Bonsai Cemara Udang di Pantai Lombang

Bonsai Tujuh Tahun Harganya Hanya 50 Ribu

Pantai Lombang di Kecamatan Batang-Batang merupakan salah satu jujugan wisata pada Hari Raya Ketupat (H+7 Idul Fitri). Momen ini peluang bagi pedagang untuk menjual bonsai cemara udang, tanaman khas Pantai Lombang. Bagaimana prospeknya?

LEBARAN Ketupat tinggal empat hari lagi. Tapi, pantai yang sebagian lahannya disengketakan itu tidak sepi dari pengunjung. Bahkan, mobil pribadi setiap hari mengular hingga 200 meter sepanjang jalan akses menuju pantai.

Kondisi seperti itu dimanfaatkan warga untuk berjualan. Di hari ke empat pasca-Lebaran Idul Fitri kemarin, banyak pedagang berdatangan dan menempati lokasi yang ditentukan. Seperti pedagang bonsai cemara udang, mereka mulai menata tanamannya untuk menyambut membeludaknya jumlah pengunjung kemarin.

Abd. Aziz, salah satu pedagang bonsai cemara udang di Pantai Lombang, mengatakan, dia bersama dua rekannya sengaja menawarkan bonsainya sebelum Lebaran. "Kalau Lebaran bonsai tidak laku. Sebab, terlalu banyak pengunjung dan tidak ada angkutan yang bisa masuk ke dalam sini (sekitar pesisir pantai, Red)," katanya.

Dia mengaku, bonsainya laku hingga 20 buah per hari. Pembelinya kebanyakan datang dari luar daerah. "Mereka ada yang bilang dari Bandung, Jogjakarta, dan Jakarta. Pokoknya dari luar Madura paling banyak," katanya.

Sedangkan harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung pada jenis dan bentuk bonsai. Mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 300 ribu. "Yang umurnya berkisar tujuh tahunan seperti ini kami jual Rp 50 ribu," katanya sambil menunjjukkan bonsai yang berada di urutan paling pinggir sebelah selatan.

Dahnan, penjual bonsai lainnya menuturkan, kebanyakan pedagang hanya mengambil keuntungan Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu dari cemara udang yang berumur 7 tahun. "Mungkin juga ada yang lebih. Tapi pengalaman kami, dengan harga Rp 50 ribu saja kadang masih ada yang menawar Rp 20 ribu. Itu bukan hanya rugi modal, tapi rugi tahun," cetusnya lalu tersenyum.

Karena itu, pedagang tidak menanam sendiri bonsai. Mereka kebanyakan kulakan dari warga lainnya yang sudah menanam cemara udang yang berumur tahunan. "Kalau menanam sendiri, umur dua tahun saja kadang dicari orang. Makanya, kami sering kewalahan dalam menyetok bonsai," ujarnya.

Bagaimana mengangkut bonsai itu? Dahnan menggaku menggunakan mobil pribadi. Menurut dia, pedagang hanya menjual bonsai di lokasi pemasaran. "Kalau sampai di tempat yang mereka tuju, masak dijual dengan harga Rp 50 ribu. Beda dengan penjual bonsai kelas atas dengan harga puluhan juta," sergahnya.

Sementara Rustam, pemilik bonsai cemara udang berkelas, mengatakan, memasarkan bonsai yang tergolong mahal tidak harus ke lokasi keramaian. Alasannya, bonsai-bonsai seperti yang dimaksud meskipun sulit ditempuh, tetap dicari. "Memang bonsai saya dijual di sini (pinggir jalan akses pantai Lombang, Red)," katanya sambil menyiram bonsai-bonsainya.

Dijelaskan, untuk penjualan hingga tiba tempat yang dituju pembeli, ongkos transportasi disesuaikan dengan harga bonsai. "Beberapa hari yang lalu kami menjual bonsai dengan harga Rp 3 juta ke Sumenep. Dan ongkosnya Rp 250 ribu. Jadi, disesuaikan saja," jelasnya. (ZARNUJI)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 24 September 2009

Label: ,

1 Komentar:

Pada 23 Mei 2010 pukul 22.18 , Blogger Suka Makan mengatakan...

Bonsai Cemara Udang
Hanya ada di http://www.samsarabonsai.com

Di jamin bagus-bagus cemara udang nya

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda