Kerapan Sapi Tanpa Kekerasan

Dulu Pakai Tongkat Paku, Sekarang Kantong Kresek


Ekshibisi Kerapan Sapi Tanpa Kekerasan Se-Madura, akhirnya digelar di Stadion Soenarto Hadiwidjoyo, Minggu (12/2/2012).

Sebanyak 24 pasang sapi yang terdiri dari enam pasang sapi kerap di tiap kabupaten bertarung menjadi yang terbaik.

Jika dilihat dari namanya, kerapan sapi tanpa kekerasan ini berlangsung berbeda dari kerapan sapi biasanya, yakni tidak memerbolehkan adanya kekerasan. Hal ini berbeda dengan Kerapan Sapi memerebutkan piala presiden yang digelar tiap satu tahun sekali.

Dalam ekshibisi kerapan sapi tanpa kekerasan ini, para pemilik sapi atau joki dilarang keras memacu sapi dengan menggunakan alat pemacu. Seperti, paku, jahe, Lombok atau sejenisnya, termasuk balsem yang berakibat penyiksaan terhadap sapi.

Pasangan sapi juga diperkenankan menggunakan penutup mata yang steril dari segala macam bentuk bahan yang menyebabkan penyiksaan terhadap sapi.

Jika terbukti, pasangan sapi setelah memasuki garis finish terbukti ada luka bekas penyiksaan serta bau balsem, maka pasangan sapi akan dinyatakan kalah.

Dalam pelaksanaannya, pasangan sapi dipacu menggunakan kantong kresek (plastik). Sebelum berangkat dari garis start, kresek atau plastik ditiup hingga
mengembang seperti balon dan dipegang oleh joki.

Karena tidak memakai tongkat paku, pasangan sapi yang diperlombakan nampak tidak berlari secara cepat.

Imam, pemilik sapi Garuda Mas asal Kecamatan Proppo mengaku, tidak adanya kekerasan dalam kerapan sapi merupakan hal yang baru di Kabupaten Pamekasan.

"Seandainya bisa. Kerapan sapi jangan diubah seperti ini. Sebab lebih menarik jika menggunakan aturan seperti dulu," katanya.

"Balsem tidak boleh, dipecut tidak boleh. Sapi jadi tidak bergairah dan tidak menarik," tambahnya.

Meski demikian, demi melestarikan kerapan sapi apapun itu namanya, ia tetap akan ikut serta. "Tapi kalau bisa, diubah jangan seperti ini," tandasnya.

Diketahui, munculnya ide kerapan sapi kekerasan se Madura tersebut muncul dari adanya keprihatinan ulama ketika menyaksikan kerapan sapi tahunan memerebutkan piala presiden menggunakan kekerasan atau penyiksaan dalam pelaksanaannya.

MUI Kab Pamekasan bersama Fokus dan LP2SI kemudian mengirim surat pernyataan sikap bersama. Yakni, penyelenggaraan Kerapan Sapi, Sapi Sono’ dan pesta budaya lainnya harus bebas dari unsur penyiksaan binatang, praktek perjudian, pengabaian melaksanakan kewajiban shalat serta yang bertentangan dengan syari’at Islam. [san/kun]

Reporter: Harisandi Savari

Sumber: beritajatim.com, Minggu, 12 Februari 2012

Label: , ,

1 Komentar:

Pada 11 April 2018 pukul 09.40 , Anonymous Obat Penghilang Jerawat dan Bekasnya mengatakan...

It is great to have visited your website. Thanks for sharing useful information. And also visit my website about health. God willing it will be useful too

Pengobatan Scabies secara Alami
Cara Menghilangkan Bekas luka
Khasiat dan manfaat QnC Jelly Gamat
Cara Menyembuhkan Batuk Berkepanjangan
Cara Mengobati Cacingan
Obat Benjolan di Belakang Telinga
Cara Cepat Mengobati Amandel

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda