Pondok Pesantren Tarekat As Sadiliyah Bancaran

Tak Ajarkan Ilmu yang Belum Dikerjakan Pengasuhnya

Di wilayah Kabupaten Bangkalan, Pondok Pesantren (Ponpes) As Sadiliyah merupakan "rujukan" bagi mereka yang mendalami aliran tarekat. Itu karena pengasuhnya adalah ketua Jamiyah Tarekat Al Mubarok Bangkalan.

Bancaran merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Kota Bangkalan. Lokasinya berada persis di utara Kota Bangkalan. Di salah satu sudut kelurahan dimaksud, berdiri Ponpes As Sadiliyah yang diasuh oleh KH Abd. Wahab Jazuli. Pengasuh ponpes yang satu ini dikenal luas tak mau bersentuhan langsung dengan dunia politik.

Ditilik dari jumlah santri yang menetap, (mukimin), As Sadiliyah tergolong pesantren kecil. Sebab hanya dihuni 22 santri. Yakni 15 laki-laki dan 7 perempuan. Meski begitu, para santri yang mengaji di pondok seluas 3850 m2 ini merupakan santri jempolan. Ini karena mereka betul-betul memiliki niatan yang kuat untuk mendalami ilmu tarekat.

Terkait jumlah santrinya ini, pengasuh Ponpes As Sadiliyah melalui Ketua Yayasan Ponpes As Sadiliyah, H Masduki sempat berkelakar. "Santri yang menetap memang hanya 22 orang. Sedang yang tidak tetap ribuan. Kalau tidak percaya, Anda bisa lihat pada pengajian rutin minggu pagi," ujar H Masduki.

Benar saja, Minggu (19/10) lalu halaman pondok pesantren As Sadiliyah yang berlokasi di sisi barat ruas Jalan Raya Bancaran penuh sesak. Yang hadir pun dari beragam kalangan. Mulai masyarakat awam, tokoh masyarakat, ulama hingga pejabat negara. Ini karena di tengah-tengah jamaah, terlihat Wakil Gubernur Jawa Timur H Soenarjo yang didampingi Bupati Bangkalan RKH Fuad Amin.

Kehadiran mereka di pondok pesantren yang berdiri tahun 1997 ini dalam rangka mengikuti Haul Akbar tokoh tarekat asal Maroko, Syech Ali Hasan Assadily yang ke 620. Kebetulan di Bangkalan, Ketua Jamiyah Tarekat Al Mubarok tak lain adalah pengasuh ponpes As Sadiliyah, KH Abd. Wahab Jazuli.

Dari sisi makna kata, Mubarok berarti ada sambungan atau sanadnya hingga ke Rasullah dan tidak menyimpang. Di Indonesia, jumlahnya hanya 42, dan di Kabupaten Bangkalan hanya ada enam.

Yang cukup menarik, acara yang dihadiri sekitar 3 ribu orang tersebut merupakan yang pertama kalinya digelar. Ini tak karena KH Abd. Wahab Jazuli dianjurkan oleh ketua seluruh ajaran tarekat di Indonesia, Al Habib M. Lutfi Bin Yahya untuk menggelar haul akbar tersebut.

Dalam pengajian rutin mingguan, biasanya dibuka dengan wacana tanya jawab dengan jamaah. Utamanya terkait ibadah dan keseharian yang dirasakan langsung oleh para jamaah.

Kusus santri mukimim, kesehariannya mendapat ilmu dari para ustad yang ditunjuk. Namun tak jarang juga menerima ilmu langsung dari sang pengasuh, KH Abd. Wahab Jazuli.

Setiap harinya, KH Abd. Wahab Jazuli memiliki jadwal mengajar yang cukup padat. Usai salat Subuh membaca wiridan tarekat. Selepas salat Dluhur mengajar ilmu fiqhdan ilmu hadist. Sedang selesai salat Ashyar memberi pelajaran baca kitab Syafiinah. Setelah salat Maghrib mengajar Alquran. Serta, usai salat Isya’ memberi materi pelajaran kitab sullam atau tasawuf.

Selain santri, ponpes As Sadiliyah juga kerap dikunjungi ulama-ulama lokal yang berniat mencari rujukan ke pengasuh. Seperti dalam hal hukum Islam dan penetapan hukum Islam. Sedangkan masyarakat pun juga banyak yang melakukan konsultasi bidang keagamaan, baik yang datang langsung ke pondok maupun lewat telepon.

Sebagai seorang penganut ajaran tarekat yang inti ajarannya ialah jalan menuju kebersihan hati, KH Abd. Wahab Jazuli memiliki keyakinan bahwa apa yang diajarkannya tersebut merupakan pengalaman pribadi alias sudah dijalaninya. "Kalau saya memberi ilmu pada jamaah, berarti ilmu itu pernah saya amalkan. Kalau saya sendiri belum pernah menjalaninya, tidak akan saya sampaikan ke orang lain dan jamaah," tutur KH Abd. Wahab Jazuli.

Pada siapa saja ilmu ini diberikan? "Ilmu ini akan saya berikan pada orang yang tidak membutuhkan dan membutuhkan. Dan yang membutuhkan itu juga ada dua, pada dirinya sendiri dan untuk diberikan pada orang lain," tukas suami Hj Sakiyah ini.

Dari ajaran yang diberikannya pada para santri dan masyarakat yang membutuhkan adalah sikap amanah. Yakni amanah dalam segala bidang utamanya pada Allah SWT (RUSLI DJUNAIDI)

Sumber: Jawa Pos, Selasa, 20 Nov 2007

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda