Sapeken Terancam Lumpuh
Perekonomian masyarakat Kepulauan/Kecamatan Sapeken terancam lumpuh. Penyebabnya, pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke kecamatan tersebut selama beberapa hari ini terhenti sehingga BBM di kepulauan itu langka. Padahal, BBM khususnya solar merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat yang 90 persen berprofesi sebagai nelayan.
Kosongnya persediaan BBM solar tersebut, menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak dapat menjalani aktivitas pekerjaannya. Hal itu diungkapkan enam Kepala Desa (Kades) di Kecamatan Sapeken, ketika mengadu ke anggota Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep, Kamis (5/11).
Kades Pagerungan Kecil, Erfan Makmur, yang menjadi juru bicara dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, kelangkaan BBM sudah terjadi hampir sepekan lamanya. Dia menceritakan, penyebab kelangkaan BBM dikarenakan kapal yang mengangkut BBM milik warga ditangkap aparat Polair. ”Tiga kali kapal pengangkut BBM milik warga yang selama ini menjadi suplaier BBM ditangkap,” katanya.
Akibatnya, lanjut Erfan, tak ada pasokan BBM ke pulau tersebut selama beberapa hari ini. Sebenarnya warga tidak mempersoalkan penangkapan kapal tersebut, namun mereka meminta ada solusi untuk kelancaran pasokan BBM. Karena itu, Erfan bersama Kades lainnya mengadu kepada anggota dewan agar wakil rakyat tersebut mencarikan solusi bagaimana kebutuhan BBM di Kepulauan Sapeken cepat terpenuhi.
”Jika dalam waktu dekat ini tidak ada BBM yang dikirim ke pulau, kami yakin perekonomian masyarakat di Sapeken akan lumpuh. Sebab, BBM solar menjadi kebutuhan yang sangat penting di Sapeken,” katanya.
Erfan mengungkapkan, dari 31 ribu penduduk Kecamatan Sapeken, 90 persen berprofesi sebagai nelayan. Dalam setiap hari, per nelayan membutuhkan BBM solar sebanyak 50 liter. ”Jika masyarakat kami tidak berlayar, maka pendapatan mereka akan hilang,” tegasnya.
Saat ini, lanjut Erfan, harga solar di Sapeken mencapai Rp 8 ribu per botol (tidak sampai 1 liter) dari sebelumnya Rp 6 ribu. Kelangkaan itu juga terjadi pada minyak tanah. Harga minyak tanah yang sebelumnya Rp 5 ribu per liter, kini menjadi Rp 7 ribu per liter. ”Saat ini warga di sembilan desa di Sapeken sulit mendapatkan solar dan minyak tanah, karena sudah langka,” ungkapnya.
Dia meminta Pemkab Sumenep segera mencari solusi, guna mengatasi kelangkaan BBM di Sapeken. Masyarakat Sapeken mengusulkan adanya agen premium, minyak, dan solar (APMS) yang ditunjuk Pertamina untuk memastikan stok BBM di Sapeken selalu ada. Selama ini, stok BBM di Sapeken dipasok oleh pedagang setempat yang membeli BBM di Sumenep daratan.
Desakan pembentukan APMS juga diungkapkan anggota dewan asal Sapeken, H. Moh. Ali. Dia mengatakan, pemkab harus melakukan upaya penanganan jangka pendek maupun jangka panjang. ”Untuk jangka pendek, kita meminta instansi terkait mengupayakan pengiriman BBM ke Sapeken. Sedangkan jangka panjangnya adalah pembentukan APMS,” ujarnya.
Di kepulauan, lanjutnya, baru ada dua APMS, yakni di Kecamatan Masalembu dan Kangean. Namun, jarak dua pulau tersebut dari Sapeken sangat jauh. ”Agar tidak terjadi kelangkaan, maka perlu dibangun APMS di Sapeken,” tandasnya. (iir)
Sumber: Surabaya Post, Jumat, 6 Nopember 2009
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda