Masyarakat Madura Semakin Dewasa

Prof Dr Muchammad Zaidun SH MSi pernah menjabat Dekan Fakultas Hukum Universitas Bangkalan (Unibang) sekarang Universitas Trunojoyo. Bagaimana pandangannya tentang tanggungjawab lembaga pendidikan tinggi di Madura?.

Menurut Anda, sejauh mana tanggungjawab Universitas Trunojoyo (Unijoyo) dan perguruan tinggi lainnya di Madura?

Sejak menjadi dosen dan menjabat dekan fakultas hukum di Unibang (sekarang Unijoyo, Red), saya melihat bahwa lembaga pendidikan tinggi (di Madura) memiliki peran sangat strategis. Artinya, tanggungjawab akademis dan moralnya sangat tinggi untuk Madura. Meskipun universitas itu terbuka untuk masyarakat luar Madura. Jadi, bukan hanya UTM (Unijoyo, Red) yang memiliki tanggungjawab seperti itu. Tapi juga universitas lainnya.

Untuk memenuhi tanggungjawab itu, bagaimana Anda melihat perkembangannya dibandingkan dulu?

Saya melihat sudah banyak kemajuan. Waktu menjadi dekan di sana (Unibang, Red) saya seringkali mencoba meyakinkan masyarakat Madura bahwa ada universitas yang cukup bagus. Tapi, itu sulit. Kebanyakan orang Madura lebih melihat peluang di Jawa. Mereka memilih menyekolahkan anaknya di luar Madura. Padahal, saya melihat potensi dan semangat adik-adik di Madura sangat tinggi. Bahkan, salah satu mahasiswa saya saat di Unibang ada yang menjadi hakim di Sulawesi sampai sekarang.

Kalau sekarang pandangan masyarakat bagaimana?

Sekarang, saya kira masyarakat Madura sendiri sudah sangat dewasa. Saya yakin mereka memiliki pemahaman yang tinggi bahwa jika dididik dengan baik di daerahnya, putra putri Madura tidak kalah bersaing dengan daerah lainnya. Apalagi, universitas-univeritas di Madura sebentar lagi diserbu mahasiswa dari luar setelah Jembatan Suramadu selesai. Maka, perguruan tinggi akan berlomba-lomba memperbaiki kwalitasnya masing-masing. Jadi, tanggungjawab akademis maupun moralnya akan terpenuhi.

Artinya, anggapan bahwa kwalitas pendidikan tinggi di Madura masih rendah itu tidak benar?

Ya jelas. Banyak teman-teman saya dari Madura yang akhirnya menjadi rektor di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Bahkan, saat ada pertemuan, mereka menggunakan bahasa Madura dengan logat yang kental untuk berkomunikasi. Sehingga bisa disimpulkan, masalah out put bisa jadi ditentukan lembaga pendidikan dan sumber daya manusianya sendiri. Tapi, yang lebih pokok dari dua hal itu adalah kesempatan yang diberikan.

Jadi, peluang untuk memajukan pendidikan di Madura sangat terbuka?

Itu pasti. Sebab, dilihat dari segi pulau yang kecil itu, orang-orang Madura boleh dibilang sangat berhasil ketika mereka memperoleh kesempatan menjadi besar. Lembaga pendidikan sudah baik, manusianya juga sudah baik. Tapi, kalau tidak ada kesempatan, ya sama saja. Tidak akan berfungsi dan bermanfaat maksimal.

Disisi lain juga banyak lulusan sarjana yang akhirnya menganggur. Apakah kultur masyarakat Madura juga berpengaruh?

Saya rasa secara kultural, masyarakat Madura dengan masyarakat lainnya di Indonesia tidak berbeda. Bahkan, saya sangat tidak sepakat jika dikatakan bahwa masyarakat Madura adalah kelompok masyarakat inferior. Ini jelas salah. Karena setahu saya, orang Madura secara logika dan rasional sangat cepat mengalami perkembangan. Banyak orang Madura yang menjadi profesor jenius, jujur, dan disegani. Sehingga, penghormatan yang diberikan bukan hanya sekedar karena tingkat jabatannya. Tapi juga ditopang pribadi sebagai orang Madura dengan kultur Maduranya. Yang jelas, potensi sumber daya manusia di Madura sangat tinggi. Tinggal menunggu pihak yang bisa memberikan dorongan, fasilitas, dan kesempatan. Dalam hal ini, bisa jadi lembaga pendidikan atau pemerintah. (nra/tra)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 21 Agustus 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda