Pasangan Sapi Jet Matic Juara 2010

Pasangan sapi Jet Matic milik H Sahid dari Sampang keluar sebagai juara I Kerapan Sapi Piala Presiden RI di Stadion R Sunarto Hadiwijoyo, Minggu (24/10). Juara I berhak atas hadiah trofi tetap Piala Presiden 2010, 1 unit mobil pick up, dan tabungan.

Kerapan sapi terbesar di Madura ini diikuti 24 pasangan sapi yang merupakan pasangan pemenang tingkat kabupaten yang ada di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep). Dimulai Minggu (24/10) pukul 10.00, kerapan sapi selesai pukul 17.15.

"Alhamdulillah selain aman dan lancar, kegiatan ini dihadiri 7 diplomat asing dari Pakistan, Afghanistan, Sudan, Nigeria, Azier Baijan, dan Mesir. Selain itu, juga banyak turis asing yang datang dari Inggris, New Zealand, Argentina, dan Jepang,” kata Kepala Bakorwil IV Pamekasan Edi Santoso usai menyerahkan hadiah kepada pemenang.

Juara II diraih pasangan sapi Gagak Rimang IV milik Slawi dari Pamekasan, berhak atas trofi, sepeda motor Supra, dan tabungan. Juara III pasangan sapi Gagak Rimang I, milik H Tohir dari Bangkalan trofi, sepeda motor Honda Beat dan tabungan.

Selain yang menang, pasangan sapi golongan kalah juga mendapat hadiah. Buldoser milik Duljawab dari Sumenep menjadi juara I dari golongan kalah, berhak atas piala tetap, sepeda motor Honda Mega Pro, dan tabungan. Juara II golongan kalah pasangan sapi Kalajengking milik H Sus dari Pamekasan, mendapat hadiah piala tetap sepeda motor Honda Revo dan tabungan. Juara III pasangan sapi Kecong Nyonok milik H Holil dari Bangkalan, berhak atas piala tetap, sepeda motor Honda Beat, dan tabungan.

Sehari sebelum kerapan sapi Piala Presiden digelar, juga dilangsungkan Workshop Pengembangan Pariwisata di Madura oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Hotel Putri Pamekasan, Sabtu (23/10). Kegiatan ini diikuti 150 peserta dari kalangan birokrat, pengusaha perhotelan, pengelola objek wisata, LSM, perguruan tinggi, seniman, dan budayawan.

Dalam workshop ini, eksistensi kerapan sapi sebagai budaya unggulan Madura dikritisi mengingat masuknya unsur perjudian dan kekerasan pada sapi. Wabup Pamekasan Drs Kadarisman sebagai salah satu pemateri mengatakan, kerapan sapi belakangan sangat jauh beda dengan kerapan sapi tahun-tahun sebelumnya. Kerapan sapi kini membosankan. Waktu pelepasan untuk di-kerap (adu cepat) terlalu lama dan ditandai unsur kekerasan pada sapi.

"Itu semua masalah teknis yang terjadi karena ada indikasi perjudian yang muncul. Tidak lagi mengedepankan unsur seninya. Biasanya kerapan sapi yang berlangsung hanya satu hari, kini sering berlangsung lebih dari satu hari. Ini terjadi karena adanya ketidakpuasan pemilik sapi jika ada masalah,” ungkap Kadarisman.

Kadarisman menilai kerapan sapi layak ditinjau lagi apakah pantas dijadikan sebagai budaya atau wisata unggulan. “Kalau memang kerapan sapi ini tidak mau berbenah dan kembali kepada jati dirinya yang asli yang santun, indah, dan penuh kekeluargaan antar-pemilik, maka bisa saja kita tarik kerapan ini dari daftar ungulan budaya daerah,” katanya. (mas)

Sumber: Surabaya Post, Senin, 25 Oktober 2010

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda