Warga Pulau Mandangin Resah

SP/Achmad Hairuddin
Perahu pengangkut penumpang warga Pulau Mandangin sedang bersandar di Pelabuhan Tanglok Sampang.

Jelang Kenaikan BBM

Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang akan diterapkan pemerintah 1 April 2012 mendatang, mulai menghantui para nelayan dan perahu pengangkut penumpang warga Pulau Mandangin, Kota Sampang. Karena dampak kenaikan BBM tersebut akan berpengaruh terhadap biaya operasional yang harus dikeluarkan sehari-hari.

Padahal perahu merupakan akses satu-satunya bagi warga kepulaun yang berpenduduk sekitar 6 ribu jiwa tersebut, untuk bepergian ke Kota Sampang, selain mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan.

"Seharusnya pemerintah memikirkan kami sebagai rakyat kecil karena selalu menjadi korban. Sehingga kami kesulitan untuk menaikkan ongkos penumpang karena warga di sini juga kesulitan ekonomi," keluh Sahrawi, pemilik perahu yang mengangkut penumpang dari Pulau Mandangin ke Kota Sampang, Senin (12/3).

Keresahan juga disampaikan Hasan, dia kecewa karena kenaikan BBM dinilai terlalu tinggi, tetapi sudah diumumkan jauh-jauh hari. Sehingga harga kebutuhan bahan pokok dipastikan ikut-ikutan latah akan merangkak naik, tentu saja semakin menimbulkan gejolak sosial bagi warga miskin.

"BBM Belum naik, harga sembako kini malah sudah mulai membungbung tinggi. Sedangkan kami masih harus berpikir dua kali menaikkan tarif penumpang karena pasti akan diprotes para pelanggan kami," tutur Hasan.

Tidak hanya pemilik perahu penumpang yang resah, nelayan setempat juga kelimpungan mendengar BBM naik. Mengingat mencari ikan merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Karena sering kali hasil tangkapan ikan sedikit, tidak sebanding dengan biaya operasional yang telah mereka keluarkan.

Sukri, nelayan Pulau Mandangin, menuturkan harga solar yang saat ini sudah mencapai Rp 4.500/liter, para nelayan sudah banyak yang tidak bisa mendapatkan keuntungan yang layak. Pasalnya, hasil tangkapan ikan yang didapatkan saat melaut tidak menentu dan mengalami penurunan, bahkan sering kali mereka hanya sedikit mendapatkan tangkapan ikan.

"Sebelum BBM akan dinaikan, kalau hasil tangkapan ikan lagi sepi, kita sudah merugi karena biaya operasional dan hasil tidak sesuai. Apalagi di saat cuaca tidak menentu atau ekstrim, membuat para nelayan tidak berani melaut, sehingga tidak ada pemasukan sama sekali. Jadi, kami berharap agar pemerintah untuk tidak lagi menaikan harga solar," harap Sukri.

Keresahan para nelayan itu juga dipicu oleh penjualan hasil tangkapan ikan kadang tidak bisa stabil dan sering kali harganya mengalami penurunan cukup drastis. Tentu saja jika harga ikan turun, maka secara otomatis penghasilan nelayan juga akan mengalami penurunan. (rud)

Sumber: Surabaya Post, Senin, 12/03/2012

Label: , , , , ,