Kota Kamal Pun Sepi

Penjual Buah-buahan di Dermaga Kamal yang Terimbas


Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) diperkirakan April 2009 operasional. Kalau itu terjadi bakal banyak perubahan di Kota Kamal, Madura, yang denyut nadinya mengandalkan keramaian pelabuhan.

Hiruk pikuk dan antrean panjang pada malam Tahun Baru 2009 bakal tak terjadi lagi di Dermaga Kamal ketika jembatan Suramadu selesai. Sebab sepeda motor, mobil, dan truk lebih memilih menyeberang lewat jembatan yang lebih cepat hanya lima menit. Hanya penumpang tanpa kendaraan saja yang masih memakai feri.

Kota Kamal, Madura, bakal sepi sebab kota ini berkembang karena ada keramaian pelabuhan. Toko, warung, rumah makan yang berderet di pusat kota dibangun untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Begitu juga terminal ada karena denyut nadi pelabuhan yang ramai saban hari.

Karena itu dapat dibayangkan bagaimana kondisi Kamal ketika arus penumpang pelabuhan kian sepi?

Para pemilik toko dan pedagang sudah mengetahui jembatan Suramadu yang terlihat jelas dari Dermaga Kamal menjadi ancaman usahanya. Ada sebanyak 35 orang penjual buah-buahan di stan dermaga Kamal Barat menjual salak, apel, anggur, dan lainnya.

"Saya sudah mendengar sebentar lagi jembatan Suramadu sudah selesai. Berarti nanti di dermaga ini akan sepi. Ini menambah susah bagi saya dan teman-teman penjual buah di pelabuhan," ujar Buk Mar’a, Jumat (2/1) pagi tadi.

Kebetulan orang yang menyeberang di dermaga Kamal, hari ini tidak terlalu ramai. Terlihat ada satu orang yang membeli buah–buahan di stannya. Sedang di stan buah lainnya tidak ada orang yang membeli.

"Biasanya yang membeli orang baru turun dari mobil penumpang. Kalau mereka ingin buah, membeli di sini," ujarnya.

Dia belum bisa membayangkan bila dermaga sepi. "Sejak pelabuhan ini ada, saya dan teman-teman lainnya berjualan buah di sini. Semula berjualan di pelataran parkir, sekarang pindah di stan. Dulu tidak bayar berjualan di pelataran parkir, sekarang sewa stan ini," terangnya.

Di lingkungan dermaga Kamal, juga berderet orang berjualan suvenir, VCD, pakaian. Yang paling banyak pedagang yang berjualan buah-buahan. "Penjual pakaian hanya menunggu pembeli dari penumpang kapal feri yang jalan kaki lewat stan ini. Jarang pengendara kendaraan mampir membeli pakaian," ujar Dewi, seorang pemilik stan pakaian.

Ada sebagian di deretan stan bagian utara dermaga Kamal, yang berjualan makanan olahan. "Yang membeli makanan di sini, biasanya orang yang baru turun dari kapal feri. Sebelum naik mobil angkutan di terminal, mereka mampir makan. Ada juga orang yang baru turun dari mobil. Sebelum naik kapal feri mereka makan dulu," ujar Buk Salma, salah seorang penjual nasi campur.

Dia akan tetap berjualan di dermaga Kamal, meski nantinya sepi setelah jembatan Suramadu dioperasikan. "Mau jualan di mana lagi. Saya sudah lama jual makanan di pelabuhan. Kalau yang membeli sepi, persediaan makanan dikurangi saja. Apa kalau dermaga sepi, kita tidak jualan, mau makan apa? Para pembeli makanan di sini, para penumpang," harapnya.

Ada pula puluhan orang yang berjualan makanan kecil di pelataran parkir dermaga Kamal barat. Seperti penjual tahu keliling, jumlahnya 30 orang.

"Ada 30 orang yang hanya berjualan tahu di sini. Kebetulan hari ini hanya ada beberapa orang saja, karena sepi. Teman–teman tidak ke luar berjualan," kata Solikan, asal Jombang ini.

Setiap hari dia harus bolak-balik Jombang – Kamal, hanya untuk mengais rezeki berjualan tahu. Rata-rata dia membawa sekitar 200 buah tahu matang.

Di Kamal dia termasuk teman-temannya langsung menjual pada pengguna jasa yang mau naik kapal atau turun kapal. Tahu yang dijual Rp 1.000/buah, tidak meski laku semua setiap hari.

"Setiap hari mesti ada sisanya. Tetapi itu penghasilan dari berjualan tahu cukup untuk makan dan keperluan lainnya," terangnya.

Para penjual tahu juga penjual makanan kecil lainnya, merasa senang bila ramai di dermaga Kamal. Biasanya menjelang Lebaran. Pada saat itu banyak warga Madura yang toron. Begitu pula pada saat arus balik, dermaga Kamal ramai.

"Bukan hanya penumpang pejalan kaki yang membeli tahu. Tetapi pengendara kendaraan bermotor, biasanya penumpangnya turun membeli tahu," terangnya.

Bagaimana bila jembatan Suramadu beroperasi? Dia termasuk teman seprofesinya tidak tahu harus berjualan di mana. Sebab bila jembatan Suramadu beroperasi, pengguna jasa kapal feri terutama kendaraan bermotor tidak naik kapal feri menyeberang ke Surabaya atau pengendaradari Surabaya ke Madura. Pengendara akan lewat jembatan yang lebih cepat menyeberang daripada naik kapal feri.

“Kita akan mencari tempat lain yang ramai. Kalau saat ini jualan menetap di dermaga Kamal, nantinya saya akan pindah tempat. Di mana ada keramaian, berjualan tahu,’’ terang penjual tahu yang sudah 10 tahun berjualan di Dermaga Kamal.

Hal serupa yang disampaikan penjual buah dorongan. “Sudah pasti, di sini nantinya akan sepi bila jembatan Suramadu dibuka. Orang – orang terutama pemilik kendaraan bermotor akan memilik lewat di jembatan," ujar Nasir, seorang penjual buah dorongan.

Penjual onde – onde juga mengakuinya. Setali tiga uang dengan penjual tahu atau buah. Ada sekitar 20 orang penjual onde – onde atau panganan kecil lainnya.

“Ya tetap jualan di sini mas. Kan masih ada penumpang yang naik kapal feri. Toh yang membeli onde–onde saya, rata – rata penumpang pejalan kaki," terang Buk Siti.

Dari pantauan di lapangan, yang membeli makanan di pelataran parkir, seperti onde – onde, tahu, sebagian besar para penumpang kapal feri pejalan kaki. (Kasiono) bersambung)

Sumber: Surabaya Post, Jumat, 2 Januari 2009

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda