitas dalam laku zikir, santri dijauhkan dari narkoba dengan taqarrub dan berzikir berjamaah. "Saya kira semua tahu bahwa remaja saat ini kering moralitas," katanya.

Pria asal Karangcempaka, Bluto, Sumenep ini menganggap pendidikan tak hanya berlangsung secara tatap muka. Selain berada di kelas dan mengaji kitab di musala, pesantren kampanye lewat pamflet. Hampir semua ruang kosong di dinding luar bangunan sekolah/pondok tertulis kalimat bijak. Di antaranya, tulisan yang digantung di depan ruang guru terdapat seruan moral agar zikir dilandasi ruhani. Dengan kekuatan ruhaniyah, jasmaniyah manusia tak akan mudah rapuh. "Zikir mengandung proses penyembuhan bagi penderita penyakit," jelasnya.

Lelaki yang memilih netral dalam politik ini meyakini zikir dapat menjadi rambu-rambu bagi siapapun. Dengan zikir, dia yakin santri akan merasa dekat dengan tuhan. Karena merasa dekat dengan tuhan, Athorid percaya santri takut melampaui kewajaran atas dirinya sebagai hamba. Tetapi bila santri melakukan religiusitas secara terpaksa, dia yakin santri semakin jauh dari yang dicapainya. "Jika kita ikhtiar, tawassul, dan tawakkal, Insya-Allah kehendak kita terkabul," paparnya. (ABRARI)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 06 Des 2007

Label: , , ,