Kecewa Kongres Bahasa Madura
Tim Pembinaan Bahasa Madura (Nabara) dan Penyelamat Bahasa Madura Anjala Sotra kecewa terhadap pelaksanaan Kongres Bahasa Madura (BM). Pasalnya, pelaksanaan kongres tersebut terkesan sangat Pamekasan centries.
Kekecewaan tersebut disampaikan tim Nabara dan Penyelamat BM Anjala Sotra di Labang Mesem Keraton kemarin. Mereka menilai, hasil Kongres BM di Pamekasan tidak mewakili seluruh aspirasi budaya Madura.
Menurut Wakil Ketua Tim Nabara Nurul Hamzah, kongres merupakan keputusan tertinggi untuk menetapkan ejaan yang disempurnakan (EYD). "Tapi kenyataannya, pertemuan itu mengabaikan anasir kongres. Bahkan, tim Sumenep dieliminasi saat merumuskan hasil kongres," protesnya.
Nurul menjelaskan, EYD termasuk salah satu agenda yang bakal dibahas dalam Kongres BM 15-18 Desember 2008 lalu. "Tapi kenyataannya, EYD tidak dibahas sama sekali," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Penyelamat Budaya Madura Anjala Sotra Yanuar Herwanto. Menurut dia, Kongres BM tidak mengakomodasi semua kepentingan daerah. Sebab, dalam pelaksanaannya, kongres berjalan mengikuti frame Pamekasan minded.
Dia mengatakan, pihaknya tidak mengerti mengapa persoalan EYD tidak dibahas dalam Kongres BM. Padahal, kongres merupakan panggung tertinggi untuk pengambilan keputusan. "Terus terang kami sangat kecewa," terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Panitia Kongres Bahasa Madura Khalifaturrahman menegaskan, anggota tim perumus Kongres BM sudah sangat heterogen dan akomodatif. Sebab, semua daerah sudah mengirimkan utusan.
Namun demikian, dia menyadari dalam pelaksanaan Kongres BM lalu ada kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kondisi tersebut perlu diperbaiki bersama pada pelaksanaan kongres mendatang. "Tapi, kalau yang ditonjolkan hanya kekurangannya saja, saya khawatir pelaksanaan kongres selanjutnya menemui banyak kendala," ingat Khalifaturrahman.
Karena itu, mantan Kasi Kebudayaan Disdik Pamekasan ini meminta semua pihak mengambil hal positif dari pelaksanaan kongres. Apalagi, semua peserta BM sepakat akan menyelamatkan aset bahasa yang diwariskan leluhur Madura.
"Saya bisa memahami bila ada pihak yang tidak puas. Namun, secara umum, semua aspirasi daerah sudah terakomodasi dengan baik," terangnya. (abe/zr/fiq)
Sumber: Jawa Pos, Rabu, 24 Desember 2008
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda