Warga Tak Nikmati Hasil Gas

Masyarakat sekitar eksploitasi gas Santos di sumur gas Wortel tetap saja miskin

Tumpuan masyarakat Sampang yang menggantungkan harapan dari hasil produksi gas dari lapangan gas blok Wortel yang berada di lepas pantai offshore Camplong, dikelola oleh Santos Madura Offshore Pty Ltd belum sepenuhnya dapat nikmati, karena dinilai pembagiannya masih jauh dari rasa keadilan masyarakat. Padahal dalam waktu dekat sumber gas tersebut akan berproduksi dengan potensi mencapai 50 juta kaki kubik per hari(mmscfd/million metric standard cubic feet per day).

Ironisnya, hasil kekayaan alam sumber gas sumur Wortel yang mencapai 164 juta dollar AS itu, ternyata tetap tidak merubah kondisi ekonomi warga pesisir pantai Camplong yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Rata-rata mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan, serta tinggal di kawasan pemukiman kumuh padat penduduk.

Winarno, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Sampang, pun lantang berteriak memperjuangkan pembagian gas yang adil. Mengingat Sampang sebagai daerah penghasil eksploitasi sumber gas itu hanya bisa gigit jari, hanya bisa melongo tanpa memperoleh hasil yang jelas. Justru malah Pasuruan yang mendapatkan hasil dari kegiatan usaha hilir pengolahan gas.

"Hasil produksi gas sumur Wortel sebesar 50 mmscfd dibawa lari Santos untuk diolah di Fasilitas Pengolahan Darat (Onshore Processing Facilty/OPF) di Grati, Pasuruan. Padahal sudah sejak lama kita berteriak meminta kepada pemerintah pusat dan Pemprov Jatim agar segera dibangunkan industri pengelohan gas. Sehingga masyarakat akan bisa menikmati dampak positifnya secara langsung, paling tidak akan tercipta iklim ekonomi di sektor migas, serta peluang penyerapan tenaga kerja lokal. Namun sayangnya tuntutan kami tidak pernah didengarkan," ujar Winarno dengan nada kecewa, dihubungi Senin (30/1).

Winarno menyatakan, pembentukan PT Sampang Mandiri Perkasa (SMP) yang menjadi anak perusahaan dari holding company PT Geliat Sampang Mandiri (GSM), memang menerima jatah gas sebesar 17 mmscfd. Tetapi tambahnya, bukan bagian dari bentuk kompensasi, karena BUMD yang bergerak dibidang migas itu harus membeli dari pihak Santos Pty Ltd.

"Kami tak ingin hanya sekedar menjadi tuan rumah yang baik, tapi juga berharap agar dapat berkiprah dalam kegiatan eksploitasi migas. Sehingga kami bersikeras menuntut Pemprov Jatim mengubah aturan yang lebih berpihak terhadap kepentingan daerah," tegasnya

Sementara itu, Arie Novel, Manajer Operasional Santos Pty Ltd, mengatakan, pembagian gas itu sudah menjadi kewenangan BP Migas, karena pihaknya hanya sebatas melaksanakan kegiatan hulu eksploitasi migas di lepas pantai Camplong.

"Pembagian hasil produksi gas yang mencapai 50 (mmscfd) itu akan dipasok ke Indonesia Power sebanyak 30 mmscfd, PT Sampang Mandiri Perkasa (SMP) menerima jatah sebesar 17 mmscfd, sedangkan BUMD Pasuruan mendapatkan 3 mmsçfd," jelas Arie.

Menurut Arie, sumber migas sumur Wortel merupakan sebuah harapan besar bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Mengingat lokasinya sudah sepenuhnya milik Sampang, sehingga akan mendapatkan dana bagi hasil migas lebih besar dibandingkan daerah lain.

"Selain itu pemberian bantuan dana Community Development (CD) dari hasil produksi lapangan Oyong sudah berjalan sejak 2008 lalu," tukasnya. (rud)

Sumber: Surabaya Post, Senin, 30/01/2012

Label: , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda